Setelah memilih jalur biru, Irian dan timnya melangkah ke dalam dimensi baru. Ruang di sekeliling mereka tampak berkilau, penuh dengan cahaya biru yang mengalir seperti sungai. Di depan mereka, sebuah arena muncul, dikelilingi oleh dinding transparan yang berkilauan.
"Ini pasti tempat ujiannya," Kira berkata, menatap arena dengan penuh kewaspadaan. "Kita harus siap untuk apa pun."
Irian mengangguk. "Kita sudah menghadapi banyak rintangan. Bersama, kita bisa melewati ini."
Begitu mereka melangkah ke arena, suara bergema kembali, lebih mendalam dan lebih kuat. "Selamat datang, pejuang cahaya. Ujian ini akan menguji kekuatan fisik, mental, dan semangat kalian. Hanya yang mampu bersatu dapat melanjutkan."
Dengan suara itu, sosok besar muncul di tengah arena, berwujud makhluk dengan otot kekar dan mata berapi-api. "Aku adalah Penjaga Ujian. Siapkah kalian untuk menghadapi tantangan ini?"
Tanpa ragu, Irian melangkah maju. "Kami siap! Apa yang harus kami lakukan?"
"Ujian ini terdiri dari tiga tahap," Penjaga menjelaskan. "Setiap tahap akan menguji salah satu dari kalian. Jika kalian gagal, kalian akan terperangkap di sini selamanya."
Kira menggenggam tangannya. "Kami tidak akan gagal. Kami akan melewati semua ujian ini."
"Baiklah, tahap pertama dimulai!" Penjaga mengangkat tangan, dan arena mulai bergetar. "Kalian harus bertarung melawan bayangan dari diri kalian sendiri. Hanya dengan mengatasi ketakutan kalian, kalian dapat maju."
Seketika, bayangan masing-masing anggota tim muncul di hadapan mereka. Bayangan Irian terlihat lebih besar dan lebih kuat, meniru setiap gerakan dengan sempurna. "Aku tidak akan membiarkanmu melangkah lebih jauh!" teriak bayangannya.
Irian merasa ketakutan menggerogoti hatinya, tetapi ia berusaha tetap fokus. "Aku tidak takut padamu!" ia berseru, mengangkat Pedang Ketiadaan. "Kau hanyalah bayangan dari apa yang ada di dalam diriku!"
Pertarungan pun dimulai. Irian meluncurkan serangan dengan pedangnya, namun bayangannya dengan mudah menghindar dan membalas dengan serangan cepat. "Kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku. Aku adalah bagian terkelam dari dirimu!" bayangannya menantang.
Irian mengingat semua perjuangannya, semua ketakutan yang pernah ia hadapi. "Kau bukanlah diriku!" Ia berseru, mengayunkan pedang dengan lebih kuat. "Aku lebih dari sekadar kegelapan!"
Dengan tekad baru, Irian melancarkan serangan beruntun, menembus pertahanan bayangannya. Setiap serangan membuat bayangannya semakin lemah, hingga akhirnya, Irian mengeluarkan serangan pamungkas. "Ketiadaan menghapus semua ilusi!" ia berteriak, mengayunkan pedang dengan segenap kekuatan.
Bayangan itu hancur menjadi partikel gelap, dan Irian terengah-engah, tetapi penuh kemenangan. "Satu ujian selesai!" ia berseru.
Di sisi lain, Kira dan Garron juga menghadapi bayangan mereka sendiri. Kira melawan versi dirinya yang penuh keraguan. "Kau tidak cukup kuat! Semua yang kau lakukan selalu gagal!" bayangannya menghina.
"Tidak!" Kira menjawab dengan tegas. "Setiap kegagalan adalah pelajaran, dan aku akan terus berjuang!" Ia menggunakan sihir pelindungnya untuk menciptakan perisai, menghancurkan bayangannya dengan kekuatan baru.
Garron, yang melawan bayangan penuh rasa takut, meneriakkan, "Aku tidak akan membiarkan ketakutan mengendalikan hidupku!" Ia menggunakan perisainya dengan keberanian, menghadapi bayangannya yang terus menyerang.
Setelah beberapa saat, ketiga anggota tim berhasil mengalahkan bayangan masing-masing. Mereka berkumpul di tengah arena, merasa lelah tetapi bersemangat.
"Ujian pertama telah selesai," suara Penjaga bergema kembali. "Kalian telah mengatasi ketakutan kalian. Sekarang, siapkan diri untuk tahap kedua."
Sebuah portal terbuka, membawa mereka ke arena yang berbeda, di mana tiga jalan muncul di hadapan mereka. "Tahap kedua adalah ujian kecerdasan. Kalian harus memecahkan teka-teki untuk melanjutkan."
"Ini akan menjadi tantangan lain," Irian berbisik. "Kita harus bekerja sama untuk memecahkan teka-teki ini."
Sebuah suara aneh muncul, mengungkapkan teka-teki. "Di hadapan kalian ada tiga kunci. Hanya satu kunci yang akan membuka pintu menuju ujian selanjutnya. Dua lainnya akan mengarah ke kegelapan abadi."
Irian menatap kunci-kunci yang bersinar, masing-masing memiliki simbol yang berbeda. "Kita harus mencari petunjuk," ia berkata.
Kira meneliti kunci-kunci itu. "Setiap simbol bisa jadi mewakili sesuatu. Mungkin kita perlu mengingat kembali semua yang telah kita pelajari."
Dengan kekompakan tim yang kuat, mereka mulai menganalisis setiap simbol, membahas kemungkinan dan strategi. Irian merasakan energi positif di antara mereka, membuatnya semakin yakin. "Bersama, kita pasti bisa menemukan kunci yang tepat."
Setelah berdiskusi, mereka sepakat memilih kunci dengan simbol yang menyerupai cahaya. "Kita harus memilih yang mewakili harapan dan keberanian," Kira berkata.
Dengan mantap, mereka memasukkan kunci ke dalam lubangnya. Ketika kunci berputar, suara berdentang terdengar, dan pintu terbuka, membawa mereka ke tahap terakhir. "Kalian telah berhasil," suara Penjaga memuji. "Kini, bersiaplah untuk ujian terakhir yang akan menguji semangat dan ikatan kalian."
Irian menghela napas, merasakan berat di hatinya. "Kita harus berjuang hingga akhir. Tidak ada jalan mundur."
Dengan keberanian dan keyakinan, mereka melangkah maju, siap menghadapi tantangan terakhir dalam ujian kekuatan ini.