Chereads / Kotak Buana : Chaos and Order / Chapter 53 - Bab 50: Ketertarikan yang Meningkat

Chapter 53 - Bab 50: Ketertarikan yang Meningkat

Langit sore di atas Akademi Stellar terlihat kemerahan, memancarkan keindahan yang menenangkan. Setelah simulasi selesai, lapangan latihan perlahan mulai sepi. Anggota kelompok empat masih berdiri di dekat lapangan, saling berbincang dengan santai.

Lilian: (tersenyum kecil sambil menepuk pundak Amara) "Kau hebat sekali, Amara. Tanpa strategimu, mungkin kita semua sudah kalah melawan Golem itu."

Vance: (mengangguk setuju, meski dengan nada sedikit enggan) "Aku akui, strategimu cukup brilian. Dan kau juga benar soal Raka. Aku tidak menyangka dia bisa mengatasi tekanan seperti itu dengan senjata yang... yah, cukup aneh."

Marcia: (menatap Raka dengan heran) "Aku setuju. Telekinesis seperti itu membutuhkan banyak energi dan konsentrasi. Bagaimana kau bisa bertahan begitu lama?"

Raka: (tersenyum kecil, mencoba menghindari perhatian) "Hanya sedikit latihan... dan keberuntungan."

Amara mengamati Raka dengan seksama, tatapannya mencerminkan rasa ingin tahu yang semakin besar.

Amara: (dengan nada serius namun lembut) "Latihan? Aku rasa bukan hanya itu. Kau memiliki sesuatu yang unik, Raka."

Raka sedikit terdiam, merasa gugup di bawah tatapan Amara yang penuh arti. Dalam pikirannya, dia merenung:

Raka: "Amara... dia seorang Resonan. Tidak ada keraguan lagi. Tapi bagaimana dia menggunakan [Play and Pause] dengan sangat hati-hati? Dan mengapa tubuhku tidak terpengaruh? "

Namun, dia menenangkan dirinya dan hanya tersenyum tipis.

Raka:(berusaha meredakan perhatian Amara) "Mungkin kau terlalu memujiku. Kau yang benar-benar memimpin kami, Amara. Tanpa strategi dan seranganmu, kita tidak akan menang."

Amara tersenyum kecil, tapi ada sesuatu dalam senyumannya yang membuat Raka semakin waspada.

---

Setelah simulasi selesai, Raka kembali ke asramanya. Langkahnya terasa berat, pikirannya dipenuhi oleh rasa khawatir tentang Amara.

Raka : "Dia sangat cerdik. Jika aku tidak hati-hati, dia mungkin akan menyadari sesuatu yang tidak seharusnya dia tahu."

Namun, saat membuka pintu asramanya, Raka disambut oleh suasana yang agak tegang. Di dalam kamar, Kai duduk di tepi tempat tidurnya dengan kepala tertunduk, sementara Shade, burung gagak hitam peliharaan Raka, bertengger di salah satu kursi.

Shade:(menoleh pada Raka dengan suara serak) "Dia sudah seperti itu sejak masuk kamar. Kau mungkin perlu bicara dengannya."

Kai: (tertawa kecil, memandang Shade dengan lemah) "Sedikit menyedihkan, ya? Mendapat simpati dari seekor burung."

Raka tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana, tapi dia segera menyadari tatapan serius dari Kai.

Raka: (dengan nada lembut, mendekati Kai) "Ada apa? Kau terlihat murung. Apa sesuatu terjadi?"

Kai menghela napas panjang sebelum menjawab.

Kai: (menatap Raka dengan ragu, namun akhirnya berbicara) "Aku dengar kabar dari Kris. Dalam ujian tengah semester ini, para dewan melarang kita berada dalam satu tim dengan saudara kita."

Raka terdiam sejenak, seolah mencerna kabar itu. Namun, dia akhirnya mengangguk perlahan, seperti sudah menduga hal ini.

Raka: (tersenyum kecil, berusaha menenangkan Kai) "Aku mengerti. Tapi kita tidak perlu khawatir tentang itu, Kai. Kita berdua masih bisa membentuk tim bersama, bukan? Dan soal saudara kita... mereka jauh lebih kuat dari kita. Jadi, aku rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Kai menatap Raka dengan penuh rasa syukur.

Kai: (tersenyum tipis) "Kau benar. Mereka memang lebih kuat dari kita. Aku hanya perlu percaya pada mereka, seperti aku percaya padamu."

Suasana perlahan mencair, dan Shade menatap keduanya dengan puas, seperti seorang pengamat bijak.

Shade:(dengan nada bercanda) "Akhirnya, kalian berhenti membuatku khawatir. Bagus sekali."

Raka dan Kai tertawa kecil, tetapi momen santai itu segera berakhir dengan datang nya malam. Esok Harinya Ada orang yang mengetuk pintu asrama mereka membuat mereka bangun lebih awal di hari libur.

Raka:(berdiri, berjalan ke arah pintu) "Siapa itu?"

Ketika Raka membuka pintu, dia melihat Amara berdiri di depan dengan senyum penuh percaya diri.

Amara: (menatap Raka dengan serius) "Raka, aku punya permintaan. Aku ingin kau bergabung dengan timku untuk ujian tengah semester nanti."

Raka terkejut, namun sebelum dia bisa menjawab, Amara melanjutkan.

Amara: (dengan nada lebih lembut) "Aku sudah berbicara dengan Nona Keira Draconfall. Dia juga setuju untuk bergabung. Kita bertiga akan menjadi tim yang kuat."

Mata Raka melebar mendengar nama Keira, dan pikirannya langsung dipenuhi oleh berbagai pertanyaan.

Raka: "Keira Draconfall? Kenapa dia ingin aku bergabung? Dan kenapa Amara terlihat sangat bersemangat tentang ini? "

Bab ini berakhir dengan ekspresi kebingungan di wajah Raka, sementara Amara menatapnya dengan penuh keyakinan.

---