Chereads / The Black Syndicate / Chapter 6 - BAB 6 MASUK KE SARANG SINGA

Chapter 6 - BAB 6 MASUK KE SARANG SINGA

Setelah pertemuan dengan Victor, Jade dan timnya menyadari bahwa langkah selanjutnya akan sangat menentukan. Mereka akhirnya akan bertemu dengan Kaiser—pria yang selama ini menjadi incaran mereka, pemimpin dari jaringan kriminal internasional yang begitu kuat dan berbahaya. Pertemuan ini bukan hanya sekedar misi penyamaran, melainkan pertaruhan hidup dan mati.

Victor memberikan mereka petunjuk bahwa pertemuan dengan Kaiser tidak akan mudah. Kaiser tidak pernah mempercayai siapapun begitu saja. "Jika kalian bisa mendekati dia, jangan berharap pertemuan yang ramah. Kaiser selalu waspada dan curiga, terutama pada orang luar," ujar Victor saat mereka pamit.

Dalam perjalanan pulang dari pertemuan itu, Jade merenungkan kata-kata Victor. Dia sadar bahwa segala tindakan mereka harus terencana dengan sangat hati-hati, sebab satu kesalahan kecil saja bisa berakhir dengan malapetaka. Sementara itu, Leo dan Sasha juga merasakan tekanan besar yang kian mendekat.

"Kita harus sangat berhati-hati," kata Leo saat mereka kembali ke markas. "Kaiser tidak akan membiarkan kita masuk tanpa menguji kita lebih dulu."

"Aku tahu," jawab Jade dengan nada serius. "Kita harus menyiapkan segala kemungkinan. Jika dia tahu siapa kita sebenarnya, kita mungkin tidak akan keluar dari tempat itu hidup-hidup."

Sasha yang duduk di pojok ruangan mengangguk pelan. "Kita harus bisa membaca situasi dan siap mengambil keputusan cepat. Mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhir jika kita tidak cukup cerdas."

Mereka mulai merencanakan langkah-langkah mereka dengan teliti. Victor sudah mengatur agar Jade, Leo, dan Sasha diundang dalam sebuah pesta eksklusif yang diadakan oleh Kaiser, sebuah acara rahasia di sebuah mansion megah di luar kota. Pesta ini bukanlah acara sembarangan—hanya orang-orang yang benar-benar penting dalam jaringan kriminal yang diundang, dan pesta ini kerap dijadikan tempat untuk menunjukkan kekuatan, kekuasaan, dan loyalitas.

---

Malam pertemuan pun tiba. Jade dan timnya bersiap-siap dengan mengenakan pakaian formal yang mahal, sesuai dengan standar orang-orang kaya yang biasanya hadir di acara semacam itu. Meski tampak elegan di luar, mereka semua sadar bahwa suasana hati mereka penuh dengan ketegangan. Setiap detik ke depan bisa menjadi kunci sukses atau kehancuran.

Mereka tiba di mansion yang luas, dikelilingi oleh taman yang terawat dan dijaga oleh pria-pria bersenjata yang tampak waspada. Ada mobil-mobil mewah berjejer di depan mansion, menandakan bahwa para tamu yang hadir bukanlah orang sembarangan.

Jade berusaha tetap tenang saat mereka memasuki mansion. Di dalam, pesta sudah berlangsung. Musik jazz yang lembut terdengar dari balik orkestra kecil yang bermain di sudut ruangan. Para tamu tampak bercakap-cakap dengan gelas-gelas anggur di tangan mereka, sementara beberapa wanita bergaun mahal tertawa kecil dalam percakapan penuh basa-basi.

"Ini dunia mereka," bisik Sasha di telinga Jade. "Dunia di mana semua hal buruk disembunyikan di balik kemewahan dan senyuman palsu."

Jade mengangguk. "Inilah tempat di mana kekuasaan dipamerkan. Kita harus berhati-hati."

Setelah beberapa saat, seorang pria bertubuh besar yang tampak seperti kepala pengawal menghampiri mereka. "Kalian Jade, Leo, dan Sasha, kan?" tanyanya dengan suara berat.

Jade mengangguk tanpa berkata-kata.

"Bos menunggu kalian. Ikuti aku," katanya sambil mengisyaratkan mereka untuk mengikutinya.

Mereka dibawa melewati kerumunan pesta menuju ruangan yang lebih pribadi di belakang mansion. Suasana berubah menjadi lebih tenang dan sunyi. Ruangan itu adalah sebuah perpustakaan besar dengan rak-rak kayu penuh buku antik, di mana hanya ada beberapa orang yang duduk di sofa-sofa mewah. Di tengah ruangan, seorang pria berdiri membelakangi mereka, menatap jendela besar yang menghadap ke taman belakang mansion.

Pria itu berpakaian rapi, mengenakan setelan jas hitam sempurna. Meski tampak tenang, auranya memancarkan kekuasaan dan intimidasi. Tanpa berbalik, dia berbicara dengan suara yang tenang namun tajam. "Victor bilang kalian punya sesuatu yang menarik untuk ditawarkan. Aku harap, kalian tidak membuang waktuku."

Jade langsung mengenali pria itu—Kaiser. Pemimpin sindikat yang mereka incar, kini hanya beberapa meter di depan mereka. Meski belum melihat wajahnya secara langsung, Jade bisa merasakan kehadiran yang mendominasi. Ini adalah orang yang tidak bisa diremehkan.

"Kami di sini untuk menunjukkan bahwa kami bisa menjadi aset berharga untukmu," kata Jade, menjaga suaranya tetap stabil.

Kaiser perlahan berbalik. Wajahnya tampak tenang, namun tatapannya begitu tajam, seolah bisa menembus apapun yang tersembunyi di balik pikiran seseorang. Dia mengamati Jade, Leo, dan Sasha dengan cermat, seakan menilai apakah mereka benar-benar bisa dipercaya.

"Kalian mungkin berpikir bahwa menjadi aset untukku adalah hal yang mudah," katanya, matanya menatap mereka satu per satu. "Tapi hanya orang-orang yang bisa membuktikan diri di bawah tekanan yang akan bertahan. Jadi katakan padaku, kenapa aku harus mempercayai kalian?"

Jade tahu ini adalah ujian. "Kami sudah membuktikan bahwa kami bisa menyelesaikan masalah yang kau hadapi. Boris, misalnya. Dia sudah keluar dari permainan, dan itu berkat kami."

Kaiser tersenyum tipis, seolah menguji reaksi mereka. "Boris? Dia hanyalah gangguan kecil. Kalian berhasil menyingkirkannya, tapi itu belum cukup untuk mendapatkan kepercayaanku."

"Lalu apa yang akan membuatmu percaya pada kami?" tanya Leo, suaranya sedikit menantang.

Kaiser menatap Leo dengan dingin, lalu berjalan pelan menuju meja kecil di sudut ruangan. Dia mengambil sebuah kotak kecil dari meja itu dan membuka tutupnya, memperlihatkan beberapa dokumen dan peta. "Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang jauh lebih berbahaya. Jika kalian ingin masuk ke lingkaranku, kalian harus membuktikan bahwa kalian bisa menangani tugas yang lebih besar."

Dia menyerahkan salah satu dokumen kepada Jade. "Ini adalah operasi besar yang sedang aku siapkan. Pengiriman senjata dalam jumlah besar ke wilayah yang sedang bergejolak. Aku butuh orang-orang yang bisa memastikan bahwa pengiriman ini berjalan tanpa hambatan."

Jade memandangi dokumen itu dengan serius. Operasi ini tampak jauh lebih besar daripada sekadar urusan kecil seperti Boris. Ini adalah langkah yang bisa memicu ketegangan global. "Apa yang kau harapkan dari kami?" tanya Jade.

Kaiser menatapnya dengan senyum dingin. "Aku butuh kalian memastikan pengiriman ini berhasil, tanpa ada gangguan dari pihak berwenang. Aku tahu ada banyak mata yang mengawasi gerak-gerikku. Jadi, jika kalian bisa menjaga semuanya tetap rapi, maka mungkin kalian layak masuk ke dalam lingkaranku."

Jade merasa darahnya berdesir. Ini adalah kesempatan besar, tetapi juga sangat berbahaya. Jika mereka menerima tugas ini, mereka akan benar-benar terlibat dalam dunia kriminal yang lebih dalam. Namun, menolak berarti mereka tidak akan pernah mendapatkan akses ke Kaiser lagi.

Jade menatap Leo dan Sasha, mencoba mencari isyarat persetujuan dari mereka. Keduanya tampak ragu, tetapi mereka tahu bahwa ini adalah satu-satunya jalan.

"Kami akan melakukannya," kata Jade akhirnya, dengan tegas.

Kaiser tersenyum puas. "Bagus. Kalian sekarang berada di jalur yang benar. Tapi ingat, jika kalian gagal, tidak akan ada kesempatan kedua."

---

Setelah pertemuan dengan Kaiser, Jade dan timnya kembali ke markas. Mereka tahu bahwa misi yang akan datang tidak hanya berisiko, tetapi juga akan menguji batas moral dan keberanian mereka. Mereka sekarang harus berurusan dengan pengiriman senjata ilegal, berhadapan langsung dengan otoritas, dan menghadapi kemungkinan pengkhianatan dari dalam.

"Ini bukan lagi sekadar investigasi," kata Sasha dengan suara berat. "Kita benar-benar masuk ke dalam dunia mereka sekarang."

"Kita harus tetap fokus," kata Jade, meski dia pun merasakan beban yang sama. "Jika kita berhasil menjalankan misi ini, kita akan mendapatkan akses langsung ke Kaiser. Dan dari sana, kita bisa mulai menghancurkan jaringan mereka dari dalam."

Leo menatap Jade dengan serius. "Tapi kita harus siap menghadapi kenyataan bahwa ini mungkin lebih berbahaya dari yang kita kira."

Jade mengangguk. "Aku tahu. Tapi kita tidak punya pilihan lain."

Mereka kini berada di tengah permainan berbahaya, di mana setiap langkah harus dihitung dengan cermat. Kesalahan sedikit saja bisa berujung pada kehancuran. Dan yang paling penting, Jade tahu bahwa ini baru permulaan dari konspirasi yang lebih besar dan lebih gelap dari yang pernah mereka bayangkan.