Keesokan harinya, Yume tidak bisa berhenti memikirkan mimpinya. Nama Neora terus berputar di pikirannya, begitu pula bayangan-bayangan menyeramkan dan langit merah yang menghantui tidurnya. Semua terasa begitu nyata, seolah itu bukan sekadar mimpi.
Di sekolah, konsentrasinya benar-benar buyar. Suara guru terdengar jauh, teman-temannya terlihat samar. Segalanya seperti mimpi lain yang ia hadapi. Ia mencoba untuk fokus, namun setiap kali ia berkedip, sosok Neora muncul di pikirannya.
Saat istirahat, Yume memutuskan untuk pergi ke atap sekolah untuk merenung. Angin sepoi-sepoi menghembus lembut, namun ia tidak merasa nyaman. Ada sesuatu yang terus-menerus menekan pikirannya—sesuatu yang ia rasakan semakin kuat setelah mimpi semalam.
"Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Yume bertanya pada dirinya sendiri sambil menatap ke langit. "Neora bilang aku seorang Half-Weaver. Tapi apa itu? Dan kenapa mereka ingin aku menyelamatkan dunia mimpi?"
Yume terkejut saat suara Neora muncul lagi, tapi kali ini tak berasal dari mimpinya.
"Kau masih bingung, ya?" Suara lembutnya datang dari belakang Yume.
Yume langsung berbalik. Neora berdiri di depannya, sama seperti dalam mimpi, dengan rambut perak yang berkilau di bawah sinar matahari. Wajahnya tenang, tetapi ada kilatan serius di matanya.
"Kau… kau nyata?" tanya Yume, bingung dan terkejut sekaligus. "Aku tidak bermimpi sekarang, kan?"
Neora tersenyum tipis. "Tidak, kau tidak bermimpi. Aku ada di sini di dunia nyata, Yume."
Yume mengambil langkah mundur. "Bagaimana ini mungkin? Bagaimana bisa seseorang dari mimpiku muncul di dunia nyata?"
Neora melangkah maju mendekat. "Itulah yang harus kau pahami. Dunia mimpi dan dunia nyata tidak benar-benar terpisah. Mereka terhubung, dan para Dreamweaver seperti aku bisa bergerak di antara keduanya."
Yume menatap Neora, mencoba memahami kata-katanya. "Jadi, kau benar-benar datang dari dunia mimpi?"
"Benar," jawab Neora dengan nada tenang. "Dan kau, Yume, adalah bagian dari dunia itu. Kau seorang Half-Weaver, yang artinya kau memiliki kemampuan untuk menjelajahi dan mengendalikan mimpi-mimpi manusia, meskipun kau belum menyadarinya sepenuhnya."
Yume ingin membantah, tetapi di dalam hatinya, ia tahu Neora berkata jujur. Semuanya mulai masuk akal—mimpi-mimpi anehnya, perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.
"Apa yang kau butuhkan dariku?" tanya Yume akhirnya, suaranya bergetar sedikit. "Apa aku benar-benar satu-satunya yang bisa menghentikan Sleepless Order?"
Neora mengangguk. "Ya, Sleepless Order sedang merusak dunia mimpi dan mereka menargetkan orang-orang yang lemah dalam tidur mereka. Mereka menciptakan Echoes, bayangan dari ketakutan manusia, dan menggunakannya untuk menguasai pikiran mereka. Jika mereka berhasil, mimpi-mimpi akan menjadi mimpi buruk abadi, dan manusia tidak akan pernah bisa bangun dengan damai."
"Kedengarannya seperti sesuatu dari cerita horor," gumam Yume, mencoba mencerna segalanya.
"Tapi ini nyata," lanjut Neora. "Kau harus segera belajar menggunakan kekuatanmu sebelum Sleepless Order menemukanmu. Kau adalah satu-satunya Half-Weaver yang tersisa, dan itu membuatmu menjadi target utama mereka."
Yume menghela napas dalam-dalam, merasa terbebani oleh kenyataan baru ini. "Aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya menjadi Dreamweaver, apalagi Half-Weaver. Bagaimana aku bisa melawan sesuatu yang tidak kumengerti?"
Neora tersenyum lembut. "Aku akan membantumu, Yume. Latihanmu dimulai sekarang."
Sebelum Yume bisa berkata apa-apa, Neora mengangkat tangannya dan tiba-tiba mereka berdua dikelilingi oleh kabut tebal. Yume terhuyung, merasa tubuhnya ringan, seperti tertarik ke dalam sesuatu yang tak terlihat. Sekelilingnya mulai berubah—atap sekolah menghilang, digantikan oleh hutan yang tenang dengan langit berwarna ungu yang aneh di atasnya.
"Kita berada di dunia mimpi sekarang," kata Neora. "Ini tempat latihanmu."
Yume mengedarkan pandangannya, merasa takjub dan sedikit ketakutan. Semuanya terlihat begitu jelas, begitu nyata, tapi ia tahu ini bukan dunia nyata.
"Apa yang harus kulakukan di sini?" tanya Yume.
Neora berdiri di hadapannya, ekspresinya berubah serius. "Kau harus belajar untuk menghadapi ketakutanmu, Yume. Hanya dengan mengendalikan ketakutanmu, kau bisa mulai mengendalikan mimpimu."
Yume merasa merinding. "Bagaimana caranya?"
Neora mengangkat tangannya, dan tiba-tiba bayangan-bayangan muncul di sekitar mereka. Bayangan-bayangan itu bergerak dengan cepat, membentuk sosok yang menakutkan—sosok-sosok yang pernah muncul dalam mimpi buruk Yume.
"Ini adalah Echoes," jelas Neora. "Ini hanyalah tiruan dari Echoes yang asli, tapi cukup untuk latihanmu. Mereka adalah wujud ketakutanmu. Kau harus melawan mereka."
Yume merasa tenggorokannya mengering. "Melawan mereka? Bagaimana caranya? Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kulakukan."
Neora menatap Yume dengan tegas. "Percayalah pada dirimu sendiri. Kekuatanmu sudah ada di dalam dirimu. Kau hanya perlu belajar mengendalikannya."
Bayangan-bayangan itu mendekat, mengelilingi Yume, mata mereka bersinar merah, suara mereka mendesis pelan seperti desah angin.
Ketakutan menyelimuti Yume. Tubuhnya bergetar, dan ia ingin lari. Namun, di dalam dirinya, sesuatu mulai bangkit—perasaan aneh yang pernah ia rasakan dalam mimpi sebelumnya. Seolah ada kekuatan yang menunggu untuk dilepaskan.
"Ayo, Yume. Kau bisa melakukannya," dorong Neora.
Yume menutup matanya, mencoba memusatkan pikiran. Ia merasakan energi mengalir melalui tubuhnya, seperti arus hangat yang bergerak cepat. Perlahan, ia mengulurkan tangannya ke depan, dan dalam sekejap, cahaya biru berpendar dari tangannya.
Bayangan-bayangan itu berhenti sejenak, seolah terkejut.
Yume membuka matanya, melihat cahaya di tangannya. "Apa… ini?"
"Itulah kekuatanmu sebagai Half-Weaver," jawab Neora dengan senyum. "Sekarang, gunakan itu untuk mengusir mereka."
Dengan rasa percaya diri yang baru ditemukan, Yume mengarahkan tangannya ke arah Echoes. Cahaya biru itu berubah menjadi gelombang energi yang menghempas bayangan-bayangan itu, membuat mereka menghilang dalam sekejap.
Yume terdiam, tidak percaya apa yang baru saja ia lakukan. "Aku berhasil…"
Neora mengangguk puas. "Ini baru permulaan, Yume. Kau punya potensi yang besar. Tapi kau harus terus berlatih. Sleepless Order tidak akan menunggumu siap."
Yume menatap tangannya yang masih berpendar dengan sisa cahaya biru. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Dunia mimpi, Half-Weaver, Sleepless Order—semuanya nyata, dan ia harus bersiap menghadapi apa pun yang akan datang.
"Baik," kata Yume akhirnya. "Aku siap belajar. Ayo kita hentikan Sleepless Order."