Suasana di kelas S terasa lebih santai ketika bel istirahat makan siang berbunyi, menandakan saatnya bagi para siswa untuk beristirahat dari pelajaran yang intens. Para siswa mulai berkemas, merapikan buku dan alat tulis mereka sebelum meninggalkan kelas. Beberapa bercanda atau berbicara singkat dengan teman mereka, sementara yang lain sudah bersiap untuk menuju kantin.
Kris, yang tampak kaku dan agak canggung, berjalan menuju pintu kelas sambil membawa bekalnya sendiri, bersiap makan sendirian seperti biasanya. Namun, Alan dan Azariel yang melihat ini, langsung menghampiri Kris dengan raut wajah iseng.
Alan: (tersenyum sambil menepuk bahu Kris) "Hei, Kris, nggak baik tuh kalau panutan kita makan sendirian."
Azariel: (mengangkat alis, setengah menggoda) "Iya, apa kata dunia kalau orang paling tangguh di kelas kita malah sendirian di jam istirahat?"
Kris: (terlihat ragu, sesekali melirik ke arah Alya dengan ekspresi serius) "Aku sebenarnya ada tugas khusus..."
Saat Kris melirik, Alya menangkap tatapannya dan melambaikan tangan kecilnya dengan senyuman tipis, memberi isyarat bahwa Kris bebas melakukan apa yang ia inginkan. Kris terdiam sejenak, lalu menghela napas pelan, sedikit kecewa karena Alya tampaknya tidak membutuhkan bantuannya kali ini.
Yingyue yang kebetulan berdiri di dekat situ, memperhatikan interaksi ini dan menyunggingkan senyum kecil.
Yingyue: (tertawa kecil, memandang Kris) "Sepertinya majikanmu sudah mengizinkan, Kris. Kenapa kau tampak kecewa?"
Kris: (menghela napas dan mengangguk dengan pasrah) "Baiklah, aku ikut makan bersama kalian."
Dengan itu, Kris, Alan, Azariel, dan Yingyue pun pergi ke kantin bersama-sama, menikmati waktu makan siang dengan tawa dan canda yang mulai membuka ikatan persahabatan di antara mereka.
Sambil memperhatikan Kris yang akhirnya bergabung dengan teman-temannya, Alya tersenyum lembut. Melihat Kris mulai menemukan kedekatan dengan teman-teman laki-lakinya membuatnya merasa lega. Di tengah lamunannya, Lyrith menghampiri Alya dengan senyum hangat.
Lyrith: (berbicara lembut) "Alya, ayo kita makan di taman. Pemandangan di sana lumayan menenangkan."
Alya mengangguk setuju, tapi sebelum mereka pergi, Seoryun dan Sahra datang menghampiri mereka.
Seoryun: (tersenyum sambil melirik Alya) "Bolehkah kami bergabung? Makan bersama kalian terdengar menyenangkan."
Alya dan Lyrith saling bertukar pandangan sejenak, lalu mereka mengangguk setuju.
Lyrith: (tersenyum hangat) "Tentu, lebih banyak teman lebih baik."
Alya: (menyambut mereka dengan senyum cerah) "Ayo, kita pergi bersama."
Seoryun dan Sahra tersenyum senang. Alya kemudian mengajak gadis-gadis lainnya untuk bergabung, namun Sierra sudah pergi entah ke mana. Sementara itu, ketika Alya mengajak Kiera, Kiera hanya tersenyum lembut.
Kiera: (menggeleng pelan) "Maaf, aku ada urusan. Lain kali aku akan bergabung, Alya."
Alya: (sedikit kecewa, namun tersenyum) "Baiklah, lain kali kita akan makan bersama ya."
Sahra: (lembut dan menenangkan) "Jangan khawatir, Alya. Pasti ada lain kali."
Alya mengangguk dan tersenyum, lalu dengan semangat yang kembali, ia mengajak mereka menuju taman untuk menikmati makan siang bersama.
Taman akademi terasa sejuk dengan pepohonan rindang dan bangku-bangku yang dikelilingi bunga. Burung-burung kecil berkicau, menambah ketenangan suasana. Alya, Lyrith, Seoryun, dan Sahra duduk melingkar di atas rumput sambil membuka bekal masing-masing, menikmati udara segar dan pemandangan indah.
Mereka mulai berbincang tentang pelajaran kemarin yang begitu intens, terutama saat latihan Aura Mastery di bawah pengawasan ketat Lucas.
Lyrith: (mengingat kembali dengan cemberut) "Sejujurnya, aku hampir menyerah kemarin. Rasanya Lucas benar-benar mendorong kita hingga batas."
Sahra: (tersenyum lemah) "Aku juga. Tidak menyangka pelajaran Aura Mastery bisa sekeras itu."
Seoryun: (menatap Alya penuh rasa ingin tahu) "Tapi kudengar kau berhasil membangkitkan Aura, Alya. Dan katanya, kau bahkan sudah berada di tahap Ember?"
Alya: (sedikit tersipu, tersenyum malu) "Aku tidak terlalu ingat apa yang terjadi saat itu. Yang kuingat hanya kemarahanku yang meledak. Tapi ya, katanya aku memang sudah mencapai tahap Ember."
Untuk memperjelas, Alya mengambil pisau roti dari bekalnya dan menyalurkan Aura merah ke bilah pisau itu. Lyrith, Sahra, dan Seoryun menatapnya dengan kagum ketika pisau itu tiba-tiba bersinar dengan lapisan energi merah yang tajam.
Lyrith: (terbelalak kagum) "Wow, itu luar biasa, Alya! Aura-mu benar-benar tampak kuat."
Sahra: (sedikit merunduk dengan rasa rendah diri) "Aku tidak yakin bisa sampai ke tahap itu..."
Seoryun: (menghela napas) "Iya, kurasa aku masih butuh banyak latihan."
Alya: (tersenyum hangat) "Jangan khawatir. Aku bisa mengajari kalian sedikit tentang apa yang kuketahui, Kalau kalian mau."
Sahra: (tersenyum cerah) "Aku akan dengan senang hati belajar darimu, Alya!"
Lyrith: (bersemangat) "Aku juga! Ini akan sangat membantu."
Alya: (menyadari jadwalnya) "Tapi malam ini aku ada urusan, jadi mungkin kita bisa mulai besok."
Para gadis setuju, dengan senyum bahagia dan antusias, berharap dapat belajar lebih banyak dari Alya tentang Aura.
Bel tanda istirahat makan siang berakhir berbunyi, dan mereka semua kembali ke kelas. Alya merasa semakin dekat dengan teman-teman barunya, dan harapannya semakin tinggi untuk bisa membantu mereka mencapai kemampuan terbaik mereka.
Bel pulang berbunyi, menandakan akhir dari hari sekolah. Ketika Alya bersiap untuk pulang, Kris menghampirinya dengan ekspresi serius.
Kris: (melirik Alya, sedikit tidak sabar) "Kita harus segera pergi, Alya. Kita ada pertemuan yang penting."
Alya: (tersenyum lembut, mengangguk) "Ya,Ayo kita berangkat."
Mereka berjalan keluar kelas bersama, melangkah menuju tempat yang telah ditentukan untuk menghadiri pertemuan penting yang sudah menanti. Suasana di sekitar mereka penuh harapan, namun ada juga ketegangan samar, seolah pertemuan ini akan membawa mereka ke arah yang lebih dalam dan penuh rahasia.
---