Jade, Leo, dan Sasha melaju di jalanan gelap di belakang mobil hitam yang mereka curigai membawa pria misterius dari kapal. Jalanan mulai semakin lengang seiring dengan waktu yang berlalu, hanya ada beberapa mobil lain yang tampak berkeliaran di malam itu. Kota yang biasanya ramai mulai sepi, tetapi malam ini terasa lebih menegangkan bagi mereka bertiga.
"Kita harus tetap berada pada jarak yang aman," kata Jade, matanya terus terpaku pada mobil hitam di depan. "Pria itu mungkin tahu kalau kita mengikutinya."
Leo yang berada di kursi kemudi mengangguk dengan serius. "Aku tahu. Tapi kalau kita terlalu jauh, kita bisa kehilangan jejaknya."
Sasha, yang duduk di kursi belakang, mengamati jalan-jalan yang mereka lalui dengan cermat. "Kita tidak tahu ke mana dia pergi, tapi aku yakin dia bukan orang sembarangan. Dia punya peran penting dalam jaringan ini."
Perjalanan mereka melewati jantung kota mulai berbelok ke pinggiran. Mobil hitam itu melaju dengan kecepatan stabil, tidak terlihat terburu-buru, seolah-olah pria itu tahu bahwa dia harus tetap tidak mencolok meskipun keadaan di dermaga telah kacau.
"Kita harus siap untuk apa pun," kata Sasha lagi, kali ini dengan nada waspada. "Kalau ini jebakan, kita bisa masuk ke dalam situasi yang tidak terkendali."
"Jangan khawatir," jawab Jade sambil memutar tubuhnya sedikit untuk melihat Sasha. "Kita akan siap. Tapi yang terpenting sekarang adalah kita harus tahu siapa dia dan ke mana dia pergi. Ini mungkin satu-satunya petunjuk yang kita punya untuk membuka lebih banyak rahasia tentang operasi ini."
Perlahan, mereka mulai mendekati sebuah daerah yang lebih terpencil. Jalan-jalan menjadi semakin sepi, dikelilingi oleh hutan kecil dan beberapa rumah tua yang tampak sudah ditinggalkan. Mereka masih terus mengikuti mobil hitam itu, tetapi kecepatan mereka dipertahankan agar tetap pada jarak yang cukup jauh untuk menghindari kecurigaan.
Tiba-tiba, mobil hitam itu berbelok tajam ke arah sebuah jalan sempit yang tampaknya mengarah ke sebuah kompleks terpencil. Leo memperlambat mobil mereka, menjaga jarak tetap aman.
"Mereka berhenti," kata Leo sambil menatap ke depan.
Jade melihat ke arah mobil hitam itu yang kini berhenti di depan sebuah bangunan besar dan suram. Bangunan itu tampak seperti pabrik tua yang sudah lama tidak digunakan. Dindingnya kusam, penuh dengan lumut dan bekas-bekas usia yang memudar. Sekelilingnya dikelilingi pagar kawat yang tinggi, dengan hanya satu gerbang besar sebagai akses masuk.
"Mereka turun dari mobil," bisik Sasha, memperhatikan pria yang mereka ikuti keluar dari kendaraan, diikuti oleh dua pria lainnya yang tampak seperti pengawalnya. Mereka berjalan cepat menuju gerbang pabrik.
"Kita tidak bisa hanya duduk di sini," kata Jade. "Kita harus masuk dan melihat apa yang sedang terjadi."
Leo mengangguk. "Tapi kita harus melakukannya dengan hati-hati. Kalau mereka tahu kita di sini, mereka tidak akan ragu untuk menghabisi kita."
Mereka menunggu beberapa menit, memastikan pria-pria itu sudah memasuki bangunan sebelum akhirnya keluar dari mobil. Jade memimpin langkah mereka menuju pagar pabrik, memastikan tidak ada yang melihat mereka. Di sepanjang pagar, mereka menemukan celah kecil yang cukup untuk menyelinap masuk tanpa menimbulkan suara.
Setelah mereka berada di dalam kompleks, suasana semakin sunyi. Hanya ada suara gemerisik angin dan gelegar samar dari pepohonan di sekitar. Pabrik tua itu tampak lebih mengintimidasi dari dekat, dengan jendela-jendela pecah dan pintu-pintu baja besar yang berkarat.
"Ke mana mereka pergi?" bisik Sasha sambil mengamati sekeliling.
"Ke dalam," jawab Jade dengan pasti. "Mereka pasti sedang melakukan sesuatu di dalam gedung ini. Kita harus mencari cara untuk masuk tanpa ketahuan."
Mereka menyelinap menuju pintu belakang gedung, memastikan untuk tetap di luar jangkauan kamera pengawas yang terlihat dipasang di beberapa sudut. Jade mencoba membuka pintu baja itu perlahan, tetapi terkunci. Namun, dia sudah siap dengan alat pembuka kunci yang selalu dia bawa.
"Berikan aku beberapa detik," bisiknya sambil mulai bekerja dengan cepat membuka kunci pintu.
Setelah beberapa saat, kunci itu terbuka dengan bunyi klik yang nyaris tidak terdengar. Mereka segera menyelinap masuk, memastikan untuk menutup pintu perlahan di belakang mereka. Di dalam, gedung itu terasa lebih menakutkan—gelap, lembap, dan penuh dengan barang-barang tua yang berserakan. Tangga-tangga baja yang berkarat mengarah ke lantai atas, dan di beberapa tempat, lampu redup menggantung dari langit-langit yang tinggi, memberikan suasana yang suram.
Mereka berjalan hati-hati melalui koridor sempit, mendengarkan setiap langkah yang mereka buat. Suara-suara samar terdengar dari lantai atas, dan Jade memberi isyarat agar mereka naik.
Sasha berbisik, "Mereka mungkin sedang bertemu di salah satu ruangan di atas. Kita harus berhati-hati dan mencari cara untuk menguping."
Saat mereka mencapai lantai atas, mereka menemukan sebuah lorong yang mengarah ke beberapa ruangan besar. Dari salah satu ruangan di ujung lorong, terdengar suara percakapan yang keras. Jade memberi isyarat agar mereka mendekat dengan hati-hati.
Mereka tiba di depan pintu besar yang sedikit terbuka. Dari celah pintu, Jade bisa melihat beberapa pria berdiri mengelilingi meja besar. Di tengah meja itu terdapat peta besar dan beberapa dokumen yang tampak penting. Pria yang mereka ikuti tampak berbicara dengan seseorang di dalam ruangan itu—seorang pria yang lebih tua, dengan wajah keras dan pandangan tajam.
Jade memberi isyarat kepada Sasha untuk memasang alat penyadap kecil di dekat pintu, sementara Leo mengawasi situasi dari belakang. Mereka mendengarkan percakapan di dalam ruangan dengan seksama.
"Operasi ini tidak bisa gagal," kata pria yang lebih tua. "Pengiriman berikutnya harus berjalan lancar. Kita tidak bisa menanggung lebih banyak gangguan. Polisi semakin dekat, dan jika kita tidak hati-hati, seluruh jaringan kita akan runtuh."
Pria misterius yang mereka ikuti mengangguk. "Aku tahu. Tapi kita sudah mengatur agar segala sesuatunya berjalan mulus. Orang-orang kita di pelabuhan sudah diatur, dan aku punya tim yang siap mengamankan pengiriman berikutnya."
Jade menatap Leo dan Sasha dengan serius. "Ini lebih besar dari yang kita kira. Mereka merencanakan pengiriman berikutnya, dan tampaknya mereka tahu bahwa polisi sudah mulai mencium aktivitas mereka."
"Siapa orang tua itu?" bisik Leo.
"Aku tidak tahu, tapi dia jelas seseorang yang penting dalam operasi ini. Mungkin lebih berpengaruh daripada Kaiser," jawab Jade dengan suara pelan.
Sementara mereka terus mendengarkan, pria yang lebih tua itu melanjutkan, "Pengiriman senjata adalah prioritas utama, tapi kita juga harus mulai memikirkan fase berikutnya. Aku mendengar bahwa kontak kita dari Eropa Timur akan tiba dalam beberapa minggu. Senjata-senjata ini hanyalah permulaan. Kita akan memulai tahap yang lebih besar."
Jade merasakan ada sesuatu yang lebih besar sedang direncanakan. Ini bukan hanya tentang senjata ilegal; ada konspirasi global yang lebih besar di balik operasi ini. Mereka perlu tahu lebih banyak sebelum bisa melaporkan temuan mereka kepada atasan.
Tiba-tiba, salah satu pengawal di dalam ruangan tampak waspada dan melihat ke arah pintu. Jade memberi isyarat cepat kepada Sasha dan Leo untuk segera mundur. Mereka bergerak dengan cepat dan diam, kembali ke koridor gelap. Hanya beberapa detik kemudian, pintu terbuka dan pengawal itu keluar, memeriksa sekeliling.
Jade dan timnya berhasil menghindar tepat waktu, menyelinap ke sudut ruangan lain. Mereka menahan napas, berharap tidak tertangkap. Setelah beberapa saat, pengawal itu tampaknya tidak menemukan apa pun yang mencurigakan, lalu kembali masuk ke ruangan.
"Kita hampir ketahuan," bisik Leo, masih merasa tegang.
"Kita harus keluar dari sini," kata Jade dengan tegas. "Kita sudah mendengar cukup banyak. Sekarang kita harus melapor dan menyusun rencana untuk menindaklanjuti ini."
Mereka bergerak dengan hati-hati kembali ke pintu belakang gedung, memastikan tidak ada yang melihat mereka saat keluar dari kompleks pabrik. Setelah berada di luar, mereka segera menuju mobil mereka dan pergi dengan cepat dari tempat itu.
Di perjalanan kembali, Sasha tampak gelisah. "Jade, ini jauh lebih besar dari yang kita duga. Mereka tidak hanya berurusan dengan senjata ilegal, tapi sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu yang jauh lebih berbahaya."
"Aku tahu," jawab Jade. "Kita perlu informasi lebih banyak tentang siapa orang tua itu. Kalau benar dia lebih berkuasa dari Kaiser, maka kita berurusan dengan organisasi yang lebih besar dari yang kita perkirakan."
Leo menambahkan, "Dan kita harus siap. Kalau mereka tahu kita sedang menyelidiki, kita mungkin akan menjadi target mereka
berikutnya."
Jade menatap ke luar jendela, pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan. Mereka berada di tengah permainan berbahaya, di mana kesalahan kecil saja bisa berarti akhir dari semuanya. Tapi satu hal yang pasti—mereka tidak bisa mundur sekarang. Informasi yang mereka dapatkan malam ini adalah petunjuk penting untuk menguak rencana besar yang sedang berjalan di balik bayang-bayang.
---