Chereads / Isekai : Chaos and Order / Chapter 31 - Bab 28: kebenaran dan pertemanan

Chapter 31 - Bab 28: kebenaran dan pertemanan

Di taman akademi yang tenang dan teduh, Raka duduk bersama empat Chaos God: Lily, Selene, Tia, dan Luna. Angin sepoi-sepoi membuat daun-daun berbisik lembut, tetapi suasana di antara mereka agak canggung. Raka sesekali melirik Luna dengan penuh curiga, membuat gadis itu sesekali menunduk. Sementara itu, tiga gadis lainnya melihat mereka berdua dengan ekspresi penasaran.

Lily : (membisiki Luna, bingung) "Apa yang terjadi di antara kamu dan Raka?"

Luna: (balas berbisik, agak khawatir) "Dia bertemu salah satu Arcbishop kita..."

Lily: (menghela napas dan memijat pelipisnya) "Oh, baiklah... aku rasa kita perlu menjelaskan semuanya."

Lily berdehem, menarik perhatian Raka.

Lily : (santai, mencoba menenangkan suasana) "Baiklah, Raka. Kurasa sudah waktunya kami menjelaskan semuanya. Sebenarnya, kami mendirikan Chaos Cult sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan dunia dengan menciptakan sedikit kekacauan di dunia utama."

Raka mengerutkan dahi, mendengarkan dengan serius. Selene melanjutkan penjelasan Lily.

Selene: (antusias, memberi sedikit senyuman) "Namun, karena kami bukan tipe yang bekerjasama dengan metode sama, para pengikut kami—mereka sering punya rencana sendiri tanpa berdiskusi dengan kami agar kami dapat bekerja sama. Hebatnya, ide-ide kolaborasi mereka kadang berguna."

Tia: (sambil mengangguk, mengangguk bangga) "Benar. Bahkan, karena kerja keras mereka, kami memberikan sedikit kekuatan kami kepada mereka. Itu membuat mereka lebih kuat dan lebih bisa mengeksekusi rencana."

Luna menambahkan, suaranya kali ini terdengar lebih lembut dan penuh hormat.

Luna: (serius) "Namun, dengan kehadiranmu, prioritas kami berubah dari sekadar menyebarkan kekacauan menjadi melayani kamu, Raka. Hal itu membuat beberapa bawahan bingung... karena kami bertingkah lebih tenang."

Raka pun mengangguk, mulai mengerti posisi mereka. Keempat gadis itu kini menatap Raka dengan mata berbinar, penuh harap.

Selene: (menatap Raka dengan penuh antusias) "Karena itu, bagaimana kalau kamu mau menunjukkan dirimu pada bawahan kami, Raka? Supaya mereka tahu siapa kamu sebenarnya."

Raka: (memutar mata, sedikit malas) "Eh... harus kah? Tapi kenapa bukan kalian Saja yang menjelaskan....."

Namun, melihat ekspresi harapan dan mata berbinar keempat gadis itu, Raka akhirnya menyerah dan mengangguk.

Raka: (menghela napas) "Baiklah, baiklah... aku akan melakukannya."

Empat gadis itu langsung bersorak kecil, terlihat sangat bersemangat, sambil merencanakan pertemuan itu dengan penuh antusias. Namun, dari atas gedung dekat taman, seseorang memperhatikan mereka dengan tatapan curiga.

Alya: (berbisik, kesal) "Hmph, kenapa kakakku selalu dikelilingi oleh perempuan?! Apa yang dia sembunyikan dari aku..."

Di belakangnya, Kris, pengawal pribadi Alya yang berwajah dingin, berdiri dengan kedua tangan terlipat. Kriss berdehem pelan, mencoba menarik perhatian Alya.

Kris: (serius, menegur) "Nona, mengawasi orang dari jauh tanpa sepengetahuan mereka itu tidak sopan, apalagi kakak anda sendiri."

Alya: (melotot pada Kriss, defensif) "Diam, Kriss! Sudah kubilang jangan panggil aku nona lagipula Aku adiknya. Aku punya hak untuk tahu apa yang sedang dilakukan kakakku."

Kris menghela napas panjang. Dia tahu bagaimana keras kepalanya Alya, tetapi merasa lucu dengan sifat protektifnya yang berlebihan.

Kris: (menahan tawa) "non- Alya!, bukankah anda berkata ingin berteman dengan seluruh siswa di kelas S? Ini kesempatan bagus untuk itu dan berhenti fokus pada Raka lalu mulai menepati janji Anda."

Alya terdiam sejenak, wajahnya menunjukkan rasa kesal dan malu.

Alya: (mengalihkan pandangan, cemberut) "Itu... itu masih dalam proses, Kris. Besok... besok aku pasti akan memulainya."

Kris tersenyum tipis, merasa sedikit geli melihat ekspresi Alya yang penuh tekad.

Kris: (tersenyum menggoda) "Tentu saja. Saya menantikan aksi pertemanan besar anda besok."

---

{Esok harinya}

Dengan semangat tinggi, Alya membawa bekal makan siangnya sendiri, berjalan penuh percaya diri di aula akademi. Dia melihat seorang gadis dari kelas S, duduk sendirian di taman akademi. Gadis itu adalah Lyrith D. Sallivan, putri kedua Raja Iblis dari Guety, dia dikenal karena kutukan kaki apinya Karena itu banyak orang yang takut dan menjauhi dirinya. Tapi hari ini, Alya tak peduli; dia memiliki misi.

Alya menghampiri Lyrith yang tampak sibuk memakan bekalnya sendirian di bawah sebuah pohon di taman itu.

Alya: (tersenyum ramah, mencoba memulai pembicaraan) "Lyrith, halo! Aku Alya kamu ingat. Apa kamu... ingin makan siang bersama?"

Lyrith mengangkat pandangan, terlihat sedikit terkejut dan bingung melihat Alya yang tiba-tiba mendekatinya.

Lyrith: (dingin, mencoba menilai niat Alya) "Ehm... makan siang bersama? Apa kamu tidak takut padaku, kamu tahu rumor nya kan"

Alya: (tertawa kecil, berusaha ramah) "Yah, aku sebenarnya tidak peduli, sih! Tapi aku ingin mengenalmu. Kita kan satu kelas. Dan... yah, makan siang akan lebih seru jika bersama."

Lyrith memandang Alya dengan ragu, seolah mempertimbangkan tawaran itu. Akhirnya, dengan sedikit anggukan, dia mempersilakan Alya duduk dan tersenyum tipis, meskipun masih ragu.

Lyrith: (sedikit malu, tersenyum kaku) "Baiklah, kalau itu memang yang kamu mau. Tapi jangan salahkan aku kalau terjadi apa apa."

Alya: (tersenyum bangga) "tenang saja aku ini kuat, aku mendapatkan peringkat pertama di ujian penempatan kelas ingat, hehe"

Lyrith: (sedikit kesal) "berhenti menyombongkan diri, cepat duduk dan makan"

Alya: (tertawa kecil) "hehe, baik-baik aku datang"

Alya tersenyum lebar, merasa gembira karena berhasil mendekati seorang teman baru. Mereka berdua kemudian duduk bersama di bawah pohon besar di taman, mulai makan dan berbincang pelan. Alya, dalam hatinya, merasa bangga karena telah mengambil langkah pertama dalam rencana "pertemanannya" untuk menyaingi Raka.

---