Chereads / The Black Syndicate / Chapter 5 - BAB 5 TUGAS BERBAHAYA

Chapter 5 - BAB 5 TUGAS BERBAHAYA

Victor menatap Jade dengan tajam, seolah-olah menilai apakah dia benar-benar bisa diandalkan. Setelah beberapa saat hening yang membuat suasana semakin tegang, Victor akhirnya berbicara, "Kau harus melakukan sesuatu untukku, dan jika kau berhasil, mungkin aku bisa membawamu lebih dekat ke Kaiser."

Jade berusaha menjaga ekspresi tenangnya. "Apa yang kau butuhkan?"

Victor tersenyum tipis, lalu bersandar di kursinya. "Ada seseorang yang sedang mengganggu operasi kami. Dia sudah terlalu lama berada di jalan kami. Namanya Boris, dan dia adalah pengedar senjata kecil yang mencoba menentang kami. Jika kau bisa menyingkirkannya, mungkin kita bisa bicara lebih lanjut."

Jade terdiam, menimbang tawaran itu. Ini bukan sekadar pekerjaan biasa. Menyingkirkan seseorang berarti terlibat langsung dalam tindakan yang lebih gelap daripada sekadar penyelidikan. Dia tahu bahwa membunuh Boris akan membuatnya terjebak lebih dalam dalam permainan sindikat ini. Tapi di sisi lain, ini mungkin satu-satunya cara untuk mendekati Kaiser.

"Apa yang kau maksud dengan 'menyingkirkan'? Apakah kau ingin dia dibunuh?" tanya Leo dengan suara rendah, memastikan tidak ada kesalahpahaman.

Victor menatap Leo dengan tatapan dingin. "Apa menurutmu aku akan meminta bantuan kalian untuk menegurnya? Tentu saja, aku ingin dia dihilangkan, sepenuhnya."

Jade merasakan perutnya mengerut. Ini adalah dunia yang berbahaya, dan sekali dia masuk lebih dalam, dia tahu sulit untuk keluar. Namun, kesempatan ini sangat berharga. Jika dia bisa membongkar jaringan sindikat ini, maka pengorbanannya akan sepadan.

Jade menarik napas dalam-dalam. "Baiklah. Di mana kami bisa menemukan Boris?"

Victor tersenyum puas, seolah-olah dia sudah tahu bahwa Jade akan menerima tugas itu. "Dia biasanya berada di sebuah gudang di pinggiran kota, di distrik industri yang sudah lama ditinggalkan. Orang-orangnya tidak terlalu banyak, tetapi kalian harus berhati-hati. Boris licik dan dia tahu banyak trik untuk melarikan diri."

Jade mengangguk, berusaha menjaga pikirannya tetap fokus. "Kami akan melakukannya. Setelah itu, kau akan memberitahu kami tentang Kaiser?"

Victor menatapnya dengan penuh arti. "Jika kau berhasil, ya. Kau akan mendapatkan lebih dari yang kau harapkan."

Percakapan itu berakhir dengan kesepakatan yang tampak menguntungkan untuk Victor. Jade dan timnya keluar dari klub malam dengan perasaan campur aduk. Mereka tahu apa yang harus dilakukan, tetapi mereka juga tahu betapa berbahayanya tugas ini.

---

Malam itu, di markas sementara mereka, Jade, Leo, dan Sasha berkumpul untuk merencanakan serangan mereka. Sasha tampak ragu-ragu, tatapannya menyiratkan kekhawatiran. "Kita benar-benar akan melakukannya? Membunuh Boris? Ini melanggar semua prinsip yang kita pegang."

Jade duduk di kursi, merasa terbebani oleh pertanyaan yang sama. "Aku tahu ini bukan hal yang mudah, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk mendekati Kaiser. Kita tidak bisa masuk begitu saja dan berharap mereka mempercayai kita tanpa membuktikan sesuatu."

"Tapi ini bukan hanya tentang informasi. Kita bicara tentang nyawa," kata Sasha, suaranya tegang. "Ada cara lain. Mungkin kita bisa menyingkirkannya tanpa membunuh."

Leo, yang selama ini lebih banyak diam, akhirnya angkat bicara. "Jika kita tidak melakukan ini, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk mengakhiri sindikat ini selamanya. Namun, aku setuju dengan Sasha, kita harus mempertimbangkan opsi lain. Mungkin kita bisa membuatnya menghilang tanpa membunuh."

Jade merenung sejenak, menyadari bahwa ini adalah keputusan yang tidak boleh dianggap enteng. Mereka bisa memalsukan kematian Boris, atau membuatnya melarikan diri dengan paksa, tetapi apakah itu akan cukup bagi Victor?

"Kita akan cari cara lain," akhirnya Jade memutuskan. "Kita akan menangkap Boris, memaksa dia keluar dari permainan tanpa harus membunuhnya. Jika kita bisa menunjukkan bahwa dia sudah hilang, mungkin itu cukup untuk Victor."

Leo dan Sasha mengangguk, merasa lebih lega dengan keputusan tersebut.

---

Malam berikutnya, mereka bergerak menuju lokasi gudang tempat Boris bersembunyi. Distrik industri tempat gudang itu berada terlihat sepi, bangunan tua dan rusak menjulang di sekelilingnya, menciptakan suasana yang suram. Mereka mengenakan pakaian hitam dan menyembunyikan wajah mereka dengan topeng, siap menghadapi apa pun yang terjadi.

"Apakah kau yakin ini ide yang bagus?" tanya Leo saat mereka mendekati gudang.

"Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus masuk dengan hati-hati," jawab Jade, menahan perasaan gugup yang mulai muncul.

Setelah memeriksa perimeter gudang, mereka melihat ada dua penjaga yang berjaga di depan pintu utama. Sasha, dengan keahliannya dalam pertempuran jarak dekat, berhasil melumpuhkan kedua penjaga tanpa suara. Mereka kemudian menyelinap masuk ke dalam gudang.

Di dalam, suasana semakin tegang. Gudang itu penuh dengan peti-peti kayu yang tampaknya berisi senjata. Jade melihat beberapa pria yang berkeliaran di sekitar, tetapi tidak ada tanda-tanda Boris.

"Kita harus menemukan dia sebelum ada yang menyadari kita di sini," bisik Jade.

Mereka bergerak dari satu bayangan ke bayangan lain, mencoba tetap tidak terlihat. Akhirnya, mereka melihat seorang pria yang cocok dengan deskripsi Boris, sedang berbicara dengan anak buahnya di dekat salah satu sudut gudang.

"Itu dia," kata Leo, menunjuk ke arah Boris.

Jade mengangguk. "Kita harus mendekat dan menangkapnya dengan cepat sebelum dia bisa melarikan diri. Jangan biarkan dia menyadari keberadaan kita."

Mereka bertiga bergerak dengan hati-hati, semakin mendekat ke posisi Boris. Namun, ketika mereka hampir sampai, salah satu anak buah Boris melihat bayangan mereka dan berteriak. "Ada penyusup!"

Kekacauan pun pecah. Anak buah Boris mulai menarik senjata, sementara Boris sendiri segera berlari ke arah pintu belakang gudang.

"Kejar dia!" seru Jade, sementara Leo dan Sasha berusaha melawan anak buah Boris.

Jade berlari secepat mungkin, mengejar Boris yang lari melalui lorong-lorong sempit di belakang gudang. Dia bisa mendengar suara tembakan di belakangnya, tetapi fokusnya hanya satu: menangkap Boris.

Boris berlari ke sebuah pintu yang tampaknya menuju ke luar. Namun, sebelum dia bisa membuka pintu itu, Jade berhasil menerjangnya, menjatuhkan Boris ke tanah.

"Tidak ada jalan keluar, Boris!" Jade berkata dengan napas terengah-engah sambil menarik pistolnya dan mengarahkannya ke pria itu.

Boris, yang tampaknya terkejut, menatap Jade dengan takut. "Apa yang kau inginkan? Uang? Aku bisa memberimu lebih banyak daripada yang mereka tawarkan!"

Jade menatapnya dengan dingin. "Kami tidak di sini untuk uang. Kau harus menghilang, Boris. Kalau tidak, hidupmu akan berakhir lebih cepat dari yang kau pikirkan."

Boris terdiam, kemudian mulai gemetar. "Oke, oke! Aku akan pergi! Aku akan pergi dari kota ini dan tidak akan kembali lagi. Aku janji!"

Jade menatapnya dengan keras. "Jika aku melihatmu lagi, aku tidak akan sebaik ini."

Boris mengangguk cepat, wajahnya pucat. "Aku akan hilang malam ini juga. Kau tidak akan pernah mendengar nama Boris lagi."

Jade membiarkannya berdiri dan melarikan diri. Dia tahu bahwa Boris sekarang terlalu takut untuk mencoba melawan. Dia kemudian kembali ke gudang, di mana Leo dan Sasha telah mengatasi anak buah Boris.

"Kita berhasil?" tanya Leo saat Jade kembali.

"Ya. Dia akan pergi, dan tidak akan pernah kembali," jawab Jade. "Sekarang, kita bisa memberi tahu Victor bahwa tugas ini selesai."

---

Keesokan harinya, Jade dan timnya kembali menemui Victor di tempat yang sama. Victor menatap mereka dengan senyum puas. "Jadi, kalian berhasil?"

Jade mengangguk. "Boris sudah hilang. Dia tidak akan mengganggu lagi."

Victor tersenyum lebar. "Bagus. Aku suka orang-orang yang tahu bagaimana menyelesaikan masalah. Aku akan memberitahumu sesuatu tentang Kaiser, seperti yang sudah aku janjikan."

Jade menunggu dengan cemas.

"Kaiser sedang merencanakan sesuatu yang besar, lebih besar dari perdagangan senjata biasa. Dia sedang membangun jaringan global untuk sesuatu yang lebih berbahaya. Jika kalian ingin tahu lebih banyak, kalian harus siap menghadapi permainan yang jauh lebih besar."

Jade menatap Victor dengan mata penuh tekad. "Kami siap. Apa yang harus kami lakukan selanjutnya?"

Victor menatap mereka dengan serius. "Selanjutnya, kalian akan masuk ke pusat permainan. Kalian akan bertemu dengan Kaiser sendiri."

Perasaan tegang memenuhi ruangan. Jade tahu bahwa apa yang akan terjadi berikutnya akan membawa mereka lebih dekat ke inti sindikat, tetapi juga semakin jauh ke dalam bahaya yang lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.