Chereads / CALAMITY OF DUNGEON : Bencana Kehancuran Bumi oleh Dungeon / Chapter 22 - [VOL. 1] #22 KERUSUHAN YANG MENGHILANG

Chapter 22 - [VOL. 1] #22 KERUSUHAN YANG MENGHILANG

102 D

(022) CHAPTER 22

KERUSUHAN YANG MENGHILANG

Orang-orang mulai mendatangi Selia dan berterimakasih padanya, setelah Ia berhasil menyembuhkan semua orang di situ. Dengan masih dalam keadaan yang menangis bahagia, orang-orang mengungkapkan rasa terimakasih mereka dengan berbagai pujian yang ditujukan pada Selia. Mulai dari sebutan 'Gadis Suci', 'Malaikat', bahkan sampai 'Dewi' Ia terima dari semua orang.

"Hei semuanya! Jaga sikap kalian terhadap Nona Selia! ", Tarso memberikan peringatannya pada semua orang di situ.

Mendengar peringatan keras dari Tarso, semua orang langsung kembali menarik diri, dan mulai menjauh dari Selia. Selia merasa sangat terbantu dengan itu. Tarso dan semua Ketua Divisi pun langsung mendekati Selia dan berlutut padanya. Tindakan itu juga diikuti oleh semua orang.

Eh!?], Selia pun terkejut dengan tindakan mereka semua. "Tu-tunggu! Apa yang kalian semua lakukan!? Jangan begitu! Tolong bangunlah! ", wajah Selia berubah menjadi panik.

"Nona Selia! ", ucap Ketua Divisi 1 Hadi dengan suara yang lumayan keras. "Saya, Ketua Divisi 1, Hadi, mewakili semua orang di sini, mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada anda, karena telah menyembuhkan semua dari kami! Kami berjanji, kami tidak akan melupakan apa yang telah anda lakukan hari ini! Dan kami juga berjanji, kami akan membalas kebaikan anda suatu hari nanti! Sekali lagi, kami sangat berterimakasih! ", ucap Hadi dengan suara keras yang lama kelamaan bergetar dan berakhir dengan tangisan.

"KAMI SANGAT BERTERIMAKASIH!!! ", sambung semua orang secara bersamaan. Suara mereka menggelegar di udara.

Mendengar hal itu, Selia pun sedikit berlinang air matanya. Namun dia segera mengelap air matanya dan merubah ekspresi wajahnya menjadi senyuman, lalu berkata, "Semuanya..., terimakasih atas ungkapan terimakasih dan pujian kalian. Saya sangat menghargai perasaan kalian yang tulus. Jadi, apakah ada dari kalian yang masih terluka? ", pertanyaan Selia itu membuat semua orang terdiam. Namun kemudian, tangisan mereka tambah mengeras dari sebelumnya.

Pertanyaan Selia menggambarkan perasaannya terhadap mereka. Dia seperti mengungkapkan, keadaan mereka itu lebih penting daripada sekedar ungkapan terimakasih ataupun lontaran pujian. Orang-orang di sini adalah korban dari bencana gila yang melanda bumi. Mereka tentunya sudah banyak kehilangan hal-hal berharga yang membuat mereka bersedih. Tapi mereka harus menahan perasaan itu untuk tetap terus menyambung hidup. Jadi, hal yang dikatakan Selia itu, membuat perasaan mereka yang selama ini dipendam, telah mencapai batasnya. Sehingga, bendungan air mata tak mampu lagi menghentikan hangatnya kata-kata, dan seketika langsung hancur dibuatnya. Seluruh lapangan dipenuhi dengan suara tangisan nan keras. Ini bukanlah tangisan kesedihan. Ini 100% adalah tangisan kebahagiaan, karena perjuangan mereka selama ini seperti terbayarkan dan dihargai. Untuk sementara waktu, lapangan dipenuhi dengan luapan kebahagiaan semua orang.

...

...

...

Cerita kembali di tempat Noval dan Leo berada. Setelah mereka berhasil menghentikan sepenuhnya gelombang monster dari Dungeon Stampede, mereka memutuskan untuk membersihkan mayat-mayat monster yang tergeletak di permukaan bumi. Dan katanya, untuk mengatasi hal tersebut, Noval ingin mencoba sesuatu lagi. Karena hal itulah, Leo sedikit merasa takut akan apa yang akan dilakukan temannya itu. Mengingat kehancuran besar terjadi karena Noval ingin mencoba Skill-nya, ketakutan yang ditampilkan Leo sangatlah wajar.

Di dasar lubang Kubangan Mayat Monster, Noval akan memulai aksinya. Di situ, Leo sebisa mungkin menjauh dari sisi Noval bersama dengan Ao dan Shiro. Mereka bertiga terbang di udara, sekitar 10 meter dari dasar lubang.

"Noval, kau bisa memulainya! ", ucap Leo memberitahukan kesiapannya.

"Apa yang kau lakukan di situ? Sudah kubilang ini akan aman 'kan? ", ucap Noval.

"Ya, tapi wajahmu berkata sebaliknya. Jadi aku memutuskan untuk tidak mempercayai ucapanmu. ", balas Leo.

"Dasar. ", (Noval)

Setelah melihat kekuatanmu tadi, bagaimana mungkin aku tidak merasa takut dengan apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Kekuatanmu itu bahkan sudah terbilang setara dengan Raja Iblis. Jadi tetap saja, walaupun kau bilang aman, aku akan tetap meragukan dan membandingkan tingkat keamanan yang ada di kepalamu dan kepalaku.], sambung Leo dalam hatinya.

Noval sedang bersiap. Sebenarnya ini adalah sihir yang kudapat dari Selia. Aku merasa tak enak karena terkesan seperti mencuri kemampuan hebat ini. Tapi aku akan memanfaatkannya dengan baik.], ucap Noval dalam hati.

Seperti yang Noval katakan sendiri, dia memang mencuri kemampuan yang dimiliki Selia. Kalau itu berkaitan dengan Selia, sudah pasti kemampuan yang menjurus pada sihir. Dan kemampuan ini terbilang sangat-sangat hebat. Selia bahkan mampu mengalahkan monster dengan kekuatan puluhan bahkan ratusan kali lipat darinya dengan sihir ini, bahkan 2 kali pertarungan. Jadi rasa bersalah Noval cukup bisa diwajari. Dia terkesan seperti mencuri sihir yang seharusnya hanya Selia saja yang bisa memakainya.

"Maaf Selia. ", Noval mengawali aksinya dengan permintaan maaf pada Selia. "'Holy Magic' 'Sanctification King "HOLIDEAZ"'!! ", sihir diaktifkan.

Ini merupakan sihir elemen suci tingkat 8, tingkatan sihir spesial yang sudah dianggap memiliki kekuatan selevel bencana. Ini adalah sihir yang Selia gunakan untuk mengalahkan Slime 77 sebanyak 2 kali. Efek dari sihir ini adalah perubahan tubuh pada diri pengguna. Jadi, pengguna bukan hanya sekedar dapat menggunakan sihir, melainkan pengguna sendirilah yang menjadi bentuk dari elemen sihir itu.

Setelah mengaktifkan sihir ini, armor dan rambut Noval berubah menjadi emas dengan kilauan yang sangat terang. Aura dari elemen suci juga menyelimuti seluruh tubuhnya. Melihat hal itu, Leo dan Ao serta Shiro, tentu saja sangat terkejut.

Hoi hoi... Sebenarnya seberapa besar kekuatan yang kau punya, Noval?], ungkap Leo bertanya dalam hatinya.

Setelah berhasil berubah menjadi Raja Penyucian HOLIDEAZ, Noval mulai bergerak memurnikan semua bangkai monster yang tergeletak di Kubangan Mayat Monster. Sejatinya, monster merupakan keberadaan yang dianggap buruk oleh semua orang. Sehingga pemurnian mayat dari mereka menjadi sangatlah mudah. Sihir ini bisa memurnikan segala hal yang dianggap buruk oleh pengguna hanya dengan menyentuhnya. Tapi efeknya tentu akan berkurang apabila keberadaan itu tidak sepenuhnya buruk.

Noval berhasil mengontrol kemampuan yang diberikan HOLIDEAZ dengan sangat baik, walau belum mampu menandingi kemampuan Selia. Dia berhasil memurnikan tubuh monster serta memisahkan Magic Stone dari tubuh mereka. Hanya dengan berjalan, para monster mulai kembali ke kehampaan satu persatu dengan sendirinya.

"Leo, aku akan ke atas dan membereskan semuanya. Bisa kau ambil Magic Stone dan semua material dari monster yang sudah kubereskan? ", tanya Noval yang menyerupai permintaan. Noval juga menyisakan beberapa daging monster yang dirasa bisa dikonsumsi, walaupun jumlahnya tidak banyak. Ini adalah hal yang cukup sulit, karena daging merupakan bagian dari tubuh monster. Tapi dia berhasil melakukannya dengan sangat baik.

"A-ah, akan kulakukan. ", jawab Leo dengan wajah pasrah. Dia sudah tak bisa terkejut lagi, atau lebih tepatnya sudah menyerah untuk terkejut dengan kehebatan yang dimiliki temannya itu.

Noval langsung terbang ke atas menuju permukaan dan mulai melakukan pembersihan.

Hahh.., Apakah aku bisa menyainginya ya?], ucap Leo yang bertanya pada dirinya sendiri.

Kemudian Ao menghadap ke arahnya dan tersenyum. Dia lalu berkata, "Master, tak usah terlalu dipikirkan~ Beliau merupakan sosok yang menyalahi aturan dunia. Jadi wajar bagi kita tak bisa menyamainyaa~ ", ucap Ao yang berusaha untuk menghibur masternya.

"Benar Yang Mulia. Dan jika dilihatpun, beliau masih menyimpan banyak kekuatan yang belum diperlihatkan. Saya merasa, itu tadi hanyalah sebagian kecil kekuatan beliau. Kita hanya perlu bersyukur kalau beliau adalah sahabat dari Yang Mulia. ", sambung Shiro dengan menuangkan pandangannya terhadap Noval.

"Ahaha... Kalian benar. Untung saja aku berteman dengannya. Hanya itu saja yang perlu aku pikirkan saat ini. Lagian dengan adanya dia, banyak orang yang akan terbantu. ", Leo kembali mendapatkan senyumannya. "Hahh.. Kalau bisa sih, aku ingin dia yang mengambil peran sebagai pemimpin. ", harapnya. "Ah, benar juga. Hei hei tinggal aku buat dia jadi pemimpin saja, apa susahnya? ", ucap Leo dengan senyum jahat di wajahnya. Dia merencanakan sesuatu yang akan merepotkan Noval.

Ao dan Shiro yang melihat ekspresi di wajah masternya, menghembuskan nafas mereka.

Apa yang master rencanakan sih~], (Ao)

Semoga tidak terjadi suatu keributan nantinya.], (Shiro)

Mereka berdua memang mirip kalau soal beginian.~], (Ao dan Shiro)

Mereka berdua menyerah dengan hal apa yang akan dilakukan oleh master mereka kepada Noval.

Leo, Ao, dan Shiro mulai bergerak untuk melakukan hal yang diminta oleh Noval tadi. Mereka mengumpulkan semua Magic Stone dan bahan makanan berupa daging monster. Namun karena kebanyakan monster yang ada di Kubangan Mayat Monster sudah remuk dan hancur seluruh tubuhnya, daging yang dihasilkan sangatlah sedikit. Ini adalah daging monster yang dikalahkan oleh Leo tadi. Yah.., di permukaan pasti akan ada lebih banyak nantinya. Jadi tak masalah.

...

...

"Nona Selia, apakah Nona Selia adalah malaikat? ", tanya seorang anak kecil kepada Selia yang sedang duduk di sekitar pinggiran lapangan. Saat ini, Selia sedang dikerubungi oleh anak-anak seumurannya. Mereka mencoba untuk mengobrol dan mengakrabkan diri. Sedangkan orang lain mulai kembali disibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing.

"Bukan, aku bukanlah malaikat. Aku hanyalah manusia biasa yang sedikit memiliki kekuatan spesial. ", jawab Selia yang terkesan merendah.

"Apa kekuatan itu sama seperti yang dimiliki Tuan Leo? ", tanya anak lainnya.

"Ya, bisa dibilang begitu. ", jawabnya lagi.

"Ehh.. Tapi kenapa tadi Nona Selia mengeluarkan sayap dari punggung seperti malaikat? ", anak lainnya mengeluarkan pertanyaan lain.

"Itulah kekuatan yang aku miliki. Aku bisa menyembuhkan orang-orang yang terluka dan sakit. ", (Selia)

"Itu sangat hebat! Bahkan Tuan Leo tak bisa melakukan itu! Kamu hebat sekali Selia! ", anak lainnya memberikan pujiannya. Dia sedikit mencolok karena rambut merah yang Ia punya dan matanya yang biru layaknya langit biru yang menyala di bawah awan mendung.

"Hei Rico! Panggil Nona Selia dengan sopan! ", tapi kemudian datang suara yang menegur anak itu. Dia juga sama mencoloknya karena memiliki ciri fisik yang sama dengan anak itu.

"Emangnya kenapa Kak!? Bukannya kita seumuran!? ", balas anak lelaki bernama Rico itu kepada anak yang sepertinya adalah Kakaknya. Mereka punya ciri fisik yang mirip, jadi tak aneh kalau mereka itu bersaudara.

"Tapi tetap saja! Nona Selia tak bisa disamakan dengan kita! Dia adalah orang yang setara dengan Tuan Leo, jangan seenaknya memanggil namanya! Nanti kamu dimarahi Pak Tarso loh. ", ucapnya dengan sedikit penjelasan.

"Eh!? ", kejutnya karena mendengar kalimat terakhir. "Ba-baik, aku paham. Maaf, Nona Selia. ", ucapnya minta maaf dengan memalingkan pandangan.

"Hei! Minta maaf yang benar! ",

"Apaan sih! Aku sudah minta maaf kok! ", (Rico)

Kemudian Kakaknya Rico memegang kepala Rico dan menunduk bersama di hadapan Selia. "Maafkan adik bodohku, Nona Selia! Dia memang punya mulut yang tak bisa dijaga. ", ucap Kakaknya Rico.

"Ah, tidak masalah. Lagian, aku malah bakal senang kalau kalian memanggilku dengan nama saja. ", Selia membuat permintaan.

"Eh? Kami tak bisa begitu. Nanti Pak Tarso bakal marahin kami. ", jelasnya dengan wajah yang sedikit ketakutan.

"Tak masalah. Nanti aku yang akan menjelaskan pada Pak Tarso. Kita seumuran, jadi tak perlu bicara kaku. Apalagi kita masih anak-anak, jadi tak perlu meniru orang dewasa. ",

"Y-yah, kalau kamu bilang gitu... ", ucapnya dengan sedikit ragu.

Bisa-bisanya membuat anak-anak melakukan hal begini. Tingkah laku ini hanya boleh dimiliki oleh orang dewasa. Anak-anak tidak seharusnya memiliki tingkah laku layaknya orang dewasa. Pak Tarso kan katanya? Akan kuberi dia penjelasan nanti.], ucapnya dalam hati. Sepertinya dia tak sadar kalau dia masih anak-anak. Ini seperti dia berkata pada dirinya sendiri.

Anak-anak ini merupakan korban dari bencana gila. Sebagian besar dari mereka, sudah kehilangan orang tuanya sama seperti Selia. Untuk bisa bertahan hidup, mereka harus menunjukkan kalau mereka itu berguna dengan meniru orang dewasa. Mereka juga sudah diajari bagaimana bersikap dengan orang yang memiliki kedudukan tinggi, dan mereka berusaha untuk melakukannya. Tapi tetap saja, mereka masihlah anak-anak. Kebebasan berekspresi tetap menjadi sifat alami yang dimiliki oleh anak-anak. Pengekangan karena keadaan ini, membuat kebebasan mereka direnggut. Selia merasa marah akan hal itu. Pak Tarso langsung merasa merinding karena Selia akan memberikan sebuah penjelasan padanya nanti.

"Oh ya, bukankah kita belum kenalan? Bagaimana kalau kita saling memperkenalkan diri? ", Selia memberikan saran.

"Ah, Selia belum tahu nama kami ya? Ya sudah, kita akan melakukan perkenalan diri. ", Kakanya Rico yang meresponnya. "Perkenalkan namaku adalah Tirta, Tirta Seliviana. Dan ini adalah adikku, Rico Seliviana. ", Tirta memperkenalkan dirinya dan adiknya kepada Selia.

"Salam kenal Selia! ", ucap Rico dengan suara yang keras. Karena suara yang keras itu, Tirta menjewer kuping Rico. "Aw aw, apa yang kau lakukan Kak!? ",

"Tak usah bersuara keras! ", ucap Tirta dengan suara yang tak kalah keras.

"Suara Kakak juga keras! ", balas Rico dengan lebih keras.

"Ahaha... Salam kenal Tirta, Rico. Namaku adalah Selia Nafradi. Kalian semua bisa panggil aku Selia. Jangan pake 'Nona' ya? ", balas Selia dengan perkenalan dan peringatan.

"Selanjutnya, aku adalah Silvi Rutenusia. Salam kenal Selia. ", anak selanjutnya melakukan perkenalan. Namanya adalah Silvi Rutenusia. Dia anak perempuan yang lumayan ceria dengan rambut hitam dan mata merah.

"Salam kenal, Silvi. ", (Selia)

"Aku adalah Rendi Fartinos. Panggil aja Rendi. ", berikutnya adalah Rendi Fartinos. Dia anak laki-laki yang bertubuh cukup besar dengan rambut coklat dan mata hitam.

"Ya, salam kenal Rendi. ", (Selia)

"Nama saya adalah Toni Albertia. Senang bertemu dengan anda, Nona Selia. Silahkan panggil saya dengan Toni. ", anak selanjutnya bernama Toni Albertia. Dia seorang anak laki-laki yang memiliki rambut berwarna putih dengan mata kuning yang tajam. Berbeda dengan lainnya yang sudah menghilangkan bahasa kakunya, Toni malah masih menggunakannya dan bahkan bahasanya terdengar sangatlah dewasa. Padahal tubuhnya bahkan lebih kecil daripada Selia, mungkin umurnya juga. Dia mengucapkan kalimat itu dengan pose seorang pelayan.

Selia pun terkejut dibuatnya. "Ba-baiklah, salam kenal Toni. Dan kalau bisa, panggil saja aku dengan Selia ya. ", pinta Selia.

"Tidak, mohon maaf tapi saya tidak bisa melakukan hal itu. Anda adalah penyelamat kami, Sang Dewi Yang Agung nan Indah. Sikap yang saat ini saya lakukan adalah wajar. Memang akan sedikit memaksa, tapi tolong terbiasalah dengan sikap saya. ", tolaknya dengan bahasa dan kalimat yang tidak seharusnya anak kecil ucapkan.

Ehh? Apa-apaan anak ini!? Dia tidak menggambarkan seorang anak kecil sama sekali! Dari mana dia belajar soal beginian!?], kejutnya dalam hati. Lagi-lagi Selia mengatakan sesuatu yang juga pantas untuk dirinya sendiri. Namun lagi-lagi dia tak menyadari itu.

"Biarkan saja dia Selia. Dari dulu, Toni memang selalu begitu. Bahkan dengan kami pun, dia selalu berbicara kata yang kami belum tahu. ", jelas Tirta.

"Be-begitu ya? ", Dari dulu? Bagaimana bisa seorang anak kecil selalu berbicara formal dari dulu? Kemampuan apa itu?

"Selanjutnya adalah aku ya? Namaku adalah Dilan, Dilan Fernando. Dan ini adalah adikku, namanya Ratri. Dia agak pemalu, jadi tolong maklumi saja. ", selanjutnya adalah anak laki-laki bernama Dilan Fernando. Dia memiliki rambut hitam dengan mata hijau, begitu pula dengan adiknya yang bernama Ratri Fernando. Dilan terlihat seperti anak yang ramah pada umumnya, walau ketenangannya tidak bisa dibilang umum. Dan seperti yang Ia katakan tadi, adiknya, Ratri merupakan anak yang pemalu. Sedari tadi, dia terus saja bersembunyi di balik kakaknya.

"Oh, oke. Salam kenal ya, Dilan dan Ratri. ", (Selia)

"Ya, kami juga. ", (Dilan)

Dengan begitu, perkenalan pun berakhir. Ya, hanya ada mereka bertujuh saja. Itu jumlah seluruh anak kecil yang ada di markas OUM. Itu jumlah yang sangat sedikit. Terlebih, mereka semua adalah yatim piatu, tak memiliki orang tua.

Bencana gempa dunia, menghasilkan banyak sekali korban jiwa di seluruh dunia. Dari jutaan bahkan miliyaran korban itu, anak-anak juga banyak yang termasuk. Dan di wilayah ini, dari ribuan anak-anak yang seharusnya tinggal, sekarang hanya tinggal menyisakan 8 anak saja termasuk Selia. Memang terdengar kejam, tapi ini adalah kenyataan yang sebenarnya. Anak-anak yang seharusnya masih mendapatkan kebebasan dan menikmati masa bermain sepuasnya, harus memendam semua perasaan itu untuk dapat terus menyambung hidup. Mereka semua adalah anak-anak yang akan menjadi kuat.

"Jadi Selia, bagaimana kamu bisa mendapatkan kekuatan yang hebat seperti itu? ", tanya Tirta memulai pembicaraan baru.

"Hmm... Bagaimana cara menjelaskannya ya? ", Selia pun bingung ingin mulai bercerita dari mana. "Kalau aku singkat sih, dari sebuah tempat yang berada di bawah tanah. Di situ, aku mengalahkan banyak monster seperti yang ada di atas bumi dan mendapatkan kekuatan. ", jelasnya singkat.

"Eh!? Kamu juga bisa mengalahkan monster!? ", tanya Rico dengan wajah kagum. Wajah itu juga dimiliki oleh semua anak-anak di situ.

"Ya, itu tentu saja. ", (Selia)

"Saya kira, anda hanyalah pemilik kekuatan penyembuh layaknya malaikat. Tapi saya tak menyangka kalau anda lebih hebat dari itu. ", ungkap Toni dengan pujian seperti sebelumnya.

"A-apa benar begitu? ", (Selia)

"Tentu saja Selia! Kamu sangat hebat! ", ungkap Tirta mewakili semua anak-anak.

"A-ahaha.. Kalau dibandingkan dengan Kak Noval, aku tidak ada apa-apanya sih... ", Selia merendah seperti biasa.

"Kak Noval? Siapa itu? ", tanya Tirta.

"Kak Noval adalah orang yang paling sangat aku hormati dan hargai. Dia adalah penyelamat hidupku dan sosok hebat yang selalu datang di saat aku memerlukannya. Kak Noval juga pemilik kekuatan sama sepertiku dan Kak Leo. Dia adalah sahabatnya Kak Leo. Kekuatannya bahkan sudah melampauiku dan juga Kak Leo. ", Selia menjabarkan tentang Noval dengan wajah yang terlihat sangat bahagia.

"Sehebat itukah, Kak Noval!? ", tanya Rico.

"Ya, sehebat itu. ", jawabnya dengan menampilkan senyuman yang sangat indah. Toni yang melihat itu pun hampir tumbang dibuatnya. "Ada apa Toni!? Apa kamu baik-baik saja!? ",

"I-iya, saya tidak apa-apa. Hanya sedikit merasa pusing setelah melihat senyuman indah anda itu. Anda memang pantas disebut sebagai Dewi. ", jawabnya dengan pujian lagi.

"Ahaha... Seperti biasa, Toni memang sangat berlebihan ya? ", Selia tertawa setelah mendengar kalimat yang cukup menggelikan dari Toni. Semua anak-anak di situ pun tertawa bersama dengan menampilkan wajah yang terlihat bahagia. Mungkin hanya Dilan dan Ratri yang tetap tenang dan hanya menampilkan senyuman. Yah.., mereka berdua adalah tipe orang yang pendiam. Jadi begitulah ekspresi jujur dari mereka. Orang-orang yang melihat anak-anak melepaskan kebahagiaan mereka pun, ikut merasa senang dan tersenyum secara otomatis.

...

...

Kemudian Selia menghentikan tawanya karena merasakan sesuatu yang tidak asing. Karena dia berhenti, anak-anak yang lain juga ikut menghentikan tawa mereka.

"Ada apa Selia? ", tanya Tirta.

"Ah, aku hanya merasakan mana yang tidak asing. Apakah ini Kak Noval? ", jawabnya dengan menatap langit yang masih terlihat mendung.

"Mana? Kak Noval? ", (Tirta)

"Maaf, aku akan pergi dulu mengeceknya. ", Selia kemudian meninggalkan anak-anak karena merasa tidak asing dengan aliran mana yang dia rasakan. Anak-anak itupun hanya bisa diam dan bingung dengan apa yang diucapkannya.

Sebenarnya apa yang ditemukan Selia?

***