Pagi hari yang cerah menyambut di luar sana, dengan suara kicauan burung yang lembut mengiringi sinar matahari yang menembus jendela.
Cylus, seperti biasa, sudah terbangun terlebih dahulu. Setelah mandi, ia mengenakan kemejanya dengan cepat. Ia menoleh ke meja samping tempat tidur dan mengambil batu bintang kecil di sana—Kairos.
Kairos yang masih terlelap dalam wujud bintang kecil, tiba-tiba merasa tubuhnya terangkat. "Ehmgg..." gumamnya malas saat ia mulai terbangun dari tidurnya. Namun, tanpa peringatan, blugh! dirinya dimasukkan ke dalam kantong sempit Cylus.
"Ahgg!" seru Kairos, terjepit dalam kantong yang terasa sesak. Ia bisa merasakan gerakan Cylus yang terus berjalan tanpa henti.
Saking dekatnya, ia juga bisa merasakan detak jantung Cylus...
"Pelan-pelan napa..." keluh Kairos dengan suara lirih, tapi Cylus tidak mendengarnya. Terlalu sibuk dengan harinya yang sudah padat, Cylus melanjutkan aktivitasnya dan berjalan menuju lapangan latihan. Sementara itu, Kairos yang merasa terjepit akhirnya memutuskan untuk mencoba tidur lagi di dalam kantong itu.
***
"Hugh! Hagh! Hugh!" Suara para pasukan yang sedang melakukan pemanasan cukup mengganggu, hingga membuat Kairos kembali terbangun. "Duh... brisik banget sih," gerutunya sambil mencoba menggerakkan tubuhnya sedikit. Hari ini, Kairos merasa lebih baik; ia sudah bisa bergerak sedikit, meski masih dalam wujud bintang kecil.
Dengan hati-hati, ia memanjat keluar dari kantong Cylus, menampakkan setengah tubuh bintangnya dari sana. Matanya menyipit saat ia melihat pemandangan di depannya. "Woah, ternyata begini latihan pasukan," gumamnya kagum.
Dari sudut pandangnya, ia bisa melihat berbagai macam pelatihan yang dilakukan oleh pasukan-pasukan di bawah bimbingan Cylus.
Mereka sedang berlatih kelincahan, kecepatan, dan bahkan ada yang menembak dengan berbagai senjata. "Senjatanya keren-keren banget," bisik Kairos, matanya berbinar. Ia tidak pernah melihat senjata seperti itu sebelumnya, teknologi yang sangat maju dan beragam.
Cylus, yang berjalan dengan langkah tegas, sesekali berhenti untuk mengamati pasukannya. Tidak banyak yang ia katakan, tetapi kehadirannya sudah cukup memberikan pengaruh besar pada latihan hari itu.
Kairos terus memandangi suasana latihan dari balik kantong, kagum pada kekuatan dan keteraturan pasukan yang dipimpin oleh Cylus. Meski sesekali ia merasa sesak dan tidak nyaman di dalam kantong sempit itu, rasa penasaran Kairos membuatnya terus memperhatikan situasi.
Latihan terus berlanjut, dan Cylus terlihat fokus, dengan mata tajam yang mengawasi setiap gerakan pasukannya, memastikan tidak ada satu pun detail yang terlewatkan. Kairos bisa merasakan aura kepemimpinan yang kuat dari pria itu...
Tiba-tiba, seorang pria dengan pakaian mirip Cylus mendekat.
Cylus melihat kehadiran pria itu dan bertanya, "Ada apa, Feyn?"
Feyn, pria tersebut, dengan cepat memberikan laporan, "Sir, Eldritch 8A23 hilang."
"Hilang?" Cylus mengangkat alisnya, jelas terkejut mendengar kabar itu.
Feyn menjelaskan lebih lanjut, "Para pasukan sudah mencarinya ke mana-mana, sir. Tidak ada jejak yang ditinggalkan, dan pintu yang terkunci tetap baik kondisinya, tidak ada tanda-tanda perlawanan."
Cylus terdiam, berpikir sejenak. Kairos yang mendengarkan percakapan ini dari dalam kantong mulai merasa khawatir. Dia tahu betul siapa yang mereka bicarakan. Itu dirinya.
"Cari sampai dapat. Lapor lagi jika masih tidak ditemukan," jawab Cylus akhirnya, dengan nada dingin dan tegas.
"Baik, Sir," Feyn mengangguk, kemudian bergegas meninggalkan lapangan untuk melanjutkan pencarian.
Kairos yang mendengar percakapan itu mulai merasa waswas. Bagaimana kalau mereka menemukan aku? pikirnya. Napasnya mulai cepat, ia tahu situasinya semakin rumit. Kairos berusaha tetap tenang, namun kecemasannya terus meningkat. Ia hanya bisa berharap agar keberadaannya tidak segera ketahuan.
***
Kruuk... perut Kairos berbunyi, "Duh... laper..." batinnya, karena belum makan sejak kemarin. Saat ia mencoba untuk mengabaikan rasa laparnya, tiba-tiba aroma lezat dari makanan yang disajikan mulai mengisi kantong Cylus.
Bintang kecil itu segera mengeluarkan setengah tubuhnya untuk melihat...
"Wahhh... makanan..." gumam Kairos, merasakan aroma menggugah selera itu. Cylus, yang sedang sibuk mengecek dokumen di handphonenya, tidak segera menyentuh makanan yang ada di depannya.
"Hihihi," pikir Kairos dengan licik. Ia menggunakan magisnya untuk menyerap semua sari-sari makanan, meninggalkan hanya sisa fisiknya yang tidak enak.
Setelah beberapa saat, Cylus akhirnya meletakkan handphonenya dan mulai menyendok makanan. Ketika dia merasakannya, ia langsung merasa sesuatu yang aneh.
"Hm??? Hambar??" batinnya, merasa makanan itu tidak sesuai dengan harapan. Ia mencoba sekali lagi untuk memastikan, tapi tetap saja rasanya hambar.
"Ptthuu!" Cylus melepehkan makanan dari mulutnya dengan ekspresi jijik. Ia marah besar, melempar piringnya ke lantai, dan memarahi para pelayan yang sedang bertugas.
"Kenapa makanannya hambar?!" teriak Cylus, membuat para pelayan panik dan segera mencoba mengatasi situasi tersebut.
Cylus akhirnya memutuskan untuk tidak makan dan pergi melanjutkan aktivitasnya. Sementara itu, Kairos yang melihat semua kejadian tersebut, merasa puas dengan hasil kerjanya dan melanjutkan perjalanannya di dalam kantong Cylus.
---To Be Continued...
Kairos : *Burpp! Ahh... Kenyangg, BWAHAHAH mampu lu rasain HAHAHA!
Cylus : Ayang jahatt 😭