Matahari mulai tenggelam, dan langit berwarna jingga lembut menyelimuti Akademi Stellar. Di ruang Bu Liang, Raka, Alya, Kai, dan Kris selesai menjalani pemeriksaan dan bimbingan khusus terkait kondisi Vinculum Caeleste. Mereka berpamitan kepada Bu Liang, yang membalas dengan senyum lembut, mengingatkan mereka untuk tetap menjaga ikatan mereka.
Alya: (tersenyum riang) "Kakak, Kai, Kris... malam ini adalah malam Jumat! Gimana kalau kita jalan-jalan bersama?"
Raka: (bersemangat) "Itu ide bagus, Alya. Bagaimana kalau kita ke bazar malam dekat akademi? Pasti seru!"
Kris mengernyitkan dahi mendengar ide itu, lalu menggeleng perlahan.
Kris: (tegas dan sedikit cemas) "Pergi ke tempat ramai seperti itu mungkin bukan ide yang baik. Identitas kita bisa terbongkar, dan ikatan kita yang selama ini dijaga rapat bisa ketahuan."
Kai, yang melihat adiknya terlalu serius, segera menepuk bahu Kris dengan canda.
Kai: (tertawa kecil) "Jangan terlalu kaku, Kris! Saintess kecil kita pasti punya cara biar kita bisa jalan-jalan tanpa ketahuan, kan?"
Kris menatap Raka dan Alya dengan penuh keraguan, tetapi kedua kakak-beradik itu saling memandang, lalu tersenyum seolah menyimpan rencana.
Alya kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam item Subspace miliknya, empat topeng dengan desain unik dan warna berbeda.
Alya: (mengangkat topeng-topeng itu dengan bangga) "Ada pesta topeng di bazar malam itu! Jadi kita bisa membaur tanpa perlu khawatir. Pakai topeng ini, dan identitas kita akan aman."
Kai: (bersemangat) "Mantap! Apa pendapatmu, Kris?"
Kris: (menghela napas, pasrah) "Baiklah... Kalau kalian sudah mempersiapkan ini, aku tidak ada alasan untuk menolak."
Mereka berempat pun saling tersenyum, senang karena akhirnya bisa menghabiskan malam bersama tanpa khawatir. Setelah bersiap-siap, mereka berangkat menuju bazar.
---
{Di Bazar Malam}
Bazar malam di dekat Akademi Stellar tampak meriah, dihiasi lentera-lentera warna-warni yang berayun pelan ditiup angin malam. Suasana ramai dengan para pengunjung yang berbaur, mengenakan topeng-topeng unik. Alya dan Kai terlihat sangat antusias, berjalan di depan sambil memperhatikan setiap stan yang ada.
Alya: (dengan mata berbinar) "Lihat, Kai! Ada stan permainan panah kecil! Kak, kita coba permainan itu, yuk!"
Kai: (mengangguk setuju) "Ayo! Kris, kau ikut juga kan?"
Kris: (masih terlihat waspada) "Baiklah, tapi kita tetap harus berhati-hati."
Raka tersenyum mendengar kekhawatiran Kris, lalu menepuk pundaknya dengan lembut.
Raka: (menenangkan) "Santai saja, Kris. Kita di sini untuk bersenang-senang. Kau tidak perlu terlalu tegang."
Kris mengangguk meski tetap sedikit gelisah. Mereka pun memutuskan untuk mencoba berbagai permainan di bazar.
---
{Permainan Panah Mini}
Alya, dengan antusias, mencoba permainan panah di stan pertama. Ia berhasil menembak tepat di tengah sasaran, mendapatkan hadiah boneka kecil berbentuk kelinci.
Alya:(tertawa riang)
"Lihat, Kak! Aku dapat kelinci!"
Raka: (tersenyum bangga)
"Hebat, Alya! Kau berbakat juga."
{Permainan Tebak Tebakan}
Di stan lainnya, ada permainan tebak-tebakan di mana pemain harus menebak jumlah biji kelereng di dalam wadah kaca. Kai yang berani mengambil tebakan, dan ternyata jumlah tebakannya benar. Ia mendapat kalung berbandul kecil sebagai hadiah.
Kai: (tertawa puas)
"Sepertinya keberuntunganku sedang bagus malam ini!"
Kris:(tersenyum tipis)
" itu hanya kebetulan ."
{Permainan Melempar Cincin}
Raka mengajak Kris mencoba permainan melempar cincin.Kris berhasil dalam sekali percobaan menembakkan cincin tepat ke sasaran dan mendapatkan hadiah berupa mainan kecil.
Raka:(tersenyum kagum)
"Luar biasa kau sangat terampil Kris "
Kris:(tersenyum tipis)
"ini terlalu mudah"
---
Melihat Raka dan Alya yang saling menikmati permainan bersama, Kai menyadari bahwa kedua saudara ini mungkin butuh waktu sendiri. Ia pun menarik Kris untuk meninggalkan mereka berdua.
Kai:(menepuk bahu Kris) "Ayo, Kris. Mari kita pergi lihat stan lain. Biarkan Raka dan Alya menikmati waktu mereka."
Kris: (sedikit cemas) "Tapi... aku harus menjaga Alya."
Kai: (menggoda) "Ah, tenang saja. Dia kan Saintess kecil kita, dia bisa menjaga dirinya."
Kris akhirnya setuju setelah dipaksa, dan mereka berdua pun berjalan menjauh, meninggalkan Raka dan Alya berdua.
Setelah beberapa saat, perut Alya berbunyi, membuat wajahnya memerah malu. Ia cepat-cepat menutup perutnya, merasa malu karena ketahuan lapar.
Alya: (tertawa canggung, menutupi perutnya) "Itu... bukan aku ... Sumpah!"
Raka: (tertawa pelan) "Tidak apa-apa, Alya. Sebenarnya aku juga lapar. Bagaimana kalau kita makan di salah satu kedai?"
Alya: (tersipu malu) "Hmm... Baiklah, kalau begitu."
Mereka pun berjalan ke salah satu kedai terdekat dan memesan beberapa makanan. Kedai itu dihiasi lentera kecil dan dipenuhi aroma makanan panggang yang menggugah selera. Raka dan Alya duduk di meja kecil, menikmati waktu bersama sambil makan dengan lahap.
---
{Di Kedai}
Setelah makanan habis, Alya tampak terdiam, memandang Raka dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, seolah ingin menanyakan sesuatu yang mengganjal pikirannya. Suasana sejenak menjadi tenang, hanya terdengar suara pengunjung di luar kedai dan musik yang dimainkan dari kejauhan.
Alya: (menatap Raka dengan serius) "Kak... aku ingin bertanya sesuatu."
Raka: (terlihat ragu) "Tentu, tanya saja, Alya."
Alya menarik napas dalam, menunduk sesaat, lalu memandang kakaknya dengan penuh keraguan.
Alya: (suara lembut, sedikit gemetar)
"Kak, apakah benar alasan kakak direkomendasikan ke Stellar Academy adalah untuk mencari cara memutuskan efek Vinculum Caeleste... untuk memutuskan hubungan kita?"
Raka terdiam, merasa terkejut dan tak tahu harus menjawab apa. Ada keheningan sesaat di antara mereka. Ia menatap wajah Alya yang tampak cemas, matanya yang indah terlihat sedikit berkaca-kaca.
Raka: (menghela napas, berbicara lembut) "Alya... itu benar, para dewan ingin menyelidiki cara untuk menghilangkan efek dari Vinculum Caeleste untuk mengamankan aset berharga mereka. tapi ini bukan untuk memutuskan hubungan kita aku berani jamin"
Alya: (tertegun, merasa lega) "Jadi... bukan berarti kakak ingin berpisah denganku?"
Raka: (tersenyum, mengusap kepala Alya dengan lembut) "Tidak akan pernah, Alya. Kau adalah adikku yang paling berharga. Apa pun yang terjadi, aku hanya ingin memastikan kau selalu bahagia. Aku berjanji"
Alya tersenyum, perasaan khawatirnya perlahan menghilang. Ia merasa tenang, mengetahui bahwa kakaknya tidak berniat meninggalkannya.
Alya: (suara lembut) "Terima kasih, Kak."
Mereka berdua pun duduk dalam keheningan yang nyaman, menikmati momen kebersamaan di tengah malam yang tenang, diiringi suara riuh rendah dari bazar yang penuh kehidupan di kejauhan.
---