Matahari pagi bersinar lembut di langit Akademi Stellar, menandai awal hari yang cerah. Namun, di salah satu sudut akademi, lima orang siswa berjalan menuju sebuah kereta kuda yang tampak megah dan dihiasi lambang keluarga Draconfall. Kereta itu diparkir di luar gerbang akademi, menunggu mereka untuk diantar ke kediaman pribadi Kiera.
Kusir Kereta: (membuka pintu dengan sikap sopan) "Selamat pagi, Tuan Putri Kiera dan tamu-tamu yang terhormat. Kereta telah disiapkan untuk perjalanan kalian. Silakan naik."
Amara: (tersenyum bangga, sambil memandang kereta) "Inilah kelebihan menjadi bagian dari keluarga Draconfall. Tidak ada yang bisa menandingi fasilitas seperti ini."
Kai: (melirik kereta dengan sedikit kagum) "Hmm, luar biasa. Tapi, aku lebih suka jalan kaki. Rasanya lebih bebas."
Evangeline: (menatap kereta dengan gugup, menggenggam busurnya erat-erat) "Apakah... apakah kita harus naik kereta ini? Aku... aku tidak terbiasa dengan kemewahan seperti ini."
Raka: (menepuk bahu Evangeline dengan lembut) "Haha..Mau bagaimana lagi. Kita semuanya hanya Tamu, Jadi tolong tahan saja oke."
Kiera: (tersenyum tipis, sambil melipat tangan) "Kereta ini ada untuk kenyamanan kita. Jangan khawatir, Evangeline. Ini hanya perjalanan singkat."
Setelah mereka semua naik ke kereta, perjalanan menuju kediaman Draconfall dimulai. Sepanjang jalan, Amara menjelaskan sejarah keluarga Draconfall dengan semangat, sementara Kai mendengarkan setengah hati, tampak lebih tertarik melihat pemandangan di luar.
Sesampainya di kediaman Draconfall, pemandangan megah menyambut mereka. Sebuah mansion besar dengan taman luas berdiri megah, dihiasi air mancur dan patung-patung naga yang berkilauan di bawah sinar matahari. Para pelayan berbaris rapi, menyambut Kiera dan timnya dengan hormat.
Pelayan Mansion: (membungkuk dalam-dalam) "Selamat datang kembali, Tuan Putri Kiera. Dan selamat datang juga kepada tamu-tamu terhormat."
Kai: (dengan nada terkesan, melangkah keluar kereta) "Ini... lebih besar dari yang kubayangkan. Rasanya seperti masuk ke istana."
Raka: (mengangguk sambil memandangi taman) "Keluarga Draconfall benar-benar tahu cara menunjukkan status mereka."
Amara: (tersenyum bangga) "Tentu saja. Kita adalah simbol kejayaan di Western Kingdom."
Evangeline tetap diam, merasa kecil di tengah kemegahan ini. Raka memperhatikan ketidaknyamanan di wajahnya dan berjalan di sampingnya.
Raka: (dengan nada tenang) "Evangeline, kau baik-baik saja? Kalau ini membuat mu tidak nyaman, kita bisa kelapangan duluan."
Evangeline: (dengan suara pelan, menundukkan kepala) "Aku... hanya merasa ini bukan tempatku. Terlalu mewah. Aku lebih nyaman di tempat sederhana."
Raka: (tersenyum lembut) "Aku mengerti, Tapi tenang saja kita hanya meminjam ruangan latihan Kiera, Kita akan langsung pergi saat semua selesai."
Setelah beberapa menit untuk bersiap, mereka berkumpul di arena pelatihan di halaman belakang mansion. Arena itu dikelilingi dinding tinggi dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk golem latihan pribadi milik keluarga Draconfall.
Kiera: (berdiri di tengah arena, memandang timnya dengan serius) "Baik, ini adalah latihan pertama kita. Aku ingin melihat seberapa baik kita bisa bekerja sama."
Golem pertama, berbentuk humanoid dengan lapisan logam tebal, diaktifkan. Suara mekanisnya bergema di arena, dan mata merahnya menyala terang.
Amara: (menghunus pedangnya, dengan ekspresi penuh percaya diri) "Aku akan menjadi ujung tombak serangan kita. Kai, bantu aku menahan serangan baliknya."
Kai: (memutar polearm-nya dengan gaya santai) "Mengerti. Tapi jangan salahkan aku kalau aku mengembalikan pukulannya dua kali lebih keras."
Evangeline: (mengambil posisi di belakang, menyiapkan busurnya) "Aku akan mencari celah untuk serangan jarak jauh."
Raka: (dengan tenang menggerakkan gear-nya) "Aku akan mendukung dari depan. Kiera, kau urus koordinasi serangan sihir."
Latihan dimulai dengan Amara menyerbu maju, pedangnya berkilauan saat ia menyerang golem dengan tebasan cepat. Golem menangkis serangan itu dan mencoba memukul balik, tetapi Kai dengan cekatan menangkis serangan tersebut, mengembalikannya dua kali lebih kuat.
Kai: (tertawa kecil) "Tuh, rasakan!"
Raka segera memanfaatkan situasi untuk mengalihkan perhatian golem, menggunakan gear-nya untuk menyerang dari sisi lain. Evangeline, yang telah memposisikan dirinya di sudut, meluncurkan panah yang mengenai persendian golem, memperlambat gerakannya.
Evangeline: (dengan suara pelan) "Aku mengenai target. Lanjutkan serangan."
Kiera: (melancarkan mantra sihir, mengarahkan bola api besar ke golem) "Ini serangan terakhir. Semuanya, mundur!"
Serangan itu menghancurkan golem, dan latihan selesai dengan sukses.
Amara: (menatap Raka dengan penuh kekaguman) "Aku tidak percaya gear aneh itu bisa begitu efektif. Kau benar-benar mengejutkan, Raka."
Raka: (tersenyum kecil) "Aku hanya melakukan bagianku."
Kiera: (mengangguk dengan puas) "Latihan yang bagus. Tapi kita masih perlu memperbaiki koordinasi kita. Mari kita lakukan lagi besok."
Tim tersebut mulai merasa lebih nyaman satu sama lain, dan latihan pertama mereka di kediaman Draconfall menjadi langkah awal yang penting menuju ujian tengah semester yang akan datang.
Setelah latihan selesai, Kiera mengajak timnya masuk kembali ke mansion.
Kiera: (tersenyum kecil) "Latihan yang bagus. Sebagai penghargaan atas kerja keras kita, aku ingin kalian bergabung denganku untuk makan siang di ruang makan utama."
Mereka semua setuju, meski Evangeline terlihat sedikit gugup. Saat memasuki ruang makan, meja besar dengan berbagai hidangan mewah sudah tersaji.
Pramusaji: (membungkuk hormat ke arah Kiera) "Selamat datang, Tuan Putri Kiera. Hidangan telah disiapkan sesuai permintaan Anda. Apakah ada yang perlu ditambahkan?"
Kiera: (menggeleng perlahan) "Tidak, ini sudah cukup. Terima kasih atas kerjamu."
Kai: (berbisik ke Raka, kagum) "Tuan Putri, huh? Aku merasa seperti karakter pendukung di cerita dongeng."
Raka: (tertawa kecil, menjawab dengan pelan) "Yah, begitulah hidup seorang bangsawan. Kita hanya seperti butiran debu dihadapan nya."
Mereka menikmati makan siang bersama, saling bertukar cerita dan mengenal satu sama lain lebih baik. Latihan itu menjadi awal dari kebersamaan mereka sebagai tim.
[Bersambung]
---