Chereads / Isekai : Chaos and Order / Chapter 25 - Bab 22: Mana Control

Chapter 25 - Bab 22: Mana Control

Pagi hari yang cerah menyelimuti Stellar Academy, di mana sinar matahari menembus dedaunan pepohonan dan menciptakan bayangan yang menari di atas permukaan tanah. Para siswa sudah berkumpul di kelas untuk pelajaran pertama hari ini, yaitu {Pengendalian Mana} bersama Hoshiko Miyamoto. Kelas ini terletak di salah satu bangunan yang memiliki jendela besar dengan pemandangan taman akademi yang rimbun.

Hoshiko Miyamoto, seorang wanita dengan rambut panjang hitam yang terikat rapi, berdiri di depan kelas sambil memegang tongkat kayu berukir.

Hoshiko: "Ayo, semua perhatikan,"

(katanya dengan suara tenang namun tegas) "Pengendalian mana bukan hanya tentang memanipulasi sihir, tetapi juga memahami aliran energi alam yang ada di sekitar kita. Setiap orang memiliki atribut yang berbeda-beda, dan kalian harus belajar mewujudkan atribut itu dalam bentuk fisik."

Dia berjalan ke tengah ruangan sambil mengangkat telapak tangannya, lalu sebuah bola api kecil muncul dan melayang di atas tangannya.

Hoshiko: "Seperti ini."

Para siswa mulai mengikuti instruksi, masing-masing memusatkan energi mereka untuk memanifestasikan atribut alam mereka. Di antara mereka, Thalassius dan Selene berhasil membentuk bola air yang menggantung di atas telapak tangan mereka, sementara Lily mewujudkan sebuah jarum es yang tipis dan tajam. Beberapa siswa lain menampilkan kubus tanah, pusaran angin kecil, dan percikan listrik. Namun, Raka hanya bisa berdiri dengan telapak tangan terbuka tanpa ada sedikit pun elemen yang muncul.

Hoshiko : (melihat ke arahnya dan mendekat)

"Raka, kenapa kau tidak bisa mewujudkan atribut apa pun?" tanyanya dengan lembut namun penuh rasa ingin tahu.

Raka : (menurunkan tangannya perlahan, tampak sedikit tidak nyaman)

"Saya… tidak memiliki atribut alam apa pun,"

( jawabnya jujur.)

Ekspresi Hoshiko sejenak berubah terkejut, namun dia cepat-cepat kembali tenang. Hoshiko: "Benarkah? Itu sangat jarang terjadi...," (gumamnya, lalu dia menatap mata Raka.) "Apa kau bisa menguasai sihir lain, mungkin sesuatu yang tidak bergantung pada atribut?"

Raka : "Telekinesis,"(jawabnya singkat)

"Saya cukup mahir dalam menggunakan sihir telekinesis."

Hoshiko: (mengangguk dan memberikan isyarat dengan tangannya)

"Baiklah, mari kita coba sesuatu yang berbeda. Ini," (katanya sambil menyerahkan sebuah kubus besi yang tampak berat kepada Raka) "Kendalikan kubus ini dengan telekinesis. Itu akan menjadi latihanmu untuk mengendalikan mana."

Raka mengangguk setuju dan mulai memusatkan pikirannya untuk mengangkat kubus tersebut. Sedikit demi sedikit, kubus itu mulai melayang di udara. Meskipun ia harus terus mengontrolnya dengan fokus penuh karena itu kubus yang sedikit istimewa menurut Hoshiko-sensei, perlahan ia berhasil menjaga kubus tersebut agar tetap stabil di udara. Namun, setelah sekitar 15 menit, Raka mulai kehabisan mana, dan dia pun segera mengeluarkan sebotol kecil mana potion dari sakunya dan meminumnya.

Hoshiko, yang memperhatikan tindakan itu, menghampirinya setelah pelajaran selesai. Hoshiko: "Raka, bisa bicara sebentar?"

Setelah semua siswa meninggalkan ruangan, Hoshiko: (berdiri di hadapan Raka.) "Kenapa kau menggunakan mana potion dalam pelajaran? Itu bukan keadaan darurat, dan aku melihatmu menggunakannya dengan santai."

Raka : (menghela napas, lalu menjelaskan dengan jujur), "Talent saya, Talent F 'The Forbidden One', membuat saya tidak bisa meregenerasi mana secara alami. Jadi, jika saya terus menggunakan sihir tanpa minum mana potion, saya bisa mengalami mana freeze secara permanen."

Wajah Hoshiko tampak prihatin.

Hoshiko : "Itu… benar-benar mengkhawatirkan. Aku belum pernah mendengar tentang Talent yang begitu merugikan pemiliknya." (Dia menatap Raka dengan serius) "Jika kau butuh mana potion lagi di kelas, aku mengizinkannya. Tapi tetaplah berhati-hati, dan jangan memaksakan diri."

Raka : (tersenyum kecil). "Terima kasih, Sensei. Saya akan berhati-hati."

Di luar kelas, Selene dan Lily sedang menunggu Raka. Mereka berbicara pelan sambil sesekali melihat ke arah pintu kelas.

Selene: "Kira-kira, apa yang dibicarakan Raka dan Hoshiko-sensei?" tanya Selene dengan penasaran.

Lily: (mengangkat bahu). "Mungkin tentang Talent F-nya. Dia pernah bilang padaku kalau Talent-nya memiliki efek yang cukup merepotkan."

Raka pun keluar dari kelas. Melihatnya, Selene langsung mendekatinya.

Selene; "Raka, apa yang terjadi di dalam? Hoshiko-sensei bicara apa padamu?"

Raka terdiam sejenak, kemudian menjawab, Raka : "Tidak ada yang serius, hanya tentang Talent F-ku. Sensei khawatir karena aku harus minum mana potion selama pelajaran."

Selene : (memiringkan kepalanya) "Talent F? Apa itu berarti kau tidak punya atribut atau Trait apa pun?"

Raka ; "Iya,"

( jawabnya dengan anggukan kecil)

"Dan mana-ku tidak bisa beregenerasi sendiri."

Lily dan Selene saling berpandangan dengan ekspresi khawatir.

Lily : "Itu benar-benar tidak adil," (katanya dengan nada kesal) "Dunia yang kau ciptakan seharusnya tidak memperlakukanmu seperti ini."

Selene : (mengepalkan tangan)

"Mungkin dunia ini harus dihancurkan saja,"

(gumamnya dengan nada sinis, tapi ada kilatan serius di matanya)

Raka : (tertawa gugup). "Hei, itu bukan ide yang bagus."

Lily: "Yah, lupakan saja," (sambil menarik tangan Raka.) "Ayo, kita pergi ke taman. Tia dan Luna bilang ingin bertemu denganmu di sana, dan aku sudah menyiapkan bekal untukmu."

Raka: (tampak bingung) "Taman? Bukannya Thalassius menunggu kita di kantin?"

Selene : (tersenyum kecil dan melambaikan tangan). "Biarkan saja si paus bodoh itu. Lagipula, aku sudah bilang padanya kalau kita ke taman."

Lily: (sambil tersenyum lebar)

"Benar!, Ayo pergi sekarang!"

Di kantin, Thalassius duduk sendirian sambil menunggu teman-temannya datang. Ekspresi kecewa tergambar jelas di wajahnya.

Thalassius: "Mereka benar-benar meninggalkan aku…" (gumamnya pelan)

Tiba-tiba, dua siswa dari kelas B mendekati Thalassius.

Siswa 1 : "Hei, kau yang menantang Sword Saint di pelajaran Aura Mastery, bukan?" salah satu dari mereka bertanya dengan nada kagum.

Thalassius menegakkan punggungnya, senang mendengar pujian itu.

Thalassius: "Hah, benar! Itu aku! Apa urusan kalian dengan aku yang hebat ini?"

Keduanya mengangguk serempak.

Siswa 1&2 : "Kami ingin menjadi bawahanmu. Ajarilah kami menjadi sekuat dirimu."

Thalassius tertawa lebar dan memukul dadanya dengan penuh percaya diri.

Thalassius : "Hahaha! Bagus, kalian akhirnya melihat kehebatanku. Mulai sekarang, panggil aku Bos!"

Siswa 1&2 : "Baik, Bos!" (balas mereka serempak)

Itu membuat Thalassius semakin bangga.