Chereads / Kāten no mukō no kage / Chapter 24 - Chapter 23 - Jejak Kegelapan

Chapter 24 - Chapter 23 - Jejak Kegelapan

Setelah mengalahkan bayangan yang melindungi artefak, Irian dan timnya merasa seolah beban berat terangkat dari pundak mereka. Namun, meski artefak kini berada di tangan mereka, ketenangan masih terasa jauh. Irian menatap artefak yang bersinar, merasakan energi misteriusnya mengalir. "Apa yang sebenarnya bisa dilakukan oleh artefak ini?"

Kira, yang masih memfokuskan energinya, berkata, "Kita perlu mengujinya. Mungkin ia memiliki kekuatan yang bisa membantu kita dalam perjalanan ke depan." Dia mengulurkan tangannya, mencoba merasakan aliran energi dari artefak.

Garron, yang masih siaga, menambahkan, "Tetapi kita juga harus ingat, kegelapan mungkin tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan mencari kita."

Irian mengangguk, merasakan ketegangan di udara. "Kita harus pergi dari sini. Kita perlu menemukan tempat yang lebih aman untuk mengeksplorasi kekuatan artefak ini."

Mereka meninggalkan altar, melangkah lebih dalam ke hutan. Suara pepohonan yang berbisik dan dedaunan yang berdesir menemani langkah mereka. Namun, perasaan waspada terus menghantui pikiran Irian. Ia merasa seperti kegelapan mengintai dari balik setiap bayangan.

Setelah beberapa waktu, mereka menemukan sebuah gua besar yang tersembunyi di balik semak-semak. "Bagaimana kalau kita beristirahat di dalam gua ini?" Kira menyarankan. "Setidaknya kita bisa mendapatkan perlindungan dari kegelapan."

Garron mengangguk setuju. "Bagus, mari kita masuk."

Begitu memasuki gua, mereka menemukan dinding-dindingnya dipenuhi dengan ukiran kuno, menggambarkan kisah-kisah dari zaman lampau. Irian merasa ada sesuatu yang istimewa di tempat ini. "Sepertinya gua ini menyimpan banyak rahasia," ia berkomentar.

Kira mendekati dinding, menyentuh salah satu ukiran. "Lihat, ini menggambarkan pertarungan melawan kegelapan. Mungkin ada petunjuk tentang kekuatan artefak di sini."

Irian menyaksikan dengan seksama. "Kita harus mempelajari ini lebih dalam. Jika kita bisa memahami sejarahnya, mungkin kita bisa menemukan cara untuk memanfaatkan kekuatannya."

Saat mereka meneliti lebih jauh, cahaya artefak tiba-tiba bergetar, mengeluarkan suara gemuruh. Irian dan timnya terkejut, menoleh ke arah artefak yang kini mengeluarkan cahaya biru yang semakin terang. "Apa yang terjadi?" Garron bertanya, matanya lebar penuh kekhawatiran.

"Sepertinya artefak merespons sesuatu," Irian menjawab, merasa ketegangan di udara meningkat. "Kita harus hati-hati."

Kira berusaha untuk tetap tenang. "Mungkin ada sesuatu yang terhubung antara gua ini dan artefak. Kita harus mencari tahu."

Cahaya artefak semakin menyilaukan, dan dinding gua mulai bergetar. Tiba-tiba, sebuah portal terang muncul di depan mereka, membentuk lingkaran yang memancarkan energi. "Apa itu?" Kira berseru, terkejut.

Irian melangkah maju, merasa tertarik. "Mungkin itu jalan menuju pengetahuan lebih dalam tentang artefak ini." Dengan hati-hati, ia melangkah mendekat.

"Jangan!" Garron menarik lengan Irian. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi!"

Tetapi Irian merasakan panggilan kuat dari portal itu. "Aku harus pergi," katanya, tekadnya bulat. "Kita harus mengetahui apa yang tersembunyi."

Kira dan Garron saling pandang. "Kami akan ikut," Kira berkata. "Kita sudah melalui banyak hal bersama, tidak ada gunanya terpisah sekarang."

Irian mengangguk, merasakan keberanian timnya mengalir. Mereka semua melangkah ke dalam portal, merasakan energi yang menyelimuti mereka. Dalam sekejap, mereka terhisap ke dalam cahaya, seolah waktu dan ruang berputar di sekitar mereka.

Ketika cahaya mereda, mereka menemukan diri mereka berada di sebuah ruang besar, penuh dengan ukiran dan simbol-simbol yang lebih kompleks daripada yang ada di gua. "Di mana kita?" Garron bertanya, merasa bingung.

Sebuah suara bergema di ruang itu, sama dengan suara yang mereka dengar dari artefak. "Selamat datang, pejuang cahaya. Kalian telah memilih untuk menjelajahi kedalaman kekuatan artefak. Tetapi ingat, setiap kekuatan memiliki harga."

Irian menegakkan punggungnya, berani. "Kami siap menghadapi apa pun. Kami ingin melawan kegelapan."

"Baiklah," suara itu menjawab. "Untuk memperoleh kekuatan yang kalian cari, kalian harus menghadapi ujian. Hanya dengan keberanian dan persatuan, kalian akan menemukan jalan."

Ruang itu mulai bergetar, dan di tengahnya, muncul tiga jalur yang berbeda, masing-masing berkilau dengan warna berbeda—merah, hijau, dan biru. "Pilih jalur kalian," suara itu memerintahkan. "Setiap jalur akan menguji kekuatan, kecerdasan, dan keberanian kalian."

Irian merasakan ketegangan di antara mereka. "Apa yang harus kita pilih?" ia bertanya.

Kira memikirkan dengan seksama. "Setiap warna bisa mewakili sesuatu. Mungkin kita harus memilih berdasarkan kekuatan kita masing-masing."

Garron menambahkan, "Kita harus bersatu, apapun pilihan kita."

Dengan tekad yang bulat, Irian berkata, "Mari kita pilih jalur biru. Itu mewakili kekuatan kita sebagai tim."

Mereka melangkah ke jalur biru, merasakan getaran energi yang mengelilingi mereka. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, Irian tahu satu hal pasti: ujian ini akan menjadi tantangan terbesar mereka, tetapi dengan kebersamaan, mereka yakin bisa menghadapi apa pun yang akan datang.