Keesokan harinya, Jade terbangun di rumah sakit dengan perban yang membalut pahanya. Dia merasakan rasa sakit yang menyengat, tetapi lebih dari itu, dia merasakan kelegaan. Dia berhasil keluar dari pabrik itu hidup-hidup dan membawa informasi penting tentang The Black Syndicate. Saat matanya terbuka, dia melihat Peter duduk di samping tempat tidurnya, wajahnya menunjukkan ekspresi campur aduk antara khawatir dan lega.
"Jade, kau sudah bangun!" seru Peter, berdiri dan mendekat. "Kau harus lebih hati-hati. Apa yang kau lakukan di sana sendirian?"
"Di mana aku?" tanya Jade, suaranya serak.
"Kau di rumah sakit. Tim medis menyelamatkanmu setelah baku tembak itu," jawab Peter. "Kau terluka, tetapi itu tidak parah. Kau harus beristirahat."
Jade mengangguk, tetapi pikirannya berputar kembali ke malam itu. "Apa yang terjadi setelah aku pergi? Apakah kita berhasil menangkap yang lainnya?"
"Ya," kata Peter, wajahnya menjadi serius. "Kita menangkap beberapa anggota sindikat dan menemukan banyak bukti di pabrik itu. Mereka terlibat dalam perdagangan senjata internasional yang lebih besar dari yang kita kira."
"Bagaimana dengan pemimpin mereka? Pria beruban itu?" tanya Jade, berharap untuk mendengar kabar tentang orang yang hampir menghabisinya.
"Dia tidak berhasil melarikan diri. Kami menangkapnya dan sekarang dia berada di tahanan. Kami akan melakukan interogasi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang jaringan mereka. Ini adalah kesempatan kita untuk mengalahkan mereka," jawab Peter, suara penuh tekad.
"Bagus. Kita harus memanfaatkan momen ini," kata Jade, merasakan semangat kembali mengalir. "Aku ingin ikut serta dalam interogasi."
Peter menggelengkan kepalanya. "Tidak, Jade. Kau baru saja terluka. Kau perlu istirahat dan pulih. Kami bisa menangani ini tanpa kau."
"Tapi ini adalah tanggung jawabku! Aku yang menemui mereka dan aku ingin memastikan informasi yang mereka berikan valid!" bantah Jade, mulai merasa frustrasi.
Peter menghela napas, menatap Jade dengan penuh perhatian. "Aku tahu betapa berartinya ini bagimu, tetapi kau tidak bisa memaksakan dirimu seperti ini. Kau perlu memperhatikan kesehatanmu terlebih dahulu. Setelah kau pulih, kami akan membawamu ke interogasi."
Jade menutup matanya sejenak, merasakan kemarahan dan frustrasi. Namun, dia tahu bahwa Peter benar. Dia tidak bisa menjadi beban bagi timnya. "Baiklah," katanya, suara lemah. "Tapi beri tahu aku jika ada perkembangan. Aku ingin terlibat."
"Of course," jawab Peter, tersenyum sedikit. "Kau tidak akan ditinggalkan. Tim akan melakukan yang terbaik."
Setelah berbicara lebih lanjut, Peter memberi tahu bahwa dia akan berkoordinasi dengan tim medis untuk memastikan pemulihan Jade berjalan baik. Sementara itu, Jade berusaha untuk tenang dan tidak terlalu memikirkan segala sesuatunya.
---
Beberapa hari berlalu, dan Jade akhirnya diperbolehkan pulang setelah dirawat. Meskipun masih ada rasa sakit di pahanya, semangatnya untuk melanjutkan misi tidak pernah surut. Dia menggunakan waktu pemulihan ini untuk merencanakan langkah-langkah selanjutnya.
Di rumahnya, Jade menghabiskan waktu berjam-jam untuk meneliti informasi yang diperoleh dari pabrik dan berusaha menghubungkannya dengan data yang ada di markas WPF. Dia ingin memahami dengan jelas struktur The Black Syndicate dan siapa saja yang terlibat. Di saat yang sama, dia tetap berkomunikasi dengan Peter, menanyakan setiap detail interogasi dan bagaimana tanggapan pria beruban itu.
"Ada sesuatu yang aneh," kata Peter saat mereka berbicara melalui video call. "Dia tidak memberi banyak informasi, hanya menyebutkan nama 'Kaiser' dan bahwa mereka memiliki rencana besar yang akan datang."
"Kaiser? Siapa dia?" tanya Jade, mencatat informasi itu.
"Tidak ada yang tahu pasti. Namun, sepertinya dia adalah orang penting dalam jaringan mereka," jawab Peter, menggaruk kepalanya. "Kami harus mencari tahu lebih lanjut. Kami butuh lebih banyak informasi untuk melacaknya."
Jade mengangguk, merasa bahwa dia bisa melakukan lebih banyak. "Aku bisa membantu melakukan penyelidikan. Jika kita bisa menemukan jejak Kaiser, kita bisa memotong jaringan ini dari akarnya."
Peter terlihat ragu. "Jade, kau masih harus sembuh. Jangan memaksakan dirimu terlalu keras."
"Tapi aku bisa mencari informasi dari sumber-sumber lain. Mungkin ada orang-orang yang tahu tentang Kaiser," desak Jade.
Akhirnya, setelah berdiskusi lebih lanjut, Peter setuju untuk membiarkannya melakukan penyelidikan dari rumah, tetapi dengan batasan yang ketat. "Pastikan kau tidak terlibat langsung. Kau masih dalam proses pemulihan."
Setelah mendapatkan izin, Jade mulai beroperasi dari rumahnya. Dia menggunakan semua keterampilan penyelidikannya untuk menggali informasi tentang Kaiser. Dia mulai menghubungi sumber-sumber yang ada di bawah tanah dan mencoba mendapatkan petunjuk.
Setelah beberapa hari mencari, Jade akhirnya mendapatkan sebuah informasi yang menjanjikan. Seseorang memberitahunya tentang sebuah klub malam di pinggiran Moskow yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya para anggota sindikat dan mereka yang terlibat dalam perdagangan gelap.
"Ini adalah kesempatanmu untuk mendapatkan informasi," kata Peter saat Jade memberitahunya tentang rencananya. "Tapi kau tidak boleh pergi sendirian."
"Aku tidak akan pergi sendirian. Aku akan mengajak satu atau dua orang dari tim. Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga keamanan," jawab Jade, merasa bersemangat.
---
Pada malam itu, Jade berangkat menuju klub malam yang disebutkan. Dia mengenakan pakaian yang sesuai dan berusaha tampil seperti orang biasa. Dalam pikiran, dia tahu bahwa setiap langkah harus dihitung.
Dia mengajak dua agen WPF yang sudah berpengalaman—Sasha dan Leo—untuk menemaninya. Mereka bertiga berbaur dengan kerumunan, dan suasana di dalam klub terasa mencekam. Musik keras menghentak, orang-orang bergerak liar di lantai dansa, dan lampu yang berkedip-kedip menciptakan suasana yang bergetar.
"Di mana kita mulai?" tanya Sasha, menatap sekeliling.
"Kita perlu menemukan seseorang yang bisa memberi tahu kita tentang Kaiser. Cobalah untuk mendengarkan percakapan," kata Jade sambil menyapu pandangannya di seluruh ruangan.
Mereka bertiga bergerak lebih jauh ke dalam klub, mengamati setiap sudut. Tak lama kemudian, mereka melihat sekelompok pria berpakaian rapi berkumpul di sudut ruangan, tampak terlibat dalam pembicaraan serius. Salah satu dari mereka mengenakan jas hitam, dan Jade bisa merasakan aura berbahaya yang mengelilinginya.
"Mungkin mereka tahu sesuatu," bisik Jade kepada Sasha dan Leo.
"Bagaimana jika kita mendekat?" saran Leo, berusaha bersikap hati-hati.
Mereka bertiga mendekati kelompok itu, berusaha terdengar santai. Namun, sebelum Jade bisa mengambil langkah lebih lanjut, salah satu pria dari kelompok itu berbalik dan melihat ke arah mereka. "Apa yang kalian inginkan?" tanya pria berjas hitam, wajahnya menampilkan sikap mencurigakan.
Jade dan teman-temannya berpura-pura tidak peduli, tetapi saat pria itu mengintimidasi mereka, Jade tahu mereka harus berusaha lebih keras. "Kami hanya mencari tempat untuk bersenang-senang," jawab Jade, mencoba tetap tenang.
"Tempat ini bukan untukmu," kata pria itu, matanya menyala dengan kecurigaan. "Tepatnya, kami tidak ingin orang-orang seperti kalian mengganggu urusan kami."
Jade merasakan tekanan meningkat. "Kami hanya ingin bersenang-senang," jawabnya, berusaha tidak menunjukkan ketakutannya.
Saat suasana semakin memanas, Jade berpikir untuk mundur. Namun, saat dia berbalik, seorang wanita berpakaian mencolok melintas dan menjatuhkan gelas minumnya di depan pria berjas hitam itu. "Maafkan aku, Tuan. Aku tidak melihatmu di sana."
Pria itu tampak marah, tetapi wanita itu sepertinya tidak peduli. Dia menatap Jade dengan senyuman penuh percaya diri. "Kau sepertinya butuh minum. Apa kau mau bergabung denganku?"
Dalam sekejap, Jade merasakan peluang muncul. "Tentu, kenalkan dirimu," jawabnya, mencoba mengambil alih situasi.
Wanita itu melirik pria berjas hitam itu sejenak sebelum menjawab. "Namaku Lana. Dan kau?"
"Jade," jawabnya, merasakan ikatan yang tidak terduga antara mereka. Dia bisa merasakan bahwa Lana tahu lebih banyak daripada yang dia tunjukkan.
Lana tersenyum, memperhatikan Jade dan teman-temannya. "Ada apa di sini? Kami tidak biasanya melihat wajah baru di tempat ini."
Jade dan timnya menggunakan kesempatan itu untuk berbincang-bincang dengan Lana, berusaha mendapatkan lebih banyak informasi tentang Kaiser dan orang-orang di sekelilingnya. Sementara Jade dan timnya menggunakan kesempatan itu untuk berbincang-bincang dengan Lana, berusaha mendapatkan lebih banyak informasi tentang Kaiser dan orang-orang di sekelilingnya. Sementara suasana klub malam semakin menggila, Jade merasa bahwa dia sedang berada di persimpangan antara risiko dan kesempatan.
"Jadi, apa yang kalian cari di tempat seperti ini?" tanya Lana, bersikap seolah-olah ingin tahu tanpa terkesan mencurigakan.
"Kami sedang mencari beberapa teman baru dan mungkin kesempatan untuk bekerja sama," jawab Jade, mencoba menyembunyikan niat aslinya. Dia bisa melihat bahwa Lana adalah seseorang yang bisa diandalkan, atau setidaknya, bisa memberikan informasi yang mereka butuhkan.
"Kerja sama? Di sini?" Lana tertawa ringan. "Tempat ini tidak terlalu ramah untuk orang baru. Banyak hal yang bisa terjadi, kau tahu. Siapa yang ingin kalian temui?"
"Kami mendengar banyak hal tentang orang-orang yang berpengaruh di sekitar sini," kata Jade, matanya langsung terfokus pada reaksi Lana. "Kami ingin tahu lebih banyak tentang Kaiser."
Mendengar nama itu, wajah Lana berubah. Senyumnya perlahan memudar, dan Jade dapat merasakan ketegangan di udara. "Kaiser? Itu nama yang berbahaya di sini. Kau lebih baik tidak terlalu dekat dengan dia."
"Kenapa? Apakah dia benar-benar seburuk itu?" tanya Sasha, ikut terlibat dalam percakapan.
"Dia bukan orang yang bisa kau anggap enteng. Dia memiliki koneksi di mana-mana. Jika dia tahu bahwa kalian mencari tahu tentangnya, itu bisa jadi masalah besar," jawab Lana, suaranya semakin serius.
"Jadi, apakah kau tahu di mana kami bisa menemukan dia?" tanya Jade, mengambil risiko untuk menggali lebih dalam.
Lana menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu di mana dia, tetapi aku bisa memberitahumu satu hal. Jika kau benar-benar ingin tahu tentang dia, kau harus berbicara dengan orang yang lebih dekat dengan dia. Mungkin orang-orang di belakang layar."
Jade mencerna informasi itu. "Siapa mereka?"
"Ada beberapa nama yang harus kau perhatikan. Yang pertama adalah Victor. Dia adalah tangan kanan Kaiser dan memiliki banyak kekuasaan di sini. Jika kau bisa mendapatkan kepercayaannya, mungkin kau bisa mengakses informasi lebih lanjut tentang Kaiser," kata Lana, matanya tampak serius.
"Bagaimana kami bisa menemui Victor?" tanya Jade, bersemangat.
"Dia sering berada di klub ini, tetapi biasanya hanya muncul jika ada sesuatu yang besar. Jika kau beruntung, kau mungkin bisa melihatnya malam ini," jawab Lana.
"Apakah dia mengenalmu?" tanya Leo, ingin tahu.
"Tidak, tetapi aku tahu beberapa orang yang sering bersamanya. Jika kalian ingin bertemu dengannya, kita harus menciptakan momen yang tepat," jawab Lana, tampaknya terlibat lebih dalam daripada yang mereka duga.
Jade menatap Peter dan Leo, lalu kembali ke Lana. "Apa yang kau inginkan dariku jika kami berhasil bertemu dengannya?"
"Dari apa yang kulihat, kau memiliki keberanian. Jika kau bisa mendapatkan informasi itu, mungkin kita bisa membantu satu sama lain di masa depan. Kita perlu melawan orang-orang seperti Kaiser dan sindikatnya," kata Lana, suaranya penuh tekad.
Jade mengangguk. "Aku setuju. Jika kita bisa bekerja sama, mungkin kita bisa membongkar jaringan mereka dari dalam."
"Baiklah. Mari kita tunggu dan lihat apakah Victor muncul malam ini," kata Lana, lalu mengarahkan mereka kembali ke area bar.
Mereka menghabiskan waktu di klub malam, menjaga diri tetap waspada sambil terus berbincang-bincang dengan Lana. Saat waktu berlalu, Jade mulai merasa semakin tegang. Suara musik semakin keras dan kerumunan semakin banyak. Dia tahu bahwa waktu terus berjalan, dan mereka harus berusaha mendapatkan informasi secepatnya.
---
Setelah beberapa jam, mereka akhirnya melihat sosok yang dikenali di sudut ruangan. Seorang pria dengan aura dominan dan tatapan tajam. Itu Victor. Dia berdiri dikelilingi oleh beberapa pengawalnya, berbincang dengan beberapa orang lain yang tampak berpengaruh.
"Ini dia," bisik Sasha, suaranya nyaris tak terdengar di tengah kebisingan klub. "Apa yang harus kita lakukan?"
"Harus ada cara untuk mendekatinya tanpa menarik perhatian," jawab Jade, memikirkan langkah selanjutnya.
"Biarkan aku mencoba," kata Lana, terlihat percaya diri. "Aku akan mengalihkan perhatian dia sementara kalian mendekat. Jika aku bisa mengobrol sedikit, kau mungkin bisa mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengannya."
Jade dan Leo saling bertukar pandang, kemudian mengangguk. "Baiklah, kita akan mengikuti rencanamu."
Lana melangkah maju, bergerak dengan percaya diri ke arah Victor dan pengawalnya. Jade dan Leo menyusul dari belakang, berusaha tetap tidak terlihat.
Lana mulai berbicara dengan Victor, dan Jade bisa melihat bahwa Victor terlihat tertarik. "Tapi, siapa yang dia bawa?" tanya salah satu pengawalnya, memperhatikan Jade dan Leo yang berusaha bersembunyi di sudut.
Jade merasa jantungnya berdegup kencang. Dia berusaha mendengarkan percakapan di antara mereka, tetapi suara musik yang keras membuatnya sulit mendengar.
Setelah beberapa menit berbicara, Jade melihat Lana tampak berbincang lebih intens dengan Victor. Dia tahu ini adalah kesempatan mereka. "Ayo, kita mendekat," kata Jade kepada Leo.
Mereka berdua bergerak perlahan menuju tempat di mana Victor dan Lana berbicara. Jade berusaha menatap wajah Victor, mempelajari setiap ekspresi untuk menangkap kapan saat yang tepat untuk memperkenalkan diri.
Saat Lana memperkenalkan Jade dan Leo, Jade merasakan ketegangan meningkat. "Victor, ini teman-temanku," kata Lana, menunjuk ke arah mereka. "Mereka baru saja tiba di kota dan ingin tahu lebih banyak tentang kegiatan di sini."
Victor memandang Jade dan Leo dengan tatapan tajam. "Hmm, siapa kalian sebenarnya?" tanyanya, suara beratnya mengisi ruang di sekitarnya.
"Aku Jade, dan ini Leo. Kami hanya ingin memahami lebih baik tentang dunia di sekitar kami," jawab Jade, berusaha untuk tidak menunjukkan ketidakpastian.
Victor mengerutkan kening, lalu tersenyum tipis. "Dunia ini bisa menjadi sangat berbahaya bagi orang-orang yang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Apa yang membuat kalian berpikir bahwa kalian bisa masuk ke sini?"
"Kami punya teman yang mengingatkan kami untuk tidak bermain api," kata Jade, berusaha terdengar santai. "Tapi kami ingin tahu lebih banyak tentang peluang yang mungkin ada."
Victor menatapnya dengan curiga. "Peluang? Apa yang kalian tawarkan?"
Jade merasakan tekanan meningkat. "Kami hanya ingin mendapatkan informasi. Jika kalian memiliki kebutuhan atau informasi yang bisa kami bantu, kami bersedia mendengarkan."
Victor tersenyum lebar, tampaknya menikmati permainan ini. "Kau berani, Jade. Namun, jika kau ingin berbisnis di sini, kau harus tahu bahwa setiap keputusan ada konsekuensinya."
"Dan kami siap untuk mengambil risiko itu," jawab Jade, berusaha menjaga suara dan sikapnya tetap percaya diri.
Victor mengangguk. "Baiklah, kita akan lihat seberapa jauh kalian bersedia melangkah. Aku akan memberikan kesempatan, tetapi ingat—dunia ini tidak seindah yang kalian bayangkan. Ada harga yang harus dibayar."
Jade mengangguk, merasa bersyukur bisa berbicara langsung dengan Victor. "Aku mengerti. Apa langkah selanjutnya?"
Victor tampak puas. "Aku punya beberapa informasi yang mungkin kalian butuhkan, tetapi aku tidak memberikan segalanya secara gratis. Kita perlu membuat kesepakatan."
Jade dan Leo saling berpandangan, kemudian Jade melanjutkan, "Kita bisa berbicara lebih lanjut. Aku yakin kita bisa menemukan jalan tengah."
"Bagus," jawab Victor. "Mari kita ke tempat yang lebih tenang. Aku tidak suka membahas bisnis di tempat ramai ini."
Mereka semua bergerak menuju area VIP, di mana suasana jauh lebih privat dan tenang. Jade merasa jantungnya berdegup kencang. Ini adalah langkah yang berisiko, tetapi dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Kaiser dan sindikatnya.
Setelah mereka duduk di meja kecil yang terpencil, Victor mengawasi Jade dan Leo dengan tatapan tajam. "Baiklah, beri tahu aku apa yang kalian inginkan."
"Kami ingin tahu tentang Kaiser dan apa yang dia rencanakan. Kami mendengar bahwa dia memiliki beberapa kegiatan besar yang sedang berlangsung," jawab Jade, berusaha tetap tenang meskipun dalam situasi berbahaya.
Victor tersenyum, seolah-olah terhibur dengan pertanyaan itu. "Kaiser adalah pria yang memiliki ambisi. Dia sedang merencanakan sesuatu yang besar, dan jika kalian ingin terlibat, kalian harus bersiap untuk tantangan yang datang."
"Seperti apa tantangannya?" tanya Jade, tertarik.
"Dia punya banyak musuh dan permainan di luar sana. Jika kau ingin terhubung dengan dia, kau harus menunjukkan bahwa kau bisa dipercaya. Kau perlu membuktikan dirimu," jawab Victor, nada suaranya serius.
Jade merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik kata-kata Victor. "Dan bagaimana kami bisa membuktikannya?"