Pagi itu dimulai dengan rapat pagi yang diadakan di gedung utama Fortis, markas besar militer elit tempat Cylus bertugas. Mereka menaiki mobil terbang pribadi milik Cylus, yang meluncur cepat melewati gedung-gedung tinggi kota menuju lokasi rapat.
Sesampainya di sana, Kairos bisa merasakan banyak tatapan tajam yang diarahkan kepadanya, bisikan-bisikan mulai terdengar dari orang-orang di sekitar mereka. "Siapa dia?" "Kenapa ada orang baru bersama Jenderal Cylus?"
Kairos mencoba tidak terlalu memikirkan hal itu, tapi tatapan itu begitu jelas hingga membuatnya tak nyaman. Sebelum rasa gugupnya makin membesar, Cylus tiba-tiba menggenggam tangannya.
"E-eh?" Kairos terkejut, menoleh cepat ke arah Cylus.
"Lelet," jawab Cylus dingin, tanpa sedikitpun perubahan di wajahnya. Genggaman itu terasa tegas, seolah ingin menenangkan dirinya. Tapi, itu membuat jantungnya berdegup lebih kencang.
Mereka melangkah bersama menuju ruang rapat. Sepanjang rapat, Kairos hanya berdiri di samping Cylus, merasa terasing dan bosan. Tidak mengerti banyak tentang topik yang dibahas, ia mulai melamun, pikirannya melayang ke hal-hal acak. Tanpa sadar, waktu berlalu dan rapat telah berakhir.
Cylus melirik ke arahnya dan berkata, "Ayo, Kairos."
Kairos tersentak dari lamunannya, "Ah! Iya." Ia mengikuti Cylus keluar dari ruangan, berusaha mengusir rasa kantuk yang sempat menguasainya. Mereka berjalan ke arah mobil terbang yang telah menunggu.
Di perjalanan, Kairos tak bisa menahan rasa penasaran. "Hm? Kita mau ke mana lagi?" tanyanya, sadar bahwa Cylus biasanya tak suka bepergian selain untuk urusan pekerjaan.
"Ikut aja," jawab Cylus singkat, nada bicaranya tetap datar. Sesuatu dalam suaranya membuat Kairos penasaran.
Mobil terbang meluncur dengan mulus ke arah yang tidak biasa. Kairos diam, merasa ada yang berbeda kali ini, tapi entah apa. Di sisi lain, Cylus terlihat begitu tenang, menyetir dengan penuh kendali, tapi tatapannya lurus ke depan seperti sudah memikirkan sesuatu.
Cylus dan Kairos tiba di sebuah gedung megah yang dihiasi dengan kombinasi gaya retro dan pixel yang mencolok. "Wuahh..." gumam Kairos terpesona, matanya bersinar melihat pemandangan di dalam gedung itu.
Tempat tersebut dipenuhi oleh mesin-mesin permainan futuristik seperti virtual reality (VR) dan beberapa arcade game klasik yang masih terawat dengan baik. Begitu memasuki ruangan, Kairos langsung menyerbu ke arah mesin-mesin permainan.
"Cylus! Sini, main!" teriaknya penuh semangat, memanggil Cylus yang masih berada di belakang. Cylus tersenyum kecil, kemudian berjalan menyusul Kairos. Meskipun ini juga pertama kalinya Cylus menginjakkan kaki di tempat seperti ini.
*Flashback
Saat rapat selesai, Cylus pergi ke toilet terlebih dahulu, Kairos memilih untuk menunggunya di luar.
Ding!Ding! Handphone Feyn berbunyi.
...
"Tempat bermain?" tanya Feyn.
"Ya, ada kah di sekitar sini?" jawab Cylus dengan nada yang sedikit tidak sabar.
Feyn berpikir sejenak. "Umm... Loid waktu itu pernah bilang ada tempat bermain seru di tengah kota. Aku akan tanyakan alamatnya."
"Segera," Cylus menegaskan, kemudian dengan santainya keluar dari toilet seolah tidak pernah menelpon Feyn.
*Flashback off
Dengan semangat tinggi, Kairos mulai bermain dengan mesin-mesin arcade di sana. Walaupun ini pertama kalinya dia bermain, ia dengan cepat menguasai permainan tersebut. "Tembak! Tembak! Ihh, tembak yang itu!" teriaknya sambil menyenggol-nyenggol Cylus dengan penuh antusias.
Di sisi lain, Cylus terlihat agak kikuk dan kurang mahir dalam bermain game. Tangannya terlihat canggung saat mencoba mengendalikan karakter di layar, dan Kairos tertawa terbahak-bahak ketika melihat karakter yang dikendalikan Cylus kalah. "Ahaha, kamu mati!" ejek Kairos sambil menunjuk layar di mana karakter Cylus terbaring.
Meski begitu, Cylus hanya tersenyum tipis, menikmati canda tawa Kairos di sampingnya. Mereka bermain hingga sore hari, dengan Kairos yang tak henti-hentinya tertawa dan melompat kegirangan, sementara Cylus lebih banyak menjadi penonton yang setia menemani.
Krukk... suara perut Kairos terdengar di tengah riuhnya suasana tempat bermain itu. Cylus, yang mendengarnya, tak bisa menahan tawa kecil. "Laper?" tanyanya sambil melirik Kairos. Kairos hanya bisa menganggukkan kepalanya, rasa malu terpancar jelas dari wajahnya, apalagi ujung telinganya yang memerah.
"Ayo, pulang," kata Cylus, suaranya terdengar tegas namun tetap lembut.
"Pulang"... kata itu membuat Kairos teringat akan Sanctum, "Apa Aric dan yang lainnya baik-baik saja? " Seiring langkahnya keluar dari tempat bermain itu, pikirannya melayang jauh, dirinya merindukan Sanctum. "Apa yang sedang mereka lakukan sekarang?" Pikiran-pikiran itu membuat Kairos tenggelam dalam lamunan.
"Kairos?" Cylus tiba-tiba menarik lengannya, mengagetkan Kairos yang kehilangan keseimbangan sejenak. Dengan gesit, Cylus menangkap tubuhnya sebelum ia benar-benar terjatuh. "Ck, dari tadi diajak ngomong kok diem aja," kata Cylus dengan nada yang mulai terdengar sedikit kesal.
"Ma-maaf," kata Kairos sambil menundukkan kepalanya. Rasa bersalah meliputinya, tak ingin menambah beban pada Cylus.
Cylus menghela napas panjang, berusaha menahan amarahnya. "Mau makan apa?" tanyanya dengan nada dingin, meski di dalam hatinya ia masih peduli.
"Terserah," jawab Kairos dengan suara pelan, terdengar sedikit acuh. Cylus bisa merasakan perubahan mood Kairos yang tiba-tiba menurun drastis. Membuat dirinya juga ikut kesal.
Tanpa berkata lebih lanjut, Cylus mulai berjalan menuju pintu keluar, dan Kairos mengikutinya dari belakang dengan langkah yang terasa berat.
---To Be Continued...
Kairos : Sampe kapan aku disiniii?😣
Cylus : Kapan-kapan😙