Chereads / CALAMITY OF DUNGEON : Bencana Kehancuran Bumi oleh Dungeon / Chapter 26 - [VOL. 1] #26 KISAH SANG PEMANGGIL : Pertemuan Berharga

Chapter 26 - [VOL. 1] #26 KISAH SANG PEMANGGIL : Pertemuan Berharga

0 D

(026) CHAPTER

KISAH SANG PEMANGGIL : Pertemuan Berharga

Kita kembali mengundurkan waktunya ke saat dimana gempa dunia akan segera berlangsung. Kita akan menyaksikan bagaimana perjalanan dan perjuangan yang dilakukan oleh Leo Gerganios, Komandan Tertinggi Organisasi Umat Manusia, serta merupakan teman atau bahkan bisa dikatakan sebagai sahabat dekat dari Noval.

Di hari minggu, hari bermulanya bencana gila itu, Leo tengah menonton anime seperti biasanya. Dia tengah tergeletak di atas kasur sembari mengikuti dengan serius alur cerita anime yang ditontonnya. Dia tertawa, serius, dan terkadang juga menangis sesuai dengan adegan apa yang sedang dilihatnya. Dan setelah sekitar 4 jam, tepatnya di jam 9, Leo akhirnya berhasil menamatkan 1 musim yang berjumlah 12 episode. Dia memasang wajah cukup bahagia dengan senyuman, karena anime yang ditontonnya itu mendapatkan happy ending atau akhir yang bahagia.

"Aahh!! Akhirnya selesai juga! ", teriaknya dengan bangga. Dia merentangkan tubuhnya yang kaku karena terus-menerus tiduran di kasur. "Yahh... ending yang sangat memuaskan. Gulanya kebanyakan, jadi terus-terusan senyum. Yah.., kisah cinta seperti itu hanya ada di angan-angan saja untuk orang sepertiku. ", Leo mengungkapkan pikirannya mengenai anime itu. "Aku berharap mereka melanjutkannya sampai season 2 dan seterusnya. Kalau tak salah, Light Novel 'Otonari no Tenshi' sudah sampai Volume 7 kan? Apa 8 ya? Yah, ini mah harus dilanjutin anime-nya. ", gumamnya dengan dirinya.

Leo kemudian keluar dari kamarnya untuk menyantap beberapa makanan dan menyegarkan diri dengan merendamkan tubuhnya di bak mandi. "Hahhh..... Inilah yang namanya kehidupan... ", ungkapnya sembari berendam di bak mandi. Tapi kemudian dia memikirkan dua sosok manusia yang hanya dengan membayangkannya, dia menjadi sedih.

"Aahh!! Aku tak boleh memikirkan mereka. Mereka pasti sudah tenang di sana. ", Leo langsung segera keluar dari bak mandi setelah mengucapkan kalimat itu. Dia kemudian berganti pakaian dan kembali bersantai di atas sofa depan tv.

"Hahh... Gabutnya.... ", ucapnya dengan meletakkan kepalanya di atas bantal sofa.

Mumpung hari minggu, aku ingin menghabiskan waktu dengan baik. Tapi bukan dengan menonton anime. Apa aku main ke rumah Noval ya? Hah, tapi rumahnya jauh banget sih.], ucapnya dalam hati, berbicara dengan dirinya sendiri lagi. "Yah.., daripada sendiri, lebih baik aku ke sana lah. Dia juga pasti sedang gabut di rumahnya. ", Leo berhasil menentukan apa yang ingin dilakukannya.

Dia langsung segera bersiap dan mengeluarkan motornya. Tujuannya adalah rumah Noval yang jaraknya dari rumah Leo, sekitar 45 km. Ya, itu sangat jauh. Wajar saja, Noval benar-benar tinggal di desa terpencil sih. Tapi walaupun begitu, Leo sering mengunjungi rumah Noval yang jauh itu. Dia merasa kalau Noval dan dirinya memiliki nasib yang sama.

Sama seperti Noval, Leo juga sudah kehilangan kedua orang tuanya dalam suatu kecelakaan lalu lintas. Kejadian itu terjadi sekitar 3 tahun dari sekarang, atau saat Leo menduduki bangku kelas 2 SMP. Kedua orang tuanya yang tengah dalam perjalanan pulang setelah kunjungan bisnis di Kota lain, mengalami kecelakaan maut yang membuat mereka kehilangan nyawa mereka. Leo yang saat itu masih bisa dikatakan sebagai anak kecil, sangat syok dengan berita itu. Terlebih hanya kedua orang tuanya saja yang Ia punyai. Dia tak memiliki keluarga ataupun kerabat lain selain mereka berdua.

Leo sempat mengurung diri di kamarnya selama berhari-hari karena kesedihannya. Dia menghabiskan waktunya seperti seorang hikikomori, yaitu istilah yang diberikan untuk seorang yang suka mengurung diri dan menarik diri dari lingkungan serta enggan bertemu dengan orang lain. Sifatnya saat itu, sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang dulu dan yang saat ini. Sudah banyak temannya yang mengunjunginya dan berbincang dengannya, tapi tetap tak berguna. Dia masih tenggelam dalam rasa kesedihan. Sampai datang hari dimana Leo bertemu dengan Noval.

....

....

Hari itu, Leo kehabisan bahan makanan di kulkas, dan dia berencana untuk pergi membelinya di swalayan terdekat. Kakinya melangkah ke sisi lain pintu masuk, matanya langsung dihadapkan dengan silaunya cahaya yang datang dari langit. Dia mengangkat tangannya ke depan matanya untuk menghasilkan bayangan yang melindungi pandangannya. Hanya dengan melakukan itu, Leo sudah merasa sangat kewalahan. Dan dia juga sempat mengurungkan niatnya untuk melanjutkan perjalanannya. Tapi dia akan mati bila tidak melakukan perjalanan itu, dan dengan paksaan, dia melanjutkan berjalan ke swalayan.

Dalam perjalanan menuju swalayan, tubuhnya terus mengucurkan keringat yang cukup deras. Selain karena sinar matahari yang cukup terik, Leo juga salah karena memakai pakaian tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Pakaian itu membuatnya hanya dapat memperlihatkan sebagian wajahnya saja. Keringat terlihat sangat jelas membasahi wajahnya. Ekspresinya juga terlihat seperti orang yang dilanda kekeringan panjang dan mengharapkan setetes air. Hanya dengan berjalan sebentar saja, Leo sudah mampu memperlihatkan kepayahannya saat itu.

Sekitar 5 menit sudah berlalu sejak dia melangkah keluar dari rumah. Swalayan yang ditujunya akhirnya mampu terlihat oleh mata. Dia segera menarik pintu dan masuk ke dalamnya dan mendinginkan diri. Ekspresinya berubah menjadi lega setelah merasakan sejuknya pendingin ruangan swalayan. Leo mulai berbelanja semua barang yang diperlukannya di dalam swalayan yang sepi akan manusia itu. Karena masih masuk jam kerja, orang-orang yang mengunjungi toko masih terbilang sedikit. Leo cukup merasa senang karena dia tidak bertemu dengan keramaian.

Dia langsung menuju kasir sehabis mengamankan barang-barang yang ingin dibelinya di dalam keranjang. Orang yang menjaga kasir itu menyapa Leo, "Selamat siang Kak. Selamat datang di toko kami. ", ucapnya dengan senyuman.

Mendengar itu Leo hanya terus tertunduk tanpa berani menatap mata kasir itu. Melihat reaksi Leo, kasir tersebut langsung paham dan memilih untuk tak berbicara hal yang tak perlu. Dia langsung segera menyelesaikan penghitungan dan pembayaran. "Terimakasih Kak. Silahkan datang lagi. ", ucap Sang Kasir dengan tetap berusaha tersenyum walau tak mendapat tanggapan dari Leo.

Setelah berhasil mendapatkan persediaan makanan, Leo kembali ke rumahnya dengan berjalan kaki sembari kesulitan mengangkut barang bawaannya. Di pertengahan jalan, dia bertemu dengan beberapa orang yang terlihat memiliki niat jahat terhadap dirinya. Kebetulan, jalan yang dilalui Leo terbilang jalan yang sepi akan kehadiran orang, sehingga banyak rumor yang tidak terlalu baik. Leo mencoba untuk mengabaikan orang-orang itu, tapi sepertinya dia sedang tidak beruntung hari itu.

"Hoi! Kau bocah kecil! ", panggil, atau bisa dikatakan teriak salah satu orang dengan wajah senyum yang menakutkan. "Kelihatannya itu berat. Bagaimana jika kami membantumu!? ",

Mendengar suara yang bermaknakan buruk itu, Leo mulai mempercepat langkahnya dan mengabaikan panggilan orang-orang itu. Namun tentu saja tindakannya itu berefek lebih buruk.

"Hoi bocah!! Beraninya kau mengabaikanku!! ", ucapnya dengan nada tinggi dan wajah penuh amarah. Setelah mendengar teriakan keras dari orang itu, Leo berusaha untuk berlari menyelamatkan diri. Dia berbelok di setiap tikungan dengan tujuan membingungkan orang-orang itu. Namun sayang sekali, pelariannya mampu dihentikan oleh orang-orang jahat yang jumlahnya 4 orang itu.

"Haha, sekarang kau sudah tak bisa melarikan diri!! ",

"Kami tahu semua jalan di sini! Kau takkan bisa lari dari kami! ",

"Aku akan memberikan pelajaran bagimu yang berani mengabaikan sapaanku! ", ucapnya dengan senyuman mengintimidasi.

"Maafkan aku... Biarkan aku pergi... ", ucap Leo dengan wajah memelas kepada mereka.

"Hahaha... Lihat dia bro! Wajahnya sangat menyedihkan!! ",

"Tak perlu diberitahu pun aku bisa melihatnya!! ",

"Hahahaha!!!.... ", mereka semua menertawakan Leo yang terjebak dalam situasi yang mustahil untuk diubahnya itu.

"Maaf saja, kami akan bermain denganmu sebentar saja...! ", ucapnya sembari mengarahkan kakinya ke perut Leo.

Leo langsung terjatuh dan menjatuhkan semua semua barang belanjaannya. Dan sudah bisa ditebak apa yang terjadi setelah itu. Leo mengalami pengeroyokan yang cukup parah. Setidaknya hingga wajahnya tidak bisa dikenali lagi.

"Hentikan! ", ucap Leo dengan suara yang cukup besar. Namun sayang suaranya tidak mendapatkan tanggapan dari para preman itu. "Hentikan! ", dia masih terus berucap. "Hentikan!.... Hentikan!..... Hentikan!... ", lama kelamaan, suaranya bergetar diiringi oleh tangisan.

Orang-orang yang melihat Leo yang seperti itu, tambah melantangkan tawa mereka sembari terus melancarkan rundungan. Bagi mereka, ekspresi Leo saat ini adalah ekspresi yang sangat-sangat mereka harapkan. Dari situlah, tawa kepuasan mereka muncul. Tawa yang muncul saat melihat orang lain menderita.

...

Setelah beberapa menit berlalu, perundungan masih terus berlanjut. Leo juga masih terus berusaha untuk menghentikan tindakan para preman itu dengan suaranya yang mulai mengecil. Di saat itu, datang sebuah suara lantang yang mampu menghentikan perundungan itu.

"Hoi kalian!! Hentikan itu!! ", suara yang lantang dan berani memecah tawa puas dari para preman. Suara itu datang dari sosok anak laki-laki dengan seragam SMP. Rambutnya putih hampir menutupi wajahnya, dan matanya sangat mengintimidasi dengan tatapan ungu yang tajam.

"Haahh!? Ada apa kau anak kecil!!? ",

"Apa kau mau sok-sokan jadi pahlawan!? ",

"Atau malah kau juga pengen jadi babak belur kayak dia!? ",

Anak itu menghampiri para preman dengan mengabaikan perkataan mereka.

"Hohh.. Apa kau berani menantang kami!? ",

"Entah kenapa aku tak suka dengan wajahnya itu!! Sepertinya dia sangat populer di sekolahnya! ",

"Kau benar, itu sangat menyebalkan. Tapi kita punya kesempatan untuk mengubah wajahnya itu. ",

"Hahaha... Mari manfaatkan waktu ini baik-baik. ",

Para preman mulai menuju ke arah Anak yang juga sedang berjalan ke arah mereka itu. Mereka merasa sangat bersemangat untuk memukuli Anak berambut putih itu.

"Inilah alasan kenapa aku benci bicara dengan orang lain. ", ucapnya dengan wajah yang tak menampilkan ekspresi apapun.

Dan dalam sekejap, Anak berambut putih itu menumbangkan 4 preman yang jelas-jelas memiliki perawakan yang lebih besar darinya. Gerakannya sangatlah cepat dan pukulannya sangatlah kuat.

Apa-apaan gerakan itu? Siapa sebenarnya dia?], tanya Leo dalam hati. Wajar baginya untuk terkejut. Gerakannya sangat tak wajar untuk seorang anak kecil. Bahkan untuk manusia, gerakan itu sangat tidak wajar untuk dilakukan.

"Apa kau tidak apa-apa? ", tanya Anak itu kepada Leo sembari mengulurkan tangannya.

Hei, aku tahu siapa dia.], Leo ternyata mengenal anak itu.

"Ah maaf. Tak mungkin kau tak apa-apa setelah mendapat semua luka itu. Ayo kita pergi ke taman sebentar. ", ajak Anak itu. Anak itu segera mengumpulkan barang belanjaan Leo dan membawanya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya bertugas menopang tubuh Leo.

Setelah sampai di taman yang jaraknya tidak terlalu jauh, Anak itu meletakkan Leo di atas kursi di bawah pohon beringin yang besar. "Kau istirahat di sini sebentar, aku akan segera kembali. ", ucap Anak itu, kemudian dia langsung pergi untuk membeli obat-obatan dan air.

Leo mulai berbincang dengan dirinya sendiri selama Anak itu pergi.

Hahh... Aku selamat. Aku selamat berkat anak itu.

Tapi sebenarnya siapa namanya ya? Aku pernah melihatnya, tapi aku tak tahu namanya. Tapi kuakui dia sangat hebat. Penampilannya memang seperti anak kecil, tapi keberanian dan kekuatannya tidak wajar dimiliki anak kecil. Dia mengalahkan 4 orang dewasa sekaligus dalam sekejap loh! Apa itu wajar bagi anak yang kemungkinan usianya masih sama denganku?

Yang jelas, dia berada di sekolah yang sama denganku. Seragam yang dia pakai sudah menjadi alasan yang sangat kuat. Dan aku yakin dia pasti berada di angkatan yang sama denganku. Nanti aku coba tanyakan namanya.

.....

Setelah sekitar 3 menit berlalu, Anak itu kembali dengan membawa obat-obatan dan perban. "Maaf, apa aku pergi terlalu lama? ", tanyanya dengan masih tanpa ekspresi.

"Tidak, jangan pikirkan itu. Dengan hanya menyelamatkan saya dari para preman saja, saya sudah sangat berterimakasih. Saya tak bisa merepotkanmu lebih dari ini. ", ucap Leo dengan bahasa yang sangat sopan.

"Ah, sudah wajar bagiku menyelamatkanmu. Juga, sepertinya kita sepantaran, bahasa kaku tak diperlukan. ", ucap Anak itu.

"Begitukah? Kalau begitu, aku akan berbicara seperti biasa. Maaf terlambat memperkenalkan diri. Namaku Leo, Leo Gerganios, kelas 2 SMP Dugo. ", Leo memperkenalkan dirinya.

"SMP Dugo? Itu SMP yang sama denganku. Dan sepertinya aku juga pernah mendengar namamu di suatu tempat. ",

Leo adalah anak yang cukup aktif dalam kegiatan sekolah, ekstrakurikuler, maupun perlombaan. Jadi namanya cukup terkenal di kalangan anak-anak SMP Dugo. Setidaknya 80 dari 100 murid tahu seperti apa sosoknya.

"Y-yah.. Kurasa aku cukup dikenal dikalangan sekolah. ", ucap Leo sembari menggaruk belakang kepala. "Lalu, boleh aku tau namamu? ",

"Ah, tentu saja. Namaku adalah Noval, Noval Vastarte. Sama denganmu Leo, aku juga kelas 2, tepatnya 2 A. ", Noval, adalah nama anak yang menyelamatkan Leo. Tentu saja itu Noval. Ini memang cerita tentang pertemuan antara Leo dan Noval.

"Noval? ", Noval ya? Dan lagi kelas 2 A. Bukannya itu juga kelasku? Bisa-bisanya aku tak mengenali dirinya?], Leo dan Noval berada di kelas yang sama, tapi mereka sama-sama tidak mengenal satu sama lain. Kalau tak salah ada satu orang di kelas yang selalu menyendiri di pojok ruangan. Dia cukup terkenal di kalangan gadis, tapi aku tidak terlalu memperdulikannya. Jadi Noval adalah Serigala Penyendiri yang dimaksud oleh para gadis? Dan juga, kenapa tidak ada satupun dari kami yang kenal satu sama lain? Padahal sekelas loh!], Leo sedang memikirkan keanehan itu.

"Ada apa Leo? ", Noval bertanya karena Leo terdiam cukup lama.

"Ah, maaf. Aku hanya sedang mengingat namamu. Kalau tak salah, aku pernah mendengar tentangmu. Noval Vastarte, Sang Serigala Penyendiri. ",

"Eh!? Apa-apaan sebutan itu!? ",

"Itu adalah julukan yang kau dapatkan. Aku mendengar banyak tentangmu dari para gadis di kelasku. Mereka berkata kalau kau selalu duduk di kursimu dan tak mengobrol dengan teman-teman sekelasmu. Aura yang kau miliki membuatmu sulit untuk didekati orang lain. Bahkan tidak ada satu orang pun yang pernah melihat kau tersenyum. Namun penampilanmu yang keren membuatmu mendapatkan banyak sekali penggemar. Apa kau tak sadar sama sekali tentang ini? ", jelas Leo diakhiri dengan pertanyaan.

"Tidak, aku sama sekali tak tahu tentang julukan ataupun penggemar itu. ", jawab Noval yang kini sudah mengeluarkan ekspresi bingung.

Maaf, sebenarnya aku juga tidak menyadari keberadaanmu, walaupun kita teman sekelas.], Leo masih merasa bersalah.

"Tapi aku sadar kalau aku itu seorang penyendiri dan tak pernah tersenyum. ", Noval menambahkan.

"Yahh, kita kesampingkan dulu bahasan itu. Sekali lagi, salam kenal Noval. Terimakasih karena sudah menyelamatkanku dari situasi bahaya tadi. ", Leo mengulurkan tangan, bermaksud untuk berjabat tangan dengan Noval. Dia memilih untuk mengabaikan fakta kalau mereka adalah teman sekelas.

"Ya, salam kenal juga Leo. Sudah kubilang, wajar bagiku membantu orang yang kesusahan. Ibuku akan marah jika membiarkanmu tetap dirundung seperti tadi. ", jawab Noval sembari menyiapkan perban.

"Haha... Berarti aku juga harus berterimakasih pada Ibumu ya? ",

"Ya, lakukanlah itu lain hari. Sini, aku akan mengurus luka-lukamu itu. ", Noval mulai mengobati luka-luka Leo dan memerbannya dengan baik.

Mereka lanjut duduk dan mengobrol setelah luka tertutup dan perban terlilit dengan sempurna.

"Hoho.. Kau sangat terampil mengobati luka orang lain ya Noval? ",

"Yah.., aku pernah belajar mengenai ini dulu. Lagian, bagaimana bisa kau sampai dipukuli preman-preman tadi? ", tanya Noval.

"Yahh... Aku sama sekali tak mengganggu mereka. Aku hanya ingin pulang ke rumah setelah membeli makanan di swalayan. Tapi mereka menghadangku dan memukuliku. ", jelas Leo.

"Heh? Apaan itu? ", Noval pun sedikit terkejut dengan penjelasan Leo. "Terkadang orang nganggur memang suka melakukan hal yang tak masuk akal ya? ",

"Yahh begitulah. Daripada itu, aku lebih penasaran padamu yang bisa dengan mudahnya mengalahkan mereka berempat sekaligus. Apa-apaan kekuatan yang kau miliki itu? ", Leo mengganti bahasan dengan topik yang sangat ingin dibahasnya.

"Eh? Yah.... Aku hanya selalu melatih tubuhku saja. Walau aku tak suka berinteraksi dengan orang lain, aku suka menggerakkan tubuh dan berlatih bela diri. Mungkin karena sedari kecil aku sudah melatih tubuh dan ototku, serta kemampuan bela diri, aku jadi bisa berhadapan dengan orang dewasa. ", jelas Noval.

"Hehh... Jadi begitu ya? Pantas saja kau sangat kuat. Mungkin kau adalah orang terkuat yang pernah aku temui sejauh ini. ", ucap Leo dengan tatapan kekaguman.

"Apaan itu? Hentikan. Kalau saja kau berlatih, aku yakin kau akan bisa menyamaiku. ",

"Hahaha... Itu tak mungkin. Levelmu sudah jauh berbeda. Akan sangat sulit bagiku mengejarmu. Terlebih, aku adalah orang yang sangat menyedihkan. Aku orang yang tidak berguna. Seseorang sepertiku tak bisa dibandingkan dengan sosok keren sepertimu, Noval. ", balas Leo dengan merendahkan dirinya.

"Hei.. Kenapa tiba-tiba malah merendahkan diri sendiri? ", tanya Noval.

"Maaf, ini sudah jadi kebiasaanku akhir-akhir ini. ", jawab Leo dengan ekspresi senyum murung. Sifat merendahkan dirinya ini muncul semenjak Leo kehilangan keluarganya. Dia merasa bahwa dirinya itu tidak berguna lagi di dunia ini.

"Leo, aku tak tahu apa yang sedang kau alami saat ini. Dan mungkin itu berkaitan dengan alasan kenapa kau tidak masuk sekolah. Aku takkan bertanya detail mengenai masalahmu. Tapi biarkan aku mengatakan hal ini padamu. ", Noval meninggalkan tempat duduk dan berpindah tempat. Dia berdiri di hadapan Leo yang tengah duduk di bawah pohon beringin nan teduh.

Di situ, Noval memegang pundak Leo dan mulai berbicara, "Asal kau tahu Leo. Aku itu orang yang tidak banyak bicara, bahkan tidak menyukai melakukan kontak dengan orang lain, walaupun hanya sekedar bertatapan saja. Tapi anehnya, hari ini aku bisa berbicara dengan lancar, malah mungkin terlalu lancar. Aku bisa dengan mudahnya menatap matamu dan kita saling berbincang. Aku merasa nyaman dan mudah saat berbincang denganmu. Bahkan aku mengeluarkan ekspresi yang sangat jarang aku keluarkan. Dengan semua itu, apa kau tahu artinya, Leo? ", Noval mengakhiri ucapannya dengan pertanyaan.

"Tidak... ", jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Itu artinya, keberadaanmu bisa mengubah diriku yang biasanya, menjadi diriku yang baru. Aku yang biasanya takkan pernah menampilkan senyuman seperti ini. ", ucap Noval sembari menampilkan senyumannya untuk pertama kali. "Keberadaanmu membuatku bisa mengekspresikan sesuatu yang biasanya tak bisa aku keluarkan. Itu adalah suatu bakat yang langka. Bakat untuk disukai oleh orang lain, aku merasakan itu ada padamu, Leo. ", ucap Noval dari lubuk hatinya. Dia mengucapkan kalimat-kalimat itu tanpa ada kebohongan.

Mendengar ucapan-ucapan Noval, Leo merasa dirinya sangat terkejut. Leo terkejut karena masih ada orang yang menganggap dirinya seperti itu. Dia terus terdiam dengan mata yang terus menatap Noval.

"Jadi, apa kau masih menganggap dirimu tak berguna, Leo? ", Noval bertanya dengan masih tersenyum ke arah Leo.

Leo menjawab pertanyaan Leo itu dengan tangisan yang lumayan lantang. Noval kembali duduk di samping Leo dan menemaninya mengeluarkan perasaannya.

......

......

Sekarang sudah tahu kan? Kenapa Leo sangat-sangat menghargai sahabatnya, yaitu Noval. Noval adalah sosok pahlawan bagi Leo. Dia jugalah yang sudah menarik Leo dari masa-masa kelamnya dulu. Walaupun tidak terlalu terlihat, Leo sebenarnya sangat menghormati dan mengagumi sosok Noval.

***