102 D
(024) CHAPTER 24
SEBUAH UNGKAPAN YANG MENGEJUTKAN
Semua mayat monster telah berhasil dibereskan. Magic Stone serta semua material monster juga hampir diamankan seluruhnya. Jadi bisa dikatakan, penghentian bencana monster telah selesai sepenuhnya. Walau pasti akan ada Dungeon Stampede lain di masa depan nanti, itu bukanlah bahasan yang penting untuk saat ini. Yang penting saat ini, adalah merasa bahagia karena tidak ada satu orang pun korban dalam serangan monster yang gila kali ini.
Setelah sesi ceramah panjang dari Selia selesai, Noval sekarang berada dalam keadaan abu, tanpa energi. Seluruh tubuhnya lemas. Dia terus terdiam di tempat dengan lamunan di wajahnya. Selia benar-benar sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam bercakap, dan hal itu tersampaikan dengan sangat baik ke Noval. Hasilnya ya, adalah Noval yang saat ini.
Leo yang dari tadi menyaksikan Selia dan Noval pun akhirnya turun untuk memeriksa keadaan mereka.
"Halo Selia. ", sapa Leo yang langsung turun dari punggung Shiro.
"Ah, Kak Leo. ", Selia menyapa balik.
"Bagaimana keadaan semua orang? ", hal pertama kali yang ditanyakan Leo adalah keselamatan semua orang. Seperti yang diharapkan dari pemimpin.
"Tenang saja. Semuanya sudah baik-baik saja di sana. Aku sudah menyembuhkan semua orang tanpa menyisakan satupun luka. ", jawab Selia dengan senyuman menenangkan.
"Begitukah. Aku sungguh sangat berterimakasih padamu mengenai itu. Biarkan aku ucapkan terimakasih dari hati yang terdalam padamu. ", Leo berterimakasih dengan kembali menundukkan kepalanya. Tindakan itu juga ikut dilakukan oleh Ao dan Shiro.
"Eh!? Sudah kubilang hentikan itu Kak Leo! Aku melakukannya karena aku ingin melakukan itu! ", ujarnya dengan wajah yang terlihat panik melihat tindakan mereka. "Sudah, angkat kepalamu Kak! Aku tak tahan melihat orang yang seperti itu padaku! ", dia meminta mereka mengangkat kepalanya kembali.
"Ahaha... Maaf. Ini adalah bentuk rasa terimakasihku padamu. ", Leo mengangkat kepalanya kembali, diikuti Ao dan Shiro. "Aku melakukan hal yang wajar untuk kulakukan. ", tambahnya.
"Aku sangat menghargai hal itu. Tapi seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, aku melakukannya karena aku juga ingin melakukannya. Jadi, Kak Leo tak perlu memikirkan apa yang sudah aku lakukan. Asalkan semua orang tersenyum, bukankah itu sudah cukup? ", ujar Selia dengan menampilkan senyuman indahnya.
Leo kembali tertegun sejenak dengan ungkapan Selia. "Hei Selia. Apakah kamu pernah disebut sebagai malaikat? Atau bahkan mungkin Dewi? ", tanya Leo dengan wajah kagum.
"Eh? Apa yang Kak Leo katakan? ", tanya Selia sedikit terkejut. "Yah.., tadi orang-orang di OUM menyebutku begitu sih. Tapi entah kenapa rasanya sedikit geli saat ada yang menyebutku begitu. ", ucapnya.
"Tidak, kukira sebutan itu sangat cocok denganmu. ", (Leo)
"Eh!? Aku tak merasa itu cocok! ", (Selia)
"Tidak, itu sangat cocok. Bahkan jika aku membandingkan seluruh manusia di dunia ini, hanya kamulah yang paling cocok menyandang gelar itu. ", ujar Leo yang terus memuji Selia.
Mendengar hal itu, Selia menampilkan wajah merah merona. "Hei hentikan itu Kak Leo! Jangan terlalu berlebihan menyanjungku begitu! ", ucapnya yang memerah wajahnya.
"Ahahaha... Maaf maaf. Kita cukupkan bahasan tentang ini. ", Leo memutuskan untuk membahas tentang Selia dan memulai topik baru. "Selanjutnya Selia, bukankah kamu terlalu kejam padanya? Lihatlah Noval saat ini. Wajah yang dipasangnya sudah seperti wajah yang melihat akhir dari dunia saja. ", ucap Leo dengan sedikit tawa di wajahnya.
Selia melihat ke arah Noval dan menghentikan wajah merahnya. "..a-ahaha.. mungkin benar. ", Selia mengakui kalau dia sedikit berlebihan. "Tapi aku tak menyesalinya. Setidaknya itu bisa dijadikan pembelajaran bagi Kak Noval untuk lebih memperhatikan kekuatannya. ",
"Begitukah? Yah.., dia memang perlu menahan dirinya untuk menggunakan kekuatan yang tak masuk akal seperti itu sih. ", ungkap Leo setuju dengan perkataan Selia.
"Betul itu. ", balas Selia. "Lalu, apakah Kak Leo telah selesai dengan urusan yang ada di sana? ", Selia kembali mengganti topik pembicaraan.
"Ya, paling hanya beberapa saja di sekitar sini yang belum aku kumpulkan. ", jawab Leo. "Ini hanyalah pekerjaan mudah, jadi kalian berdua kembalilah dulu ke markas. ", Leo meminta Noval dan Selia untuk kembali.
"Hmm... Kalau begitu aku akan membantu. ", Selia menawarkan diri.
"Eh? Tak usah. Biar aku saja yang menyelesaikannya. ", namun Leo menolaknya.
"Tidak masalah Kak Leo. Hitung-hitung sembari menunggu Kak Noval bangun. ", ucap Selia dengan kembali senyuman indah andalannya.
"Hahh.. Kamu dan Noval memang sama-sama keras kepala ya? ", (Leo)
"Ya! Kalau urusan itu, kami sepertinya memang agak mirip. ", (Selia)
"Kalau begitu, aku terima bantuan itu. ", (Leo)
"Baik, terimakasih. ", ucap Selia. "Ee.. Ngomong-ngomong, kalau tidak salah Shiro, 'kan? ", tanya merujuk pada Shiro.
Shiro yang mendengar itu, segera terhentak sadar dari lamunannya. "Eh? Ah Ba-baik! Ada apa, Nona Selia? ", jawabnya dengan wajah yang sedikit terkejut dan panik.
"Kenapa dari tadi terus menatapku? Apa ada sesuatu yang aneh denganku? ", tanya Selia kembali. Sedari tadi Shiro terus menatap Selia dengan tatapan tajam. Dan Selia penasaran dengan itu.
"Ah! Ma-maafkan saya, Nona Selia! Saya tidak ada maksud apapun!! ", jawab Shiro yang bertingkah panik.
"E, begini Selia. Sepertinya, Shiro sudah menjadi salah satu dari penggemarmu. Dia sangat mengagumimu. ", jelas Leo.
"Ya-Yang Mulia!? ", (Shiro)
"Eh? Penggemar? Memangnya apa yang mengagumkan dariku? ", tanya Selia sembari mendekatkan diri kepada Shiro. Shiro pun semakin panik dan gugup karena itu.
"Kamu masih saja merendahkan hatimu ya?... ", ucap Leo. "Yah... untuk hal itu, kamu bisa mengobrol dengannya langsung saja. Aku akan pergi bersama Ao, jadi Shiro, kamu puas-puaskanlah mengobrol dengan Selia. ", ucapan Leo membuat Shiro sangat terkejut.
"Eh!? Yang Mulia!? ", ungkap Shiro dengan wajah yang panik.
Leo kemudian segera pergi dengan menunggangi Ao yang berubah bentuk menyerupai Shiro. Mereka pergi menjauh dan memulai aktivitas mereka.
"Kalau begitu Shiro, haruskah kita mulai juga? ", tanya Selia yang memutuskan menjauh dari topik 'penggemar' untuk sementara.
"Ba-baik, Nona Selia. Silahkan naiklah ke atas punggung saya. ", ucap Shiro sembari merendahkan tubuhnya. Tapi tetap saja, ukuran tubuhnya yang besar masih terlihat cukup tinggi bagi Selia walaupun dia sudah berbaring.
"Aku boleh menaikimu? Waah... Terimakasih. ", tapi Selia tetap bisa naik dengan bantuan sihir angin. "Waah, kamu sangat besar ya, Shiro. Bulumu juga halus dan terasa nyaman. ", ungkapnya tentang Shiro dengan wajah senang.
"Te-terimakasih atas pujiannya, Nona Selia. ", Shiro pun berterimakasih dengan wajah yang terlihat senang, walau tergambar juga perasaan malu di wajah senangnya itu.
"Oke, Ayo maju, Shiro! ", ucap Selia layaknya anak kecil. Yah.., dia memang masih anak kecil sih. Malahan ini adalah sikap yang seharusnya dipunyainya.
"Baik! ", mereka berdua juga mulai bergerak untuk menyelesaikan pengumpulan terakhirnya.
Sementara itu, Noval masih dalam keadaan yang sama seperti sebelumnya. "Se-Selia... ma-maaf... ", gumamnya dalam pikiran yang campur aduk dan kesadaran yang sedang berkelana entah ke mana.
...
...
Beberapa waktu kemudian, pengumpulan Magic Stone serta material monster telah selesai sepenuhnya. Mereka semua kembali ke markas secara bersamaan. Noval juga sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya, walau sepertinya belum pulih sepenuhnya.
"Hei Kak Noval, apa Kak Noval baik-baik saja? ", tanya Selia sembari berjalan berdampingan dengan Noval. Sementara itu, Leo, Ao, dan Shiro sudah berjalan di depan mereka menuju markas.
"Ah, aku baik-baik saja. Aku sungguh minta maaf. Padahal aku bilang akan memanfaatkan sihirmu dengan baik. Tapi aku malah merepotkan banyak orang lagi. ", ucapnya dengan wajah murung.
"Sudah kubilang aku juga salah karena tak mengingatkan Kak Noval. Sudahlah, kita hentikan ini. Aku juga sadar kalau aku sedikit kejam pada Kakak. Lagian, tidak ada pihak yang merasa direpotkan juga 'kan. Jadi, kembalilah jadi Kak Noval yang biasanya, ya? ", pinta Selia.
Noval yang mendengar kalimat manis dari Selia itu pun, seketika langsung bangkit dari kemurungannya. "Benarkah? Kamu memaafkanku ya? Terimakasih banyak, Selia. ", ucapnya dengan wajah yang sumringah. Dia kemudian langsung memeluk Selia.
"Uoh!? ", Selia sedikit merasa terkejut karena tindakan tiba-tiba yang dilakukan Noval. "Dasar, Kak Noval ini. ", Selia pun kembali menampilkan senyuman karena pelukan itu.
Sementara itu, di tempat Leo juga sedang terjadi percakapan.
"Jadi, bagaimana tadi, Shiro? ", Leo bertanya pada Shiro mengenai dia yang tadi mengobrol singkat dengan Selia.
"Ba-bagaimana apanya, Yang Mulia? ", tanya Shiro dengan wajah malu-malu.
"Halah, kau tak usah malu-malu. Apa kau berhasil mengungkapkan perasaanmu pada Selia, itu yang aku tanyakan. ", ucap Leo dengan senyum jahilnya. "Tak usah disembunyikan, ceritakanlah saja padaku. ",
"E.... Saya hanya mengungkapkan perasaan saya yang sebenarnya saja pada Nona Selia. Saya menyukai sihir beliau dan kagum akan sosok beliau yang memainkan sihir dengan indah. Dan kemudian beliau berkata, "Begitukah? Aku sangat senang mendengarnya. Aku senang ada orang lain yang menyukai sihir selain aku. Lain kali, aku akan menunjukkan sihir lainnya yang aku kuasai padamu", begitu. Saya pun sangat berterimakasih pada beliau akan hal itu. Lalu, Nona Selia juga mengajak saya mengobrol tentang sihir kapan-kapan. Dan saya pun dengan senang hati menerima ajakan beliau tersebut. ", Shiro bercerita dengan wajah bahagia. Leo dan Ao yang melihat Shiro yang seperti itu, secara otomatis juga ikut tersenyum
"Begitukah. Aku senang kalau kau merasa senang. ", ucap Leo sembari mengelus Shiro.
"Te-terimakasih banyak, Yang Mulia. ", (Shiro)
Mereka semua terus berjalan sembari mengobrol satu sama lain. Hingga akhirnya, mereka sampai di markas OUM.
"Uooh.. Stadion olahraga? ", ucap Noval.
Di depan markas, 4 Ketua Divisi menyambut mereka semua.
"Selamat datang kembali, Tuan Leo, Tuan Noval, Nona Selia, serta Tuan Ao dan Nona Shiro! Semua telah menantikan kepulangan anda semua! ", ucap Ketua Divisi 3, Tarso dengan tegas dan pose penghormatan. Ketua Divisi lainnya juga melakukan pose yang sama.
"Ya, kami kembali. Terimakasih karena telah menyambut kami. ", balas Leo mewakili semuanya. "Apakah semua orang sudah baik-baik saja? ",
"Baik! Semua telah sembuh dan sehat berkat Nona Selia! ", jawab Ketua Divisi 1, Hadi.
"Syukurlah kalau begitu. ", Leo kembali meneruskan jalannya. "Malam ini, kita akan mengadakan pesta yang meriah. Tolong atur hal itu dengan baik. ", ucap Leo layaknya perintah.
"Baik, Komandan Leo. ", jawab Ketua Divisi 2, Gani. Daripada bertarung, Divisi 2 biasanya lebih mengurusi hal yang ada di dalam markas, seperti pengobatan, pengelolaan pangan, serta penelitian. Divisi 3 memiliki tugas pencarian korban bencana yang masih selamat. Sedangkan Divisi 1 dan 4 berfokus penuh pada pertarungan melawan monster. Divisi 1 melawan monster dengan penyerangan, sedangkan Divisi 4 melawan monster dengan pertahanan.
"Hoo Apa ini? Kenapa kau berlagak layaknya pemimpin? ", Noval mulai menjahili Leo seperti biasa.
"Aku memang pemimpin organisasi ini! ", jawab Leo dengan wajah yang mulai terlihat kesal.
"Oh, begitukah? Apa aku harus memanggilmu Komandan seperti yang lainnya? ", tanya Noval dengan wajah dan nada bicara seperti mengejek.
"Hentikan itu! Aku akan merasa mual saat kau memanggilku begitu! ", (Leo)
"Heeh.. Kok begitu sih, Komandan Leo... ", (Noval)
"Agh! Berisik kau, Noval! Awas saja kau nanti ya! ", ucapnya dengan wajah yang mulai memerah karena malu.
"Hahh.. Kak Noval ini ya... ", Selia kembali menghembuskan nafasnya melihat tingkah dari Kedua Kakaknya, khususnya Noval. "Apa Kak Noval bisa berhenti menjahili Kak Leo? ", Selia bertanya dengan nada yang lumayan tinggi.
"Bagus Selia, marahi dia. ", Leo merasa senang karena seperti dibela oleh Selia.
"Eh? A-ah.. Maaf Selia. Aku hanya tidak tahan saja dengan sikap kepemimpinan Leo. ", (Noval)
"Kenapa? Bukankah sikapnya hebat sebagai seorang pemimpin? ", (Selia)
"Ya, karena itulah aku menjahilinya. Aku sedikit tak menyangka dengan itu. ", jawab Noval sembari tertawa kecil.
"Hahh!? Apa maksudnya tak menyangka!? Maksudmu aku tak cocok dengan itu hah!? ", tanya Leo kesal sembari menarik baju Noval.
"Y-yah.. Mengingat kau yang dulu. Aku tak bisa membayangkan sosokmu yang hebat sebagai pemimpin. Dan entah kenapa aku tersenyum secara alami karena itu.... ", jelasnya dengan masih tertawa kecil.
"Sialan kau Noval! ", Leo semakin malu dibuatnya.
"Sudah, hentikan kalian berdua! Kak Noval berhenti menjahili Kak Leo! Kak Leo juga harus jaga sikap Kakak sebagai pemimpin! Jangan dengarkan dan menanggapi ucapan Kak Noval! ", Selia mengeluarkan suara yang cukup tinggi untuk menasihati 2 Kakak konyolnya.
"Ba-baik, maafkan kami, Selia! ", mereka berdua pun langsung menurut. Yah.., setelah melihat bagaimana nasib Noval setelah mendapatkan ceramah dari Selia, tak mungkin bagi mereka untuk menentangnya. Di sini malah terlihat, Selia memiliki kedudukan lebih tinggi dari Noval dan Leo. Ketua Divisi yang melihat Selia yang marah itu juga langsung merinding seketika. Itu bukti seberapa berpengaruhnya keberadaan Selia.
"Baguslah kalau kalian mengerti.. ", (Selia)
Sementara itu, Ketua Divisi 3 dan 4 yang berada di barisan paling belakang saling berbincang.
"Hei Ketua Tarso, bukankah mereka sangatlah akrab? ", tanya Ketua Divisi 4 Leno setelah melihat tingkah Noval dan Leo.
"Ya, aku dengar kalau dulu, Tuan Noval dan Tuan Leo adalah teman yang sangat dekat. Jadi perbincangan seperti itu sudah wajar bagi mereka berdua. ", jawab Tarso berdasarkan apa yang dia tahu.
"Hee.. Teman yang sangat dekat ya? Yah.. Melihat sikap itu, aku takkan ragu sih. Tapi hebat juga ya, mereka sama-sama berteman dan sama-sama pemilik kekuatan. ", (Leno)
"Ya, terlebih lagi, ada sosok malaikat, atau bisa dibilang Dewi yang memanggil mereka dengan sebutan Kakak. Nona Selia adalah sosok hebat yang mampu berdiri sejajar dengan mereka berdua. Bahkan beliau seperti memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari mereka berdua. ", ungkap Tarso mengenai sosok Selia.
"Yah.., hanya dengan melihat kejadian tadi saja, aku sudah tahu seberapa hebat Nona Selia. Beliau memang pantas disebut sebagai Dewi. ", tambah Leno.
"Ya. Pokoknya jangan sampai membuat Nona Selia marah ya? ", (Tarso)
"Ya, aku paham itu. ", (Leno)
Apa sih yang mereka katakan? Bisa-bisanya aku mendapatkan sebutan Dewi..], Selia mendengar percakapan Tarso dan Leno.
....
....
Mereka akhirnya sampai di lapangan. Semua orang telah menunggu kedatangan mereka dengan senyuman yang terpancar di wajah masing-masing dari mereka. Saat mereka masuk ke dalam lapangan, teriakan dan sorakan terus terdengar di telinga serta menggelegar di udara dengan meriahnya. Noval dan lainnya pun terpaksa menjawab sorakan itu dengan lambaian tangan mereka.
"Waah.. Meriah sekali ya? ", ucap Noval dengan suara lirih.
"Ini pertama kalinya bagi Kak Noval ya? Wajar bagi Kakak untuk terkejut. ", ucap Selia kepada Noval juga dengan suara lirih.
"Hei kalian berdua. Bagaimana denganku? ", tanya Leo dengan suara lirih pula.
"..ahaha... Sepertinya Kak Leo sangat kerepotan ya? ", (Selia)
"Maaf sudah mengejekmu tadi Leo. ", (Noval)
Setelah mereka sampai di bagian hampir menuju tengah lapangan, nampak sebuah papan kayu yang luas dan juga cukup tinggi layaknya sebuah panggung. Sepertinya semua orang sudah menyiapkan hal itu dengan sangat baik.
"Eeh? Apa kita harus menaiki ini? ", tanya Noval dengan suara yang masih dikecilkan volumenya.
"Hm. Sepertinya begitu. Sebenarnya apa yang mereka lakukan? ", ucap Leo.
"Jadi hal ini yang dari tadi semua orang lakukan ya? ", ucap Selia. Saat dia mengobrol dengan anak-anak tadi, semua orang seperti sedang sibuk melakukan sesuatu. Dan ternyata mereka mengerjakan ini.
Mereka bertiga menaiki panggung itu bersama Ao dan Shiro. Kemudian Ketua Divisi 1, Hadi mengeluarkan suaranya. "DIAMLAH SEMUANYAAA!!! ", teriaknya dengan suara yang menggema. Mendengar teriakan itu, semua orang langsung menutup mulut mereka dengan rapat, lalu memfokuskan pandangan mereka pada Noval dan lainnya. "Silahkah, Komandan Leo. ", dia mempersilahkan Leo untuk berbicara.
Terlihat raut wajah panik terpasang pada Leo. Namun, karena mungkin dia sudah terbiasa akan situasi seperti ini, dia tetap berusaha untuk berbicara.
"Ee.. Semuanya. Pertama-tama, aku ingin mengucapkan terimakasih kepada kalian semua, karena sudah menyiapkan sesuatu yang hebat seperti ini. Sebenarnya aku ingin bertanya kapan kalian membuat sesuatu seperti ini, tapi aku urungkan itu. ", Leo menyindir tentang panggungnya. "Selanjutnya, aku ingin memberikan pengumuman bahwa serangan monster hari ini sudah berakhir sepenuhnya! ", ucapan Leo disambut dengan teriakan meriah dari semua orang. "Hal itu bisa terjadi berkat 2 orang yang ada di sampingku saat ini. Kalau saja mereka tidak datang membantu, dapat dipastikan kita akan kalah telak. Berkat Noval yang menghentikan serangan meteor, kita berhasil hidup hingga saat ini. Dan berkatnya yang mengalahkan bos dari para monster ini juga, serangan tiada akhir dari para monster bisa diakhiri. ", Leo memberikan kode kepada Noval untuk melakukan perkenalan.
"Ha-halo semuanya! Nama saya Noval! Dengan kekuatan yang saya miliki, saya berusaha untuk melindungi kalian dari para monster. Mulai sekarang, mohon kerjasamanya! ", ucap Noval walau sempat gugup di awal. Kalimat Noval itu diakhiri dengan tepuk tangan dan sorakan dari semua orang. Mereka mengucapkan kalimat yang mengungkapkan rasa terimakasih mereka kepada Noval. Noval yang mendengar kalimat-kalimat itu pun merasa merinding seluruh tubuhnya karena senang usahanya dihargai.
"Selanjutnya adalah Selia. Dia juga merupakan salah satu orang yang sangat berjasa. Tanpa adanya dia, pasti akan ada banyak orang yang tak bisa bertahan hidup lebih lama lagi. Berkatnya yang menyembuhkan semua orang, kita masih diberikan waktu untuk hidup lebih lama lagi. ", Leo meminta Selia untuk memperkenalkan dirinya.
"Baikah, senang bertemu dengan kalian semua. Nama saya adalah Selia. Saya senang keberadaan saya bisa berguna bagi semua orang. Mulai sekarang, mohon kerjasamanya! ", ucap Selia dengan senyum indahnya seperti biasa. Dan sama dengan Noval tadi, ucapannya diakhiri dengan sorakan dan ungkapan terimakasih dari semua orang. Bahkan banyak dari mereka yang juga mengeluarkan air mata.
"Baiklah, untuk selanjutnya, aku akan memberikan pengumuman lainnya untuk didengar semuanya. ", ucapan Leo itu kembali menciptakan ketenangan. "Mulai hari ini, aku memutuskan untuk berhenti menjadi pemimpin dari organisasi ini! ", kalimat yang dikeluarkan Leo itu, mampu mengubah ketenangan menjadi keheningan penuh keterkejutan. Semua orang terdiam karena terkejut dengan apa yang pemimpin mereka ucapkan.
"Hei Leo, apa yang kau katakan? ", tanya Noval lirih.
"Dan aku menunjuk Noval, sebagai pemimpin baru dari Organisasi Umat Manusia! ", (Leo)
"E-eh? ", Noval belum bisa memproses ucapan Leo.
"Eh? ", bahkan Selia pun terkejut dengan pernyataan itu.
"EEEEEEHHHH!!!?? ", teriakan Noval menggelegar di udara lapangan bersama dengan kebisingan orang-orang yang mulai kembali terdengar.
***