Chereads / CALAMITY OF DUNGEON : Bencana Kehancuran Bumi oleh Dungeon / Chapter 15 - [VOL. 1] #15 DI ATAS BUMI YANG HANCUR 1

Chapter 15 - [VOL. 1] #15 DI ATAS BUMI YANG HANCUR 1

102 D

(015) CHAPTER 15

DI ATAS BUMI YANG HANCUR 1

Aku dan Selia sedang melakukan persiapan untuk pergi dari rumah ini. Yah.., tadi pagi aku sudah mengatakannya sih.

"Selia, aku akan pergi dari rumah ini. ". (Aku)

"Eh? ". (Selia)

Dia memasang wajah terkejut saat mendengar itu.

"Aku khawatir dengan keadaan Paman dan Bibiku di Kota. Malahan aku khawatir mereka masih hidup atau sudah meninggal. ". (Aku)

"Hahh... Aku kira ada apa Kak Noval berkata ingin pergi dari sini. Ternyata itu kah? ". (Selia)

Selia terlihat lega.

"Ya, jadi, apa Selia juga akan ikut? ". (Aku)

"Itu tentu saja. Aku akan selalu mengikuti kemanapun Kak Noval pergi. ". (Selia)

Dia menjawabnya dengan penuh senyuman.

"Kalau begitu, aku akan memulai persiapan perjalanannya. ". (Aku)

"Aku akan membantu. ". (Selia)

Walau aku mengatakan persiapan, sebenarnya aku memutuskan untuk membawa semua rumah ini ke dalam Storage. Aku yakin itu lebih baik, daripada harus meninggalkannya dalam keadaan dunia yang sedang tidak stabil ini. Aku juga memutuskan membawa semua makam warga desa masuk ke dalam Storage-ku. Selia juga ikut membantu dengan membawa makam orang tuanya dan neneknya. Bahkan setelah menyimpan banyak hal sekalipun, Storage-ku baru terisi sekitar 0.1% saja.

Seperti yang aku katakan, alasan aku membawa rumah dan makam adalah karena keadaan dunia yang sangat tidak stabil. Ketidakstabilan yang aku maksud bukanlah kerusakan akibat bencana gempa dunia, melainkan hal lainnya. Kemarin, setelah makan, aku dan Selia kembali terbang dan mengecek keadaan sekitar. Dan kami merasa cukup terkejut karena banyak keberadaan yang kami kenal berkeliaran di permukaan bumi. Jumlah mereka bahkan sudah melebihi jumlah yang seharusnya ada di dalam Dungeon. Ya, keberadaan yang kami maksud adalah... MONSTER.

Entah bagaimana caranya dan apa yang sebenarnya sudah terjadi, tapi para monster yang sama dengan yang ada di dalam Dungeon juga berkeliaran di permukaan bumi. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Itulah pertanyaan yang muncul di kepalaku dan Selia. Mereka terlihat seperti semut yang bergerombol ketika kami melihatnya dari atas.

Jika monster berkeliaran bebas di permukaan, bagaimana nasib semua orang? Kebanyakan dari mereka pasti belum mengetahui keberadaan Dungeon yang terpendam. Bagaimana cara mereka mengatasi bencana gila ini?

Untung saja, para monster itu tidak pergi menuju rumahku dan makam warga desa. Aku tidak mengerti mengapa mereka tidak pergi ke sini. Antara tidak mau atau malah tidak bisa? Tapi pasti ada alasan di balik itu. Karena itu, aku dan Selia memutuskan untuk berpergian dan memberantas para monster, serta memeriksa apakah masih ada orang yang bernafas di situasi seperti ini. Kalau kami berhasil menemukan seseorang walaupun itu hanya satu, kami akan langsung mengulurkan pertolongan kami. Itulah tujuan perjalanan ini.

Dengan begitu, perjalanan dimulai.

...

...

...

...

Kami sudah berjalan cukup jauh, sekitar lebih dari 10 km dari bekas rumahku dulu. Dan kami berhenti di situ, karena sudah mampu melihat para monster yang jelas berada di depan kami.

"Selia, bagaimana menurutmu? ", (Aku)

"Hmm... Ini jumlah yang tidak wajar. Bagaimana bisa mereka ada di sini? ", jawab Selia walau dia juga bingung.

Saat ini kami tengah dihadapkan dengan gerombolan monster berbagai jenis dan berbagai level.

"Jumlah mereka sekitaran seribu? Tidak, mungkin lebih. ", sambung Selia.

"Dan ini masih berada di satu wilayah. Bagaimana dengan yang ada di wilayah lain? ", aku menambahkan.

"Dan juga yang menjadi pertanyaan. Kenapa mereka tidak berani mendekati kita? Bukankah monster hanya memiliki insting untuk menyerang manusia? ", (Selia)

"Sepertinya bukan begitu Selia. Mereka bukannya tak berani, melainkan tak bisa. Kamu lihat kalau mereka berusaha untuk mendatangi kita kan? Tapi mereka seperti dihalangi oleh sesuatu sehingga tak bisa ke sini. ", (Aku)

"Hmm.. Apa itu penghalang tak terlihat? Atau malah berkaitan dengan teritori? ", Selia mulai bergumam dan berpikir.

Teritori katanya? Memangnya anak berusia 10 tahun mana yang tahu kata-kata itu?

"Kak Noval, coba Kak Noval aktifkan 'Dungeon Detection' dan 'Existance Detection' secara bersamaan. ", pinta Selia padaku.

"A-ah. Baiklah. ", aku pun hanya bisa menyetujuinya meski tak tahu apa tujuannya. "'Dungeon Detection' 'Existance Detection'. ",

Skill 'Dungeon Detection' adalah kemampuan yang membuatku bisa mengetahui letak keberadaan Dungeon dalam radius jarak yang bisa disesuaikan. Skill ini akan menampilkan map yang menunjukkan lokasi tepatnya keberadaan Dungeon. Dan apabila Skill ini digabungkan dengan Skill 'Existance Detection', map juga akan menampilkan semua keberadaan yang terdeteksi.

"Ooh! Ternyata bisa jadi seperti ini!? ", aku terkejut karena ternyata 2 Skill bisa digabungkan. Bagaimana Selia bisa tahu akan hal ini?

"Ternyata benar begitukah. Aku hanya menduganya saja, tapi aku juga sedikit tak menyangka akan berhasil. ", ucap Selia.

"Seperti yang diharapkan dari Selia. ", ucapanku sepertinya mampu membuatnya sedikit tersipu.

"Ba-baiklah, mari kita lihat. Para monster terlihat seperti mengelilingi sesuatu. Apa Kak Noval bisa memperbesar mapnya? ", (Selia)

"Ya, tentu. ", aku melakukan apa yang diminta Selia. Aku memperbesar radius deteksi hingga sampai terlihat para monster seperti tengah mengelilingi atau bisa dikatakan mengepung wilayah berbentuk lingkaran yang sangat besar.

"Para monster berusaha masuk ke wilayah lingkaran besar ini kan? Tapi mereka tak bisa melakukannya, karena adanya kemungkinan penghalang yang memisahkan teritori yang satu dengan lainnya. ", Selia memulai penjelasannya.

"Penghalang yang memisahkan teritori? ", (Aku)

"Ya. ", (Selia)

"Memang apa yang mendasari terbentuknya teritori ini? ", (Aku)

"Jika Kak Noval melihat pusat lingkaran, Kak Noval akan tahu. ", (Selia)

"Ohh.. Pusat lingkaran, bukankah ini... ", (Aku)

"Ya, itu adalah Dungeon of Superbia. Menurut semua kejadian yang ada, aku menyimpulkan sebuah kemungkinan. Para monster ini keluar dari Dungeon dengan level yang berada di bawah Dungeon of Superbia. Setiap Dungeon memiliki wilayah teritori, yang luasnya bergantung pada tingkatan Dungeon-nya. Dan monster yang keluar dari suatu Dungeon, tidak bisa masuk ke teritori Dungeon lain. Atau bisa juga tidak bisa masuk ke teritori Dungeon yang tingkatannya lebih tinggi dari Dungeon tempat mereka berasal. Mungkin begitu. ", jelas Selia dengan kesimpulannya.

"Begitukah? Teritori kah? Bisa-bisanya kamu menyimpulkan itu semua ya? Selia terlalu hebat. ", pujiku kepada Selia.

"Tidak tidak! Sudah kukatakan itu hanyalah kemungkinan saja. Bisa jadi kesimpulan itu juga salah. ", dia menyangkal pujian yang aku lontarkan.

"Tapi kesimpulan itu terdengar sangat meyakinkan. Ah, lalu, apa yang membuat mereka ingin memasuki teritori Dungeon of Superbia? ", aku bertanya.

"Hmm... Monster pada dasarnya memiliki insting yang mengontrol mereka untuk menyerang manusia. Jadi mungkin mereka hanya ingin menyerang kita saja. Atau mungkin juga, mereka tertarik dengan aura yang kita keluarkan. Terlebih aura Kak Noval yang sangat besar ini. ", (Selia'

"Aura? Memangnya kita memiliki hal seperti itu? ", (Aku)

"Eh? Apa Kak Noval tak bisa melihatnya? ", tanya Selia dengan sedikit terkejut.

"Iya. Memang apa itu aura? ", (Aku)

"Aura itu adalah sesuatu pancaran gelombang yang keluar dari tubuh, yang mampu mendistorsi ruang di sekitarnya. Setiap makhluk yang telah masuk ke dalam sistem Dungeon, akan selalu mengeluarkan aura. Penyebab pengeluaran aura adalah MP poin. Jadi, semakin besar MP poin yang kita miliki, semakin besar pula aura yang kita keluarkan. Makhluk yang memiliki aura lebih kecil, cenderung mampu melihat aura makhluk yang memiliki aura lebih besar. Sedangkan makhluk dengan aura yang lebih besar, cenderung sulit untuk melihat aura makhluk yang memiliki aura lebih kecil. ", Selia kembali memberikan penjelasan.

"Hee.. Tapi sejauh ini, aku tak pernah melihat yang namanya aura itu loh. ", (Aku)

"Hmm.. Itu sedikit aneh. Seharusnya sejak awal melawan monster, Kak Noval bisa melihat aura lawan yang levelnya lebih besar. Ah, atau itu merupakan salah satu efek samping yang dihasilkan oleh Skill "Lucifer"? ", (Selia)

"Tapi di Skill tak tertulis kalau aku tidak akan bisa melihat aura loh. ", (Aku)

"Bukan begitu Kak Noval. Ingat salah satu efek samping yang mengatakan 'Pengguna akan kehilangan rasa takut dan cenderung akan meremehkan lawan yang dirasa lebih lemah darinya' kan? Itu lah penyebabnya.

Pertama adalah 'kehilangan rasa takut'. Aura pada dasarnya mampu memberikan intimidasi dengan menunjukkan perbedaan kekuatan antar individu. Untuk Kak Noval yang kebal terhadap rasa takut, intimidasi dari aura seakan tak bisa Kak Noval lihat dan rasakan.

Kedua adalah 'cenderung meremehkan lawan yang dirasa lebih lemah'. Dirasa lebih lemah di sini, mampu diartikan sebagai pandangan Kak Noval terhadap lawan. Semua lawan Kak Noval sudah dianggap lemah secara otomatis oleh Kak Noval melalui Skill ini. Jadi kemungkinan, sistem melepaskan fungsi dan kerja aura yang ada pada Kak Noval karena dianggap tidak berguna.

Itulah kesimpulan kasar yang bisa kuambil mengenai permasalahan ini. ", jelas Selia dengan sangat rinci dan panjang.

Karena merasa kagum dengan semua ucapannya, aku hanya bisa terdiam. Selia terlalu keren.

"Katakanlah sesuatu, Kak Noval! ", karena melihat aku hanya terdiam, dia sedikit tersipu dan berteriak cukup keras padaku.

"A-ah! Maaf maaf, aku hanya kagum dengan pemikiranmu yang bisa menghasilkan kesimpulan-kesimpulan keren itu. ", (Aku)

"Sudah kubilang itu hanyalah kesimpulan pribadi dariku saja. Belum tentu itu adalah fakta yang sebenarnya. ", (Selia)

"Ya ya, aku tahu. Tapi kesimpulanmu itu terdengar sebagai fakta bagiku. ", (Aku)

"Terserah Kak Noval saja. Yang terpenting, bagaimana kalau kita urus monster-monster itu? ", (Selia)

"Oke, baiklah. Kita lanjutkan obrolannya nanti saja. Mari kita habisi semua monster ini! ", (Aku)

Setelah itu, aku dan Selia mulai menghabisi monster-monster dengan jumlah gila itu bersama.

...

...

Monster-monster yang ada di permukaan ini memiliki level sekitaran 1 sampai dengan 50 saja, jadi mudah bagi kami untuk mengatasinya. Tapi berbeda dengan yang ada di Dungeon, status yang mereka miliki berada pada 2 kali lipatnya. Jadi monster dengan level 10 pun akan terasa seperti monster level 20.

Untuk kami memang terasa mudah melawan mereka, tapi untuk orang biasa, monster-monster ini dianggap sebagai bahaya yang tidak mereka ketahui. Bahkan untuk melawan monster berlevel 10, orang biasa akan merasa cukup kesulitan jika tidak mengetahui karakteristik dari para monster. Apalagi dengan jumlah yang gila ini. Orang-orang pasti takkan berani melawan lautan monster yang mengerikan ini. Lagipula, apakah masih ada orang yang bertahan hidup dalam situasi penuh keputusasaan seperti ini?

"'Fire Magic' 'Fire'! ", seru Selia sembari mengarahkan tangan ke tempat para monster berada. Dia menyimpan Blue Star Staff-nya dan bertarung menggunakan tangan kosong.

Fire merupakan sihir elemen api level satu yang hanya mengeluarkan api kecil dari telapak tangan. Tapi di tangan Selia, sihir level 1 itu terasa seperti sihir level 3 bahkan hampir mencapai 4.

Menurut penjelasan yang Selia tuturkan, STR yang tinggi sangat berpengaruh terhadap kekuatan serangan sihir. Apabila STR kita telah mencapai 20 poin, kita sudah mampu mengeluarkan serangan sihir dengan level normal. 20 merupakan poin stabil dampak serangan sihir yang sesuai dengan level sihir. Dan apabila STR kita telah mencapai kelipatan 20, kekuatan serangan sihir kita akan berlipat sesuai angka kelipatannya.

Karena itu, Selia melarangku untuk mengeluarkan sihir di atas permukaan. Dengan STR-ku yang telah mencapai angka ratusan ribu, bahkan jika itu hanya sihir level 1, bencana bisa saja datang secara tiba-tiba. Jadi dia menyuruhku untuk bertarung menggunakan tangan kosong saja tanpa menggunakan sihir dan juga senjata. Karena dampak yang dihasilkan akan sangat berbahaya apabila aku menggunakan senjata ataupun sihir. Selia juga menyimpan Blue Star Staff-nya dengan alasan yang sama.

Yah.., Selia memang benar-benar hebat. Dia malah terlihat lebih dewasa dan mampu memberikan instruksi yang tepat daripada aku.

.....

Pembantaian yang aku dan Selia lakukan terus berlanjut, hingga setidaknya tinggal menyisakan beberapa ekor monster saja. Monster-monster yang tersisa adalah monster dengan level yang tinggi, walau level tertinggi dari mereka hanya 50.

"Bagaimana kalau kita akhiri ini, Selia? ", (Aku)

"Ya, sebentar lagi juga akan berakhir. ", (Selia)

Saat kami ingin bergerak untuk menyelesaikan pembantaian monster, datang beberapa orang yang mulai menyerang monster-monster itu. Mereka menggunakan senjata seperti ketapel dan menyerang para monster dengan batu berwarna yang mengeluarkan sesuatu seperti sihir saat mengenai tubuh monster. Monster-monster yang diserang mereka pun, mulai berbalik dan berfokus menghadapi orang-orang itu.

Sepertinya mereka berniat untuk menolongku dan Selia yang terlihat seperti dikepung oleh monster-monster ini. Terlebih tubuh kami juga terpercik darah para monster, sehingga kami berdua terlihat seperti terluka parah.

"Kak Noval, mereka sepertinya menggunakan Magic Stone untuk menyerang para monster. ", Selia berbicara sembari mengamati pertarungannya.

"Sepertinya begitu. ", (Aku)

Serangan yang mereka hasilkan memang tidak terlalu kuat, namun kerjasama mereka sangat baik, sehingga para monster mulai tumbang satu persatu.

Kami berdua hanya terdiam dan mengamati pertarungan itu. Jumlah orang yang melakukan serangan hanyalah sebanyak 10 orang saja, sedangkan sisa monster masih sekitar 100 ekor lebih. Mereka memang cukup unggul dalam kerjasama dan strategi, sehingga bisa mengalahkan beberapa monster. Namun jumlah monster yang masih cukup banyak itu, membuat mereka dengan cepat kehilangan stamina.

"Kak Noval, mereka tak mungkin menang. ", ucap Selia dengan dasar pengelihatannya.

"Ya, kamu benar. ", (Aku)

Situasinya semakin menekan untuk orang-orang itu. Sepertinya kita harus turun tangan.

"HEI KALIAN BERDUA!! CEPAT LARI!! ", ucap salah seorang dari kelompok manusia yang menyuruh kami untuk berlari. "COBALAH BERLARI KE BARAT! DI SANA KALIAN BISA DIOBATI!! ", teriaknya memberitahu kami tempat berlindung. Padahal situasi mereka sangat berbahaya, tapi mereka tetap masih ingin menolong kami.

"Kak Noval.. ", ucap Selia dengan memandang mataku sembari tersenyum.

"Ya, ayo kita lakukan. ", balasku.

Kami mulai bergerak ke tempat pertarungan sedang terjadi.

"HEI APA YANG KALIAN LAKUKAN!? ", orang yang berteriak tadi terkejut karena kami berlari ke arah mereka dan monster berada.

Namun keterkejutan mereka bertambah saat melihat kami mulai menghabisi satu persatu monster itu dengan tangan kosong. Selia memutuskan untuk menggunakan tangan kosong juga untuk bertarung, karena khawatir sihirnya bisa mengenai orang-orang itu.

Walau berkata tangan kosong, sebenarnya Selia melapisi tangannya dengan sihir elemen api paling dasar 'Ignition', sehingga dampak sihirnya tidak terlalu besar. Selia memang tidak bisa lepas dari sihir dalam pertarungannya dengan para monster. Dia mengatakan kalau itu sudah menjadi suatu kebiasaan dan berubah menjadi kewajiban.

Orang-orang yang sudah menyelamatkan kami itu mulai menjauh dari pertarungan dan menyaksikan pertarungan kami. Mereka sangat terkejut dengan kekuatan besar yang kami miliki. Dan mulai berbicara satu sama lain. Sepertinya juga ada beberapa dari mereka yang mengalami luka.

2 menit berlalu, dan pertarungan atau lebih pantas disebut pembantaian ini pun berakhir. Aku dan Selia berdiri di atas mayat para monster dan melakukan tos.

"Kerja bagus, Selia. ", (Aku)

"Kak Noval juga. ", (Selia)

Setelah itu, kami mengubah pandangan kami ke tempat orang-orang itu berada. Mereka yang melihat kami, mulai bergetar tubuhnya dan mundur perlahan. Kami berdua terus berjalan menghampiri mereka walau jaraknya sedikit menjauh dari saat awal.

Saat kami sampai di depan mereka, salah satu dari mereka bertanya, "A-apa kalian benar-benar ma-manusia?.. ", tanyanya dengan gemetar. Dia adalah orang yang menyuruh kami untuk berlari. Sepertinya dia yang memegang posisi pemimpin di kelompok ini.

"Ah.., ya tentu saja. Kami berdua hanyalah manusia biasa. Maaf kalau kami sudah menakuti kalian. ", aku berusaha untuk menampilkan sisi ramahku. Ini adalah hasil dari perjuanganku selama di Desa.

"Ma-manusia biasa tak mungkin bisa mengalahkan para monster itu seorang diri.... ", ucapnya dengan terus memasang kewaspadaan. Begitu juga dengan yang lainnya. "Apa sungguh kalian bukan monster seperti mereka? ",

"Bukan bukan sungguh! Memang, kami juga cukup meragukan diri kami sebagai manusia sih.. ", ucapanku itu membuat mereka mundur tambah jauh. "Eh? Jangan menjauh..! Kami tidak ada niatan jahat sama sekali! Malahan kami berterimakasih pada kalian semua karena berusaha menyelamatkan kami... ", mereka masih tidak bisa percaya dengan ucapanku.

"Hahh... Kak Noval, Kakak terlalu mengintimidasi. ", tegur Selia padaku.

"Ehh!? Memang aku terlihat begitu!? ", (Aku)

"Memangnya Kak Noval tak sadar seberapa mengerikannya Kak Noval saat ini? ", Selia segera mengeluarkan cermin dan menaruhnya di depanku.

Aku melihat cermin dan terkejut karena melihat penampakan mengerikan yang padahal adalah diriku sendiri. Cipratan darah monster memenuhi sebagian besar tubuh dan wajahku. Dengan ini, tentu saja siapapun akan takut.

"Dan lagi, coba Kak Noval tersenyum seperti tadi saat berbicara dengan mereka. ", Selia memintaku untuk tersenyum.

"Eh? Aku hanya perlu tersenyum seperti tadi kan? ", (Aku)

Aku melakukan apa yang diminta oleh Selia dan lagi-lagi dibuat terkejut karena itu. Senyuman yang aku anggap sebagai bentuk ramah, malah terlihat seperti layaknya penjahat dalam film pembantaian. Senyuman yang tidak memiliki ketulusan, terlihat seperti dipaksakan, dan nampak licik dengan menyembunyikan suatu keburukan, itulah yang bisa aku lihat di pantulan cermin.

Ehh!? Apa selama ini aku selalu tersenyum seperti ini!?] aku sangat terkejut dengan diriku sendiri.

"Se-Selia,.. Apa selama ini,.... ", (Aku&

"Tidak. Mungkin baru kali ini aku melihat wajah mengerikan Kak Noval ini. Mungkin Kak Noval merasa gugup berbicara dengan orang yang baru ditemui? ", Selia mengatakan kalimat yang bisa membuatku tenang. "Saat Kak Noval tersenyum padaku, aku benar-benar merasakan perasaan tulus yang Kak Noval berikan. Perasaan ingin melindungi, menjaga, dan menghargai juga tersampaikan dengan jelas lewat senyuman yang Kak Noval berikan. ",

"Apa itu... benar? ", (Aku)

"Ya, aku takkan berbohong pada Kak Noval. ", jawabnya dengan senyuman manisnya yang selalu ia tunjukkan padaku.

Padahal senyumannya inilah yang menjadi alasanku masih bisa berdiri sampai saat ini. Selia selalu menyelamatkanku dengan senyumannya.

"Hahh.... Kamu itu ya... ", ucapku sembari mengelus rambut Selia dengan parasaan sedikit malu.

Kemudian orang-orang tadi, yang tadinya menjauh dariku, mulai mendekati kami dengan perlahan. Mereka berusaha mendekat walau masih merasa sedikit ketakutan.

"A-anu... Kami paham, kalau kalian ini bukan monster. Maaf karena meragukan kalian... ", sepertinya mereka sudah mulai percaya dengan ucapanku. "Tapi apa benar kalian tidak memiliki niat jahat pada kami? ",

"Tentu saja! Kami sama sekali tak punya niatan untuk melukai kalian. Bukankah kami sudah bilang bahwa kami ingin berterimakasih pada kalian? ", ucapku menegaskan.

Kemudian Selia maju dan berjalan menghampiri mereka.

"'Holy Magic' 'Area Heal'..... ", Selia mengaktifkan Area Heal untuk menyembuhkan mereka semua.

Cahaya emas mulai menyelimuti tubuh mereka dan hal itu membuat mereka terkejut. "Eh!? Apa ini!? ", "Apa yang sedang terjadi!? ",

"Tenang saja, luka kalian akan sembuh setelah ini. ", ucapku menenangkan mereka sembari berjalan mendekati Selia.

Semua orang telah sembuh sepenuhnya tanpa meninggalkan luka sekecil apapun, setelah sihirnya berakhir. Darah yang menempel di tubuh dan wajahku pun, sudah hilang karena aku ikut terkena sihir ini. Mereka benar-benar terkejut dengan apa yang mereka alami. Bahkan saking terkejutnya, mereka hanya terus saling pandang dan diam tanpa suara.

"Dapatkah ini menjadi bukti bahwa kami bukan musuh? ", Selia mengeluarkan suara dan bertanya. Ternyata dia melakukan ini untuk menghilangkan prasangka buruk terhadap kami kah?

Mereka kembali saling menatap satu sama lain, sebelum akhirnya ketua kelompok yang berbicara sebelumnya maju memberanikan diri. "Baik, kami telah paham bahwa anda berdua bukanlah orang jahat. ", ucapnya dengan bahasa yang diubah menjadi formal. Kemudian dia berlutut di hadapan Selia dan aku. Gerakannya diikuti oleh semua orang di belakangnya.

"Eh? Apa yang kalian lakukan? ", Selia bertanya sebagai bentuk keterkejutannya. Aku juga cukup kaget dengan tindakan mereka.

"Wahai Dua Orang Ajaib, tolong pinjamkan kekuatan penyembuh yang indah milik anda kepada kami! Banyak dari kami yang mengalami luka parah! Kami tidak ingin kehilangan keluarga kami lebih dari saat ini! Kami mohon! Kami mohon dengan sangat! Pinjamkanlah kekuatan ajaib anda! Kami akan lakukan apapun asalkan keluarga kami bisa terselamatkan! Kami mohon! ", pintanya keras sembari terus berlutut dan menunduk.

"KAMI MOHON!! ", orang-orang di belakangnya juga berteriak keras meminta pertolongan.

Sepertinya situasinya cukup menyulitkan bagi mereka. Dan mereka masih ingin membantu kami tadi? Apa mereka malaikat?

"Kak Noval..... ", Selia memanggilku sembari memandangku dengan tatapan memelas. Dia seakan mengatakan 'ayo kita bantu mereka'.

Yah... Pada akhirnya, aku memang akan membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Aku takkan menolak permintaan ini.

"Baiklah, kami mengerti. Bisakah kalian segera mengantarkan kami ke tempat semua orang berkumpul? ", pertanyaanku mampu mengubah ekspresi orang-orang itu. Wajah mereka sekejap berubah menjadi senang akan adanya harapan baru.

"Baik! Terimakasih banyak! Kami akan mengantarkan anda berdua! ", ucap ketua kelompok dengan wajah sumringah.

Kami semua mulai bergerak menuju tempat para orang-orang selamat berkumpul. Memang perjalanan untuk mencari Paman dan Bibi akan tertunda. Tapi aku tak bisa mengabaikan orang-orang yang memerlukan pertolonganku. Orang tuaku di sana akan marah padaku jika aku meninggalkan orang-orang ini. Dan lagi, Selia juga tidak akan suka.

Dan dengan begitu, perjalanan kami di atas dunia yang hancur ini, dimulai!

***