102 D
(021) CHAPTER 21
MALAIKAT DEWI DAN DUNGEON MASTER
Selia terbang bersama dengan Tarso menuju markas.
"Maaf telah merepotkan anda, Nona Selia. ", ucap Tarso dengan tubuh yang dipegangi oleh Selia untuk menstabilkan keseimbangan terbangnya.
"Tidak masalah Pak Tarso. Bagi orang yang belum terbiasa untuk terbang, semuanya pasti butuh bantuan dulu. Saya juga cukup kesulitan pada awalnya. ", jawab Selia dengan senyuman seperti biasa.
"Bukan, bukan tentang itu. ", (Tarso)
"Eh? Lantas, tentang apa itu? Saya tak pernah merasa direpotkan oleh Pak Tarso sebelumnya. ", (Selia)
"Apa yang anda katakan? Anda telah dengan baik hati menerima permintaan saya dan Tuan Leo untuk menyembuhkan semua orang. Saya sangat berterimakasih dengan itu, dan saya juga sangat memohon maaf karena telah merepotkan anda. ", ucap Tarso dengan tulus dari hati.
"Anda terlalu berlebihan menilai saya Pak Tarso. Anda tak perlu berterimakasih, apalagi meminta maaf pada saya. Seperti yang Kak Noval katakan tadi, kami juga ingin membantu semua orang yang membutuhkan bantuan. Keadaan dunia saat ini tengah kacau dengan kehancuran yang mengisi penuh seluruh bumi. Dan secara kebetulan kami mendapatkan kekuatan untuk setidaknya memulihkan sebagiannya. Kami akan memanfaatkan kekuatan yang kami dapat untuk kembali memulihkan dunia ini. Maka dari itu, anda tak perlu menyalahkan diri anda sendiri. Saya melakukan ini, karena saya ingin melakukannya. ", ucap Selia yang berbicara layaknya orang bijak. Kata-kata yang Ia keluarkan mampu menenangkan hati Tarso, layaknya seorang yang telah mendapatkan sebuah pengalaman hidup yang panjang. Ucapan yang Ia keluarkan, sama sekali tak menggambarkan anak berusia 10 tahun.
"Ahaha... ", kemudian Tarso tertawa kecil. "Ucapan anda tak sesuai dengan usia anda Nona Selia. ", ujarnya berpendapat.
"Eh? Ma-maaf, saya malah terkesan menasihati orang yang lebih tua dari saya. ", Selia pun meminta maaf.
"Tidak, anda tak perlu melakukan itu. Saya hanya kagum akan ucapan anda yang terdengar sangat menenangkan di hati saya. Aura kebijaksanaan terlihat menyelimuti seluruh tubuh anda sementara. Saya jadi lupa, kalau anda masihlah anak kecil. ", balas Tarso dengan mengatakan kenyataan yang dilihatnya.
"A-anda terlalu berlebihan menyanjung saya.. ", ucap Selia dengan wajah tersipu malu. "Lagipula, saya jauh lebih muda dari anda. Tidak perlu berbicara formal pada saya seperti itu. Bukankah Pak Tarso tidak menyukai bercakap formal? ",
"Apa yang anda katakan? Sosok anda sudah setara dengan Tuan Leo, begitu pula dengan Tuan Noval. Terlebih, Tuan Leo sampai menundukkan kepala beliau pada anda. Itu menjadi alasan yang sangat kuat untuk saya memberikan hormat saya. ", jelas Tarso.
"Be-begitukah? Kalau begitu, saya akan terima bentuk hormat anda dengan senang hati. Tapi sebenarnya, agak aneh jika orang yang lebih tua berbicara formal pada saya. ", Selia pun terpaksa menerima bentuk hormat dari Tarso itu, walau sebenarnya dia masih tak nyaman.
"Tenang saja, nanti anda akan segera terbiasa. ", (Tarso)
Mereka berdua akhirnya sampai di markas besar OUM. Itu adalah bekas stadion olahraga dengan ukuran yang sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Sebagian besar bangunan memang sudah hancur dan keretakan juga sudah menyebar di seluruh bagian bangunan yang masih berdiri. Tapi tempat ini masih bisa menampung dan ditinggali oleh semua orang yang selamat. Leo, dengan dibantu oleh Ao dan Shiro, juga sudah melakukan perbaikan kecil-kecilan, sehingga tempatnya menjadi layak untuk ditinggali.
Selia masuk ke dalam markas, dengan diantar oleh Tarso. Mereka melanjutkan obrolan sembari berjalan. "Pak Tarso, ada berapa banyak orang yang ditampung oleh OUM saat ini? ", Selia bertanya.
"Pada awalnya, kami memiliki anggota mencapai 200 orang. Jumlah itu terus bertambah dan berkurang selama 2 minggu, dan menyisakan 189 orang, termasuk saya dan Komandan Leo. Sebenarnya, jumlah kami semua bisa mencapai 300 orang. Tapi banyak orang yang gugur dalam pertarungan. ", jelas Tarso dengan menampilkan wajah sedih.
"Begitukah? ", Selia pun ikut merasa sedih mendengar ucapan Tarso. "Tapi Pak Tarso tenang saja. Mulai hari ini, kita tidak akan kehilangan orang lagi. ", ucap Selia dengan berusaha menampilkan senyumannya.
"Ya, baik. Saya percaya dengan ucapan anda. Nona Selia, Tuan Noval, dan Tuan Leo merupakan harapan terakhir kami, umat manusia. ", balas Tarso dengan wajah penuh keyakinan.
Mereka sampai di tempat semua orang berkumpul dan menghentikan percakapan. Kesibukan mewarnai wilayah yang adalah lapangan sepak bola itu. Semua orang bekerja sama untuk menyelamatkan sesama mereka. Ucapan-ucapan penyemangat untuk mereka yang terluka dan yang masih dalam keadaan kritis, terus keluar mewarnai udara lapangan yang luas itu. Kemudian datang 3 orang menghampiri mereka berdua.
"Ketua Tarso, siapa gerangan anak itu? ", tanya salah seorang yang merupakan Ketua Divisi.
"Perhatikan sikapmu, Ketua Gani. Beliau adalah sosok yang aku katakan sebelumnya. ", Tarso menegur Ketua Divisi 2, Gani karena ucapan yang dirasa kurang sopan.
"Eh!? ", semua ketiga orang yang mendengar itu terkejut. Mereka merupakan Ketua Divisi yang memiliki kedudukan sama seperti Tarso.
"Dia.. Tidak. Beliau, adalah sosok itu? ", tanya Ketua Divisi 4, Leno memastikan.
"Ya, seperti yang aku katakan. ", jawab Tarso.
"Ohh.., saya tak menyangka kalau sosok itu masihlah anak-anak. ", ucap Ketua Divisi 1, Hadi, dengan tubuh yang penuh akan luka dan perban. Dia adalah orang yang memberikan laporan serangan monster pada Leo beberapa waktu lalu.
Seluruh Ketua Divisi selain Tarso, tubuhnya penuh akan luka dan terbalut banyak sekali perban. Mereka seperti itu karena berusaha untuk menahan serangan monster, sebelum Leo datang.
"Selamat siang, semuanya. Nama saya adalah Selia. Mulai sekarang, saya akan membantu kalian dalam pengobatan. Kalian bisa percayakan hal itu pada saya. ", sapa Selia dengan senyuman. Dari tubuhnya, keluar sebuah aura yang menenangkan dan menggambarkan kebijaksanaan. Aura itu keluar secara alami, dan mampu membuat semua orang yang melihatnya merasa tenang akan perkataannya. Selia memang menyangkal kalau itu hanyalah sanjungan berlebihan dari Tarso. Tapi sejatinya, orang-orang lah yang menilainya.
Hadi dan lainnya yang berhasil melihat aura Selia, seketika langsung terdiam dan merasakan ketenangan. Mereka yakin dalam hati mereka, kalau Selia pasti akan menjaga apa yang diucapkannya.
Mata semua orang di lapangan itu, mulai berubah pandangan menuju tempat Selia berdiri. Mereka bertanya-tanya tentang sosoknya yang dikelilingi oleh keempat Ketua Divisi. Selia yang menyadari tatapan mereka pun langsung segera bertindak. "Maaf semuanya, bagaimana kalau kita lanjutkan perkenalan dan obrolannya nanti? Pertama, saya akan menyembuhkan semua orang terlebih dahulu. ", ucap Selia dengan masih mempertahankan senyumannya.
"A-ah, baik. Silahkan, Nona Selia. ", jawab Gani mewakili seluruh Ketua Divisi.
Selia pun segera berjalan menuju tengah lapangan. Mata semua orang masih terpaku pada Selia, dan malah terus mengiringi perjalanan Selia. Setelah sampai di tengah lapangan, Selia mulai berlutut dan mengepalkan tangannya dengan kepala yang tertunduk, layaknya berdoa. Di situ, dia langsung mengaktifkan sebuah sihir tingkat tinggi.
"'Holy Magic' 'Angel Breath'! ", ucap Selia menggelegarkan lapangan. Dia mengaktifkan sihir elemen suci level 7, 'Angel Breath' atau Nafas Malaikat. Ini merupakan sihir penyembuh tingkat penghancur yang mampu menyembuhkan segala luka dan penyakit, dengan jangkauan yang juga sangat luas.
Setelah pengaktifan sihir, cahaya emas mulai keluar dari tubuh Selia. Cahaya-cahaya itu menyebar ke seluruh bagian penjuru lapangan layaknya benang yang sangat banyak dan panjang. Dari punggung Selia, juga nampak objek menyerupai sepasang sayap besar berwarna emas, yang membuka lebar layaknya bersiap untuk mengepakkannya. Itu adalah pemandangan yang sangat-sangat indah di antara cuaca mendung dan kehancuran bumi. Semua orang yang melihat fenomena menakjubkan itu pun, hanya bisa terdiam menghentikan segala suara dan pergerakan, fokus memandangi dan merekam keindahannya ke dalam otak mereka.
Cahaya-cahaya emas indah itu mulai menyentuh semua orang di lapangan dan membagikan cahaya penyembuhnya. Luka-luka mulai pergi berkelana, kelelahan berubah menjadi layaknya sebuah khayalan, rasa gelisah memutuskan untuk menyerah, serta mata orang yang tadinya tak terbuka mulai tertimpa oleh cahaya. Air mata mulai membasahi pipi orang-orang di sana. Mereka semua merasakan perasaan tenang yang menyelimuti seluruh diri, hingga mereka semua tak sadar bahwa air mata mereka telah lepas akan kendali.
"Malaikat... Tidak. Beliau sangat patut dipanggil sebagai Dewi. ", ucap Tarso dengan air mata yang menetes.
Ucapan-ucapan pujian kepada Selia terus terlontar tanpa henti dari semua orang. Mereka menganggap keajaiban yang Ia ciptakan, merupakan bentuk kebaikan dari dunia itu sendiri. Dengan kata lain, semua orang juga mulai menganggap kalau Selia adalah sosok yang menyamai Malaikat bahkan Dewi.
......
......
......
Setelah penghancuran yang dilakukan oleh Noval selesai dengan hasil yang mengerikan, mereka berempat melanjutkan pergerakan menuju tujuan awal. Tapi sebelum itu, mereka bergerak cepat untuk membereskan para monster yang berhasil lolos dari serangan Skill Noval. Ngarai besar yang tadinya meluapkan banyak sekali monster seakan tak ada akhirnya, sekarang telah berubah hening menjadi lubang besar dengan kedalaman yang juga tinggi.
Setelah membereskan para monster sisa, mereka kembali bertemu di dekat lubang besar, hendak turun ke dalamnya.
"Apa sudah semua? ", tanya Noval memastikan apakah sudah tidak ada monster yang masih hidup.
"Ya, sepertinya sudah semua. Ao dan Shiro juga berkata seperti itu. ", jawab Leo. Ao dan Shiro pun menganggukkan kepala mereka untuk menanggapi ucapan Leo.
"Begitukah.. Akhirnya gelombangnya berhenti juga. ", ucap Noval dengan wajah lega.
Leo kemudian berjalan mendekati lubang besar dan menilik ke kedalaman lubang. "Tapi, bisa-bisanya kau membuat lubang besar di tengah jalan Kota ya Noval. Tidak, mungkin sebutan Lubang Neraka lebih cocok ya? ", ucap Leo dengan nada mengejek seperti biasa.
"Y-yah.., sepertinya aku sedikit salah memperkirakan hasilnya akan seperti ini. Aku putuskan untuk menyegel Skill itu, karena benar-benar tak bisa digunakan secara sembarangan. ", balas Noval dengan kata-kata yang menyiratkan penyesalan.
"Baguslah kalau kau masih punya akal sehat. ", (Leo)
"Apa maksudmu?! Tentu saja aku masih punya! ", (Noval)
"Hei hei, apakah itu yang disebut sebagai sesuatu yang bisa dimasukkan akal sehat? ", tanya Leo dengan mengarahkan tangannya ke arah lubang besar itu. Mendengar pertanyaan itu, Noval hanya bisa tersentak dan terdiam seribu bahasa. Dia tak bisa membalas pertanyaan Leo.
"Su-sudahlah! Ayo kita segera turun ke sana! ", Noval mengalihkan pertanyaan Leo dan segera terbang ke bawah lubang besar.
"Baik baik, aku ada di belakangmu~ ", jawab Leo lalu segera mengikuti Noval dengan menunggangi Shiro.
Saat turun, Leo melihat keadaan dinding lubang yang diciptakan Noval itu dengan seksama. Hmm.. Melihat efeknya, seperti yang kuduga, Noval menggunakan suatu Skill tipe gravitasi 'kan? Yah.., dari nama Skill-nya saja sudah terlihat sih. Tapi sungguh, apa-apaan kekuatan ini? Apa selama ini dia terus menahan dirinya? Ah, tapi dia berkata kalau ini adalah kali pertamanya menggunakan Skill ini ya? Tapi tetap saja, ini adalah kekuatan yang sangat curang. Dan sepertinya, dia masih memiliki banyak kekuatan melebihi ini.], ucap Leo dalam hatinya. Yah..., aku bersyukur kalau dia ada di pihak sini.], sambungnya dengan ucapan syukur.
Mereka akhirnya berhasil sampai di dasar lubang, sekitar 30 meter di bawah permukaan bumi. Di situ, mereka menemukan pintu dari Dungeon of Mana yang masih terbuka, namun tak mengeluarkan monster. Di situ pula, banyak sekali mayat monster yang telah remuk dan bercampur dengan darah. Ya, itu terlihat seperti kubangan darah dan mayat monster.
Melihat ini, tentu Leo langsung memberikan pendapatnya lagi. "Uuah! Apa-apaan keadaan mengerikan ini!? Sebenarnya siapa iblis yang bisa melakukan hal seperti ini!? ", ucapnya dengan tingkah yang cukup untuk membuat Noval kesal. "Ah, aku lupa. Kau yang melakukan ini ya, Noval? Yah.., bisa-bisanya aku sampai lupa. Maaf maaf, hanya saja, hal seperti ini biasanya hanya bisa dilakukan oleh Raja Iblis dan makhluk-makhluk sejenisnya. Ahahaha... ", sambung Leo dengan ejekan lanjutannya.
"Seperti biasa, kau memang pandai sekali membuat orang kesal ya? ", ucap Noval dengan wajah penuh kesal. "Aku sebenarnya ingin memukulmu saat ini, tapi akan kusimpan untuk nanti. ", sambungnya dengan menampakkan kepalan tangannya.
"Hei hei, jangan bercanda. Aku akan langsung terbunuh jika kau memukulku. ", (Leo)
"Tenang saja. Aku sudah tahu bagaimana cara menahan diriku jika itu berkaitan dengan pukulan. ", ucapnya dengan senyum jahat. Leo yang melihat senyum itupun, seketika menghentikan tawanya.
Ah, gawat. Sepertinya dia serius tentang itu.], Leo pun sadar kalau dia terlalu berlebihan mengejek Noval dan berakhir mendapatkan balasannya. Ao dan Shiro yang tahu kalau master mereka akan mendapatkan sebuah pukulan dari Noval pun hanya bisa memalingkan muka, tak berani menatap masternya maupun Noval.
Kemudian di tengah obrolan itu, mereka menyadari suatu pergerakan. Ada sosok yang berusaha untuk bangkit dari tumpukan mayat monster.
"Leo, tetap waspada! ", Noval memberikan peringatan sembari mengencangkan genggamannya pada Tombaknya.
"Oke. Ao, Shiro, bersiap untuk serangan tak terduga. ", Leo pun memberi perintah.
"Baik! ", jawab mereka bersamaan.
Setelah cukup lama sosok itu bergerak, berusaha untuk terbebas dari kumpulan darah dan mayat monster, akhirnya dia mulai menampakkan dirinya.
"Oi oi, apa-apaan monster itu? Aku tak pernah melihat monster yang seperti itu. Lagipula, apa itu bisa disebut monster? ", Leo berucap dengan terkejut.
"Ah, aku juga baru pertama kali melihat monster berwujud manusia seperti itu. ", ucap Noval menambahkan.
Sosok yang muncul di hadapan mereka berdua adalah seekor monster yang mengambil wujud menyerupai manusia. Sosok itu memiliki tubuh dan rambut putih panjang seperti wanita, bugil tanpa pakaian, bola mata hitam seluruhnya, dan mengeluarkan aura hitam yang sangat mencekam.
"Master, entah kenapa, aku pernah melihat dia. ", Ao berkata hal yang membuat Leo dan Noval terkejut.
"Eh?! Apa kita pernah melawan dia di sini!? ", tanya Leo.
"Tidak Yang Mulia. Kami hanya merasa pernah bertemu dengan sosok itu di suatu waktu dan tempat yang tidak kami ketahui. ", jawab Shiro.
"Kau juga sama Shiro!? ", (Leo)
"Ya, Yang Mulia. ", (Shiro)
"Eeh? Apa dia memiliki hubungan dengan Ao dan Shiro? ", gumam Leo.
"Leo, kita pikirkan hal itu nanti. Saat ini kita harus fokus untuk mengalahkan sosok misterius itu. ", ucap Noval.
"Ah, baiklah. ", (Leo)
Sosok itu menampilkan papan bertuliskan "Dungeon Master" di atas kepalanya. Itu adalah nama yang belum pernah muncul di atas monster manapun yang mereka temui.
"Dungeon Master? Apakah dia adalah penguasa dari Dungeon ini? ", tanya Leo membuat kesimpulan.
Kemudian sosok itu mulai bergerak. Dia mengangkat tangannya ke atas udara dan mengucapkan sebuah kata. "Empat Belas. ", ucapnya dengan lancar layaknya seorang wanita yang sedang berbicara. Dia mengucapkan sebuah kata, yaitu 14. Itu adalah sebuah angka.
"Eh? 14? ", tentu saja Leo bertanya dengan terkejut dan bingung.
"Apa maksudnya? ", Noval pun tak berbeda dengan Leo.
Setelah berucap "14", muncul banyak lingkaran berwarna pelangi di sekitar sosok yang disebut Dungeon Master itu. Dari lingkaran-lingkaran pelangi itu, datang para monster dengan jumlah yang sangat banyak. Mereka terus bermunculan satu persatu tanpa memperlihatkan jedanya, walaupun jika itu hanya sesaat saja.
"Leo, kau atasi para monsternya! Aku akan langsung menyerang Dungeon Master itu! ", Noval memberikan instruksi dan segera bergerak ke tempat Dungeon Master dengan terbang.
"Oke! Lakukanlah! ", respon Leo dengan langsung maju menyerang para monster.
Dalam sekejap, Noval langsung sampai di hadapan Dungeon Master. Dia mengangkat tombaknya dan bermaksud untuk langsung menyerangnya dengan itu. "Jadi kau yang selama ini menyusahkan banyak orang! ", ucapnya sembari mengayunkan tombaknya ke arah Dungeon Master.
Dan tidak diduga, serangan Noval tepat mengenai kepalanya dan langsung menghancurkannya dengan tidak adanya perlawanan. Noval pun terkejut karena dia mengira monster itu tidak akan kalah dengan mudahnya.
"Eh? ", setelah kepalanya hancur, Dungeon Master benar-benar langsung tergeletak dan mati. Pemberitahuan naiknya level Noval sebagai buktinya. Setelah dia jatuh dan mati, lingkaran-lingkaran pelangi yang berjumlah banyak itupun langsung hilang seketika. Dan secara otomatis, monster-monster yang keluar dari situ juga sudah tak ada lagi.
"Eh? Sudah berakhir? ", Leo pun ikut terkejut dengan hal itu. Dia juga langsung menyelesaikan pembasmian monster-monster yang baru keluar tadi. "Cepat sekali kau mengalahkannya. ", ucapnya kepada Noval.
"Yah, aku juga tak menyangka hal ini. Kukira dia akan sedikit susah untuk dikalahkan. ", ucap Noval dengan wajah bingung.
"Mungkin kau saja yang terlalu kuat memberikan serangan. ", (Leo)
"Aku menyerangnya dengan normal. Bahkan 1% kekuatan pun tak keluar. ", (Noval)
"Seperti biasa, kau mengatakan hal yang luar biasa dengan wajah biasa ya? ", Leo sudah menyerah untuk memikirkan standar kekuatan dari temannya. "Tapi, itu nama yang baru untuk monster 'kan? ",
"Ya. Dungeon Master, itu nama yang terdengar kuat. Tapi ternyata tak sesuai dengan perkiraan. ", (Noval)
"Dan juga, dia tidak memiliki level di namanya. Padahal setahuku, Dungeon Master merupakan sebutan yang diberikan untuk mereka yang mengatur keseluruhan sistem yang ada di dalam Dungeon. ", (Leo)
"Ah kalau level, aku mungkin bisa mengukur kekuatan yang dia miliki. ", (Noval)
"Eh? Bagaimana caranya? ", (Leo)
"Aku menjadikan kenaikan levelku sebagai dasarnya. Dengan mengukur kenaikan levelku, aku mendapatkan informasi mengenai Experiance Point yang kudapatkan. Dan dengan mengukur itu, aku memperkirakan level yang dia miliki itu setara dengan monster berlevel.... 1400-an? ", Noval membuat kesimpulan.
"1400!? Itu level yang tinggi woi! Apanya yang menyerangnya dengan normal!? Serangan normal takkan bisa membunuh monster berlevel 1400 sampai hancur kepalanya!! ", ucap Leo dengan nada yang ditinggikan.
Mungkin bagi Leo itu adalah level yang tinggi. Tapi bagi Noval, itu merupakan level yang tak bisa menandingi 1% kekuatannya. Noval tidak mengatakan kebohongan, dia mengatakan apa yang dia rasakan sebenarnya. Tapi indra perasanya itu sudah tidak bisa dibandingkan dengan manusia normal lainnya.
"Eeeh...? ", Noval pun hanya bisa memasang wajah bingung mendengar fakta itu. Dia memang tidak normal.
"Tapi 1400 kah? Ada angka 14 disitu. ", (Leo)
"Ah, itu angka yang diucapkan oleh Dungeon Master 'kan? ", (Noval)
"Ya. Sebenarnya apa maksud dari itu? Dan kenapa harus 14? Apa ada makna tertentu dari angka 14? ", (Leo)
"Yah.., aku yakin dia mengucapkan itu dengan maksud tertentu. Tapi kita yang saat ini, belum mampu memahami ucapannya. Yang lebih penting, sepertinya dialah kunci dari kejadian Dungeon Stampede. ", Noval memulai topik baru lagi. "Buktinya, dengan mengalahkannya, kita berhasil menghentikan gelombang monster. ",
"Yah, itu sih sudah pasti. Akhirnya kita tahu bagaimana caranya menghentikan Dungeon Stampede. Ini menjadi informasi yang sangat berguna apabila sewaktu-waktu terjadi Dungeon Stampede lagi. ", balas Leo. Seperti yang dikatakan Leo, ini merupakan informasi yang sangat berguna untuk masa depan. Di dunia yang masih penuh dengan misteri samar dan tak jelas ini, informasi sedikit apapun itu akan sangat berguna.
"Kalau begitu, untuk penelitian lebih lanjut, aku akan menyimpan mayat monster ini. ", ucap Noval sembari mengaktifkan Storage-nya dan menyimpan monster Dungeon Master ke dalamnya.
"Eh? Kau mau meneliti hal seperti itu? ", (Leo)
"Ya lah. Selagi ada kesempatan, kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin. ", (Noval)
"Yah., itu benar juga sih. ", Tapi bisa-bisanya kau berkata ingin meneliti monster seperti manusia itu dengan wajah normal ya? Kau mengingatkanku pada seseorang.], pikir Leo dalam hati. Yah.., Leo mungkin sedikit berpikir kalau monster itu, tak jauh berbeda dengan manusia. Makanya, ucapan Noval tadi seperti mengatakan kalau dia akan meneliti tubuh manusia dan membedahnya hingga ke bagian-bagian terdalam dengan rinci. Itu sedikit menakutkan. "Lalu, bagaimana kita akan mengatasi para mayat monster ini? ", tanya Leo.
"Hm.. Memang biasanya bagaimana cara kau mengatasinya? ", (Noval)
"Aku memberikan sebagian kepada Shiro dan Ao untuk makanan mereka. Dan sisanya, biasanya langsung dibakar untuk menghilangkan bau busuk. Ah tapi, kami mengambil Magic Stone serta material yang dianggap berguna terlebih dulu sebelum membakarnya. ", jelas Leo.
"Hm hm, begitukah? Tapi mumpung ada kesempatan, aku ingin mencoba sesuatu lagi. Bolehkah? ", ungkapan Noval membuat Leo dan lainnya terkejut.
"Eh!? Kau mau mencoba sesuatu!? Apa lagi itu!? Apakah kami perlu keluar dulu dari lubang ini!? Ya! Kami akan segera keluar! ", ujar Leo dengan wajah yang tampak ketakutan.
"Kau tak usah takut begitu, aku yakin kali ini akan aman. Tapi yah, karena ini baru pertama kalinya, jangan terlalu berharap. ", ucap Noval dengan menampilkan senyuman yang cukup menakutkan.
Sebenarnya apa yang akan kau lakukan?], tanya Leo dalam hati dengan tubuh yang mulai bergetar.
***