Chereads / Terra Vespera 18+ (BL) / Chapter 9 - Chapter 8. An Unknown Place.

Chapter 9 - Chapter 8. An Unknown Place.

Kairos membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat dan penuh rasa nyeri. Pandangannya buram saat ia mencoba memahami lingkungan sekitarnya. Ruang yang dingin dan kosong mengelilinginya. Saat matanya fokus, ia menyadari bahwa dirinya terjebak dalam sebuah tabung transparan, tangan dan kakinya terikat erat pada tali-tali yang kuat.

Kepalanya masih ada bekas-bekas darah kering, dan luka-luka yang ada di kaki dan tangannya masih terasa begitu sakit.

"Apa-apaan ini?" pikir Kairos panik.

Di hadapannya, hanya ada dinding kaca yang memantulkan bayangan dirinya—terlihat lemah dan tak berdaya. Ia mulai menggeliat, mencoba melepaskan diri dari ikatan yang membelenggu tubuhnya.

"Tolong! Lepaskan aku!" teriaknya dengan suara serak, air mata mulai menggenang di sudut matanya. Namun, tidak ada jawaban. Hanya sunyi yang menemani setiap teriakannya.

Di balik kaca, beberapa orang dengan seragam hitam berdiri mengawasi Kairos dengan tatapan dingin. Mereka bergerak dalam diam, mempersiapkan sesuatu yang tidak dimengerti oleh Kairos. Lalu, pintu ruangan itu terbuka dengan suara berderit pelan, dan seorang pria dengan aura gelap memasuki ruangan. Pria itu adalah Cylus.

"Sir, target sudah bangun," salah satu dari mereka melaporkan dengan nada formal.

Cylus berdiri tegak, matanya yang tajam menatap dingin ke arah Kairos. "Mulai," ucapnya tegas, tanpa menunjukkan sedikitpun emosi.

"Siap, Sir," jawab salah satu teknisi di sana.

Kairos menatap dengan tatapan penuh ketakutan. Jantungnya berdegup kencang, dan keringat dingin membasahi wajahnya. Orang-orang itu mulai sibuk mengoperasikan panel-panel aneh di depan mereka. 

Tombol-tombol ditekan, dan seketika itu juga, tabung tempat Kairos berada mulai bergetar pelan. Sebuah cahaya terang muncul dari atas tabung, menyinari Kairos dengan intensitas yang semakin meningkat.

"Apa ini?!" jeritnya dengan napas tersengal-sengal. Tubuhnya mulai terangkat dari dasar tabung, seakan ada kekuatan tak terlihat yang menariknya ke atas. Kairos menjerit kesakitan, tubuhnya terasa seperti disayat dari dalam.

"AaHHhh!" teriaknya sekuat tenaga, namun suara teriakannya terdengar semakin lemah. Energinya terkuras habis, rasa sakit yang luar biasa menjalar di seluruh tubuhnya. Kairos merasa tidak mampu lagi menahan penderitaan ini.

"Ibu... tolong aku..." bisiknya dengan suara nyaris hilang, sebelum akhirnya tubuhnya ambruk. Cahaya terang yang menyilaukan tiba-tiba padam, dan tabung itu berhenti bergetar.

Di luar tabung, Cylus mengamati dengan tatapan kosong, seolah-olah tak peduli pada penderitaan yang baru saja dialami Kairos.

"Sir, energinya sangat lemah," lapor salah satu teknisi dengan suara pelan namun tegas.

Cylus hanya menatap sebentar ke arah tabung di mana Kairos terbaring lemas. Tanpa ragu, ia mengucapkan, "Buang."

Setelah mengucapkan itu, Cylus langsung berbalik dan meninggalkan ruangan, diikuti oleh Feyn, tangan kanannya yang setia.

---

Kairos tidak tahu berapa lama ia sudah berada di ruangan gelap ini. Tubuhnya dipindahkan oleh orang-orang bertubuh besar setelah prosedur yang menyakitkan tadi. Sejak itu, ia kehilangan kesadaran. Namun, sekarang, rasa sakit di kepalanya perlahan membuatnya terbangun.

"Ahh... Hahh..." desahnya pelan. Pandangannya masih kabur, dan rasa sakit yang menusuk di kepalanya belum hilang sepenuhnya. Ia memperhatikan ruangan tempatnya berada—ruangannya hampa, dipenuhi dengan kotak persegi panjang yang tergeletak sembarangan di sudut-sudut.

"Di mana ini?" gumamnya pada dirinya sendiri. Ia berusaha merangkak, meskipun tubuhnya terasa lemah. Setiap gerakannya disertai dengan rasa nyeri yang menusuk.

Kairos akhirnya menemukan pintu di salah satu sisi ruangan. Dengan tangan gemetar, ia mencoba membuka gagangnya. "Terkunci," batinnya kecewa setelah mencoba beberapa kali.

Ia melihat sekeliling ruangan itu, berharap menemukan cara lain untuk keluar. Pandangannya tertuju pada sebuah ventilasi kecil di dinding bagian bawah di ujung ruangan. Meskipun lubangnya kecil, Kairos bertekad untuk mencobanya. Merangkak ke arah ventilasi, ia melihat bahwa penutupnya sudah sangat rapuh dan mudah dibuka.

"Yes!" batinnya penuh harap.

Namun, masalah baru muncul. Lubang ventilasi itu terlalu kecil untuk dilewatinya dalam wujud manusia. Kairos menatap ventilasi itu dengan putus asa, namun kemudian ia mendapatkan ide, dengan kekuatannya yang masih tersisa sedikit itu.

"Astra Kairos... lux mea, forma stellae," ucapnya dengan pelan.

Sebuah cahaya kecil muncul di sekeliling tubuhnya, dan dalam sekejap, tubuhnya berubah menjadi bintang kecil yang bersinar lembut. Dengan mudah, ia masuk ke dalam ventilasi itu, mencari jalan keluar dari ruangan gelap dan mengerikan itu.

Di dalam ventilasi yang sempit, Kairos meluncur perlahan. Meskipun tubuhnya kecil dan ringan, hatinya penuh ketakutan. "Harus keluar dari sini... harus kembali ke Sanctum," batinnya tekad.

---To Be Continued...

Cylus : Ck! Lemah banget

Kairos : 😭