Cylus keluar dari kamar mandi sambil menggendong Kairos, membawanya menuju ranjang dan menaruhnya dengan lembut. "Sebentar," katanya, lalu mengambil hair dryer miliknya dan mulai mengeringkan rambut Kairos. Tangannya mengacak-acak rambut Kairos dengan pelan, membuat Kairos tertawa kecil. "Ahaha, geli," kata Kairos sambil tertawa.
Cylus hanya tersenyum kecil melihat reaksinya. Setelah rambutnya kering, Cylus mengoleskan obat dengan hati-hati pada area anus Kairos.
Cylus: "Sakit?"
Kairos menggelengkan kepalanya, "Dingin... Hehe," jawabnya dengan nada main-main.
Setelah itu, mereka bersiap untuk tidur. Cylus mematikan lampu dan ikut berbaring di samping Kairos. "Kai..." panggilnya dengan suara pelan.
Kairos: "Hm?"
Cylus: "Sini," katanya sambil melentangkan tangan kanannya.
Kairos mendekat ke arah Cylus, dan segera dipeluk erat oleh Cylus. Mereka berdua mulai berbicara tentang banyak hal, dari obrolan ringan sampai akhirnya Cylus bertanya tentang orang tua Kairos.
Kairos: "Orang tua? Uhm... Ibuku udah ngga ada."
Cylus: "Oh... Maaf."
Kairos: "Haha, ngga pa-pa, kejadiannya udah lama banget."
Kairos: "Ayahku... Kabur entah kemana."
Mendengar itu, Cylus mengeratkan pelukannya ke Kairos, mencoba menghiburnya.
Kairos: "Kalo kamu?"
Cylus: "Orang tuaku... Ada." katanya dengan nada yang sedikit berbeda dari sebelumnya.
Kairos: "Bagus dong, harus sayang sama mereka mumpung masih ada, hehe."
Cylus: "Ya, pasti." ... "Tidurlah, udah malem." pintahnya.
Tidak lama setelah itu, mereka berdua akhirnya tertidur dengan damai di pelukan satu sama lain.
***
"Aldric, bagaimana tugas yang aku berikan kepadamu? Sudah selesai?" Suara pria terdengar dari sebuah perangkat elektronik.
Aldric: "Tenang, Kak. Sedang aku kerjakan. Aku sudah berhasil meloloskan diri dari mereka. Untuk sementara, mereka tidak akan bisa menemukanku."
"Hm, harus cepat. Semuanya sudah siap, tinggal menunggu waktu yang pas."
Aldric: "Dimengerti."
---
Hari-hari selanjutnya, Kairos menjalani semuanya dengan penuh kebahagiaan. Cylus sering mengajaknya berkeliling Fortis, disini sangat luas. Mereka mengunjungi berbagai tempat, mulai dari :
Pergi ke museum,
"Woahh.. itu Gede banget." Kairos menunjuk salah satu kerangka tulang dinosaurus.
Cylus : "Hm?" ia melihat ke arah yang ditunjuk Kairos, " Itu Dinosaurus namanya.
"Oooww..."
...
"Kai, liat tuh." Cylus menunjuk kerangka manusia purba yang tergeletak.
"Hiiih..serem ah." Kata Kairos sambil menggandol baju Cylus, bersembunyi di baliknya.
Cylus tertawa, "Gitu aja takut."
*
Pergi ke Taman hiburan,
"Lagi, Lus! Lagi!" teriaknya sambil mencak-mencak, memohon agar Cylus mau mengajaknya naik roller coaster besar itu sekali lagi.
Cylus saat ini sedang berjuang keras menahan mual. Wajahnya sedikit pucat, dan ia berusaha keras untuk tetap terlihat tenang. "Gak, naik sendiri kalau mau," katanya dengan tegas, sambil mengambil napas dalam-dalam untuk meredakan rasa mualnya.
Kairos memandangnya dengan kecewa, namun ia segera beralih fokus ke jajanan yang baru ia beli—permen kapas berbentuk unicorn berwarna-warni. Mereka duduk di bangku taman, menikmati suasana sore yang ceria, meski Cylus masih terlihat agak lesu setelah pengalaman roller coaster yang mendebarkan.
Cylus menatap Kairos yang dengan penuh semangat melahap permen kapasnya. "Enak?" tanya Cylus, meskipun dia tahu jawabannya.
"Enak banget!" jawab Kairos dengan mulut penuh permen kapas. "Cobain deh, enak tau!" katanya, menawarkan permen kapas itu ke arah Cylus dengan senyum lebar.
Cylus memandang permen kapas yang ditawarkan kepadanya. "Manis..." batinnya. Dia tidak suka makanan manis, tetapi melihat Kairos begitu antusias, dia merasa tak enak jika menolak. Jadi, dia membungkuk sedikit dan mengambil secuil kapas gula itu dengan bibirnya.
"Ya, enak," jawab Cylus sambil tersenyum tipis, meski dalam hati dia tahu manisnya terlalu berlebihan untuk seleranya.
*
Mencoba makanan street food lokal,
Kairos dengan mata berbinar menunjuk ke arah penjual gurita bakar di sebuah stand street food. "Lus! Beli ini, beli ini!" katanya penuh semangat. Aroma gurita bakar yang menggoda tercium di udara, menarik perhatian mereka.
Penjualnya tersenyum tipis, "Harganya 18 Fortz ya," ucapnya.
Cylus tanpa banyak bicara langsung memindai ponselnya untuk membayar. "Udah, pak," katanya singkat.
"Yey!" seru Kairos, langsung menyambar satu tusuk gurita bakar yang baru saja disajikan. Tanpa menunggu lebih lama, dia menggigitnya dengan antusias. Namun, tak lama kemudian dia mengeluh, "Ah! Panashh, huhhh!" sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke mulut, mencoba mendinginkan lidahnya.
Cylus menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. "Mampus, pelan-pelan makanya," sindirnya.
"Mmmm... tapi enak," balas Kairos dengan suara sedikit tercekik, masih berusaha mendinginkan mulutnya yang terbakar panas.
Cylus mendekat, dengan senyum yang jarang terlihat, ia bercanda, "Suapin Kai, aaaa..." sambil membuka mulut seperti meminta disuapi.
Namun, Kairos langsung menolaknya dengan cepat. "Gamau, byee~" jawabnya ceria, lalu berlari kecil ke depan sambil membawa tusukan guritanya, meninggalkan Cylus yang hanya bisa menggelengkan kepala, tersenyum melihat tingkah Kairos yang penuh energi dan keceriaan.
Cylus mempercepat langkahnya untuk menyusul Kairos, matanya tak lepas dari bocah yang begitu bersemangat menikmati hari itu.
---To Be Continued...
Kairos : Cupu banget, gitu aja mual 😒
Cylus : Hehe 😁