Pesisir pulau dipenuhi aktivitas para staf akademi. Pos pengawas utama berdiri kokoh di tepi pantai, dengan layar-layar sihir memancarkan cahaya terang, menampilkan peta pulau lengkap dengan titik-titik yang menandai lokasi setiap siswa. Di tengah hiruk-pikuk pengawasan, Lucas berdiri dengan tangan terlipat, memandangi peta dengan ekspresi penuh konsentrasi.
Langkah kaki cepat terdengar mendekatinya.
Lucas: (melirik ke arah suara) "Kau menyelesaikan ujian ini lebih cepat dari perkiraanku, Kris."
Sosok itu adalah Kris, yang baru saja menyelesaikan ujian bersama timnya. Ia berdiri tegap, namun ekspresinya sedikit tegang.
Kris: (dengan nada formal) "Betul, Master. Tim saya berhasil mengalahkan sepuluh ekor monster Rank D."
Lucas mengangguk perlahan, mengalihkan pandangannya kembali ke peta.
Lucas: (tersenyum tipis) "Bagus, namun sayang kau tidak mengincar Boss Monster."
Kris: (menunduk sedikit, merasa bersalah) "Sebenarnya saya berniat untuk mengalahkan Boss Monster, namun di tengah jalan saya berpapasan dengan Nona Alya, dan dia..."
Lucas menyela dengan nada yang bercampur lelah.
Lucas: (mengetukkan jarinya ke peta) "Alya memerintahkan kau mundur, dan dia yang akan melawan Boss Monster, bukan begitu?"
Kris: (mengangguk dengan yakin) "Betul, seperti yang Master katakan."
Lucas menghela napas panjang, menatap Kris dengan pandangan penuh arti.
Lucas: (dalam hati) Ampun... apakah akal anak ini menjadi tumpul karena cinta atau semacamnya?
Namun, sebelum Lucas bisa menasihati Kris lebih jauh, seorang staf pengawas berlari masuk dengan wajah panik.
Staf Pengawas: (terengah-engah) "Tuan Lucas! Visual dan alat pelacak beberapa kelompok mendadak menghilang. Selain itu, tanda vital dari dua Boss Monster di pulau ini juga menghilang!"
Lucas menoleh dengan cepat, ekspresinya berubah serius.
Lucas: (berbicara tegas) "Apa maksudmu? Bagaimana mungkin Boss Monster bisa dikalahkan secepat ini?"
Staf Pengawas: (menggeleng panik) "Kami tidak tahu, Tuan. Tapi tanda vital terakhir menunjukkan lokasi kelompok siswa yang berada di dekat kedua Boss Monster itu. Kami telah kehilangan kontak Visual dengan mereka."
Lucas mengepalkan tangan, matanya menatap tajam ke peta pulau.
Lucas: (dengan nada memerintah) "Segera kirimkan pengawas ke titik terakhir kelompok siswa-siswa itu berada. Aku akan memeriksa lokasi Boss Monster yang ada di bagian Utara."
Staf itu mengangguk dan bergegas pergi. Kris, yang menyaksikan semuanya, melangkah maju dengan wajah penuh tekad.
Kris: (dengan nada tegas) "Master, izinkan saya ikut. Jika Nona Alya dalam bahaya, saya tidak bisa diam saja."
Lucas menoleh, menatap Kris dengan pandangan tajam namun tenang.
Lucas: (berbicara tegas namun lembut) "Kris, kita sedang kekurangan staf sekarang. Aku membutuhkanmu untuk menyampaikan situasi ini kepada Kepala Sekolah Airi di akademi. Ini tugas yang sangat penting. Aku akan memastikan Alya baik-baik saja."
Kris tampak ragu, namun akhirnya mengangguk.
Kris: (menundukkan kepala) "Baik, Master. Saya akan segera pergi."
Lucas mengangguk, memberikan senyum kecil yang penuh keyakinan.
Lucas: "Percayalah, aku akan menjaganya. Sekarang cepat pergi."
Kris segera berlari menuju portal sihir di pesisir, langkahnya dipenuhi dengan kekhawatiran yang mendalam.
Sesampainya di akademi melalui portal, Kris langsung berlari menuju ruang kepala sekolah. Namun, suara ledakan besar tiba-tiba terdengar dari belakangnya. Ia berbalik dengan kaget, melihat portal sihir yang ia gunakan kini hancur berkeping-keping, meninggalkan residu energi yang berkilauan di udara.
Kris: (dengan nada cemas) "Apa yang terjadi?! Portalnya... tidak bisa digunakan lagi?"
Seorang staf akademi berlari mendekatinya, wajahnya penuh kepanikan.
Staf Akademi: (berteriak) "Portalnya meledak! Kita kehilangan akses ke pulau!"
Kris mengepalkan tangan, perasaan khawatir menyelimuti dirinya.
Kris: (berbicara dalam hati) Kakak... Alya... semoga kalian baik-baik saja.
Sementara itu, di reruntuhan, Tim Kiera berdiri terpaku. Di hadapan mereka, mayat Ignidrake—Boss Monster Rank C—terkapar dengan luka-luka parah. Tubuhnya dipenuhi duri-duri hitam yang mencuat dari tanah, menciptakan pemandangan yang mencekam.
Di atas mayat itu berdiri seorang pria misterius dengan armor hitam lengkap. Ia memandang Tim Kiera dengan senyuman menyeramkan.
Pria Misterius: (berbicara dengan nada berat) "Akhirnya ada orang juga. Aku bosan terus bermain dengan kadal merah ini."
Kiera mundur beberapa langkah, wajahnya pucat.
Kiera: (berbisik cemas) "Siapa dia...?"
Amara langsung mengangkat pedangnya, melangkah maju untuk melindungi Kiera.
Amara: (berteriak tegas) "Siapa kau?! Apa yang kau lakukan di sini?!"
Pria itu hanya tertawa kecil, langkahnya santai namun penuh intimidasi.
Pria Misterius: (dengan nada sinis) "Aku hanya seorang utusan. Tapi kalian... akan menjadi tamu spesial kami hari ini."
Raka mengerutkan dahi, menatap pria itu dengan penuh waspada.
Raka: (berbicara dalam hati) Sepertinya rencana Chaos Cult sudah dimulai...
[Bersambung]