Klontang! Bunyi keras terdengar di lorong sempit saat lubang ventilasi akhirnya terbuka setelah Kairos berulang kali menubruknya. Bintang kecil bercahaya redup keluar dari dalam ventilasi, goyah dan lelah.
Cahayanya yang semakin memudar menunjukkan betapa sedikit energi yang tersisa pada dirinya. Bintang itu melayang pelan di lorong yang sepi, dengan hati-hati menyusuri setiap sudut tanpa tahu ke mana arahnya.
"Hah... Panjang banget jalannya," gumamnya lelah. Di sepanjang lorong, hanya pintu-pintu terkunci yang menghiasi dinding, seakan tidak memberikan harapan untuk keluar dari tempat itu. Napasnya tersengal, dan energinya semakin menipis.
Kairos berusaha tetap bergerak, namun terasa semakin berat, dan tubuhnya mulai goyah lebih sering. Ujung lorong yang ia harapkan tidak kunjung terlihat, membuatnya semakin putus asa.
Sampai akhirnya, cahayanya benar-benar padam. Tubuh kecil bintang itu jatuh ke lantai dengan bunyi yang hampir tak terdengar, menjadi batu kecil yang tak berdaya.
Batu itu tak lagi bergerak, tidak sadar, terbaring di tengah lorong gelap itu.
---
Lady Fleur menatap Lady Elara dengan mata terbelalak, "Aldric beneran menghilang?"
Ruangan tempat para petinggi berkumpul terasa tegang. Mereka sedang menghadiri rapat darurat yang diadakan oleh Lady Elara, menyusul berita mengejutkan tentang hilangnya Aldric dan juga Kairos.
Lady Elara mengangguk pelan, "Benar. Dia menghilang sejak pelatihan pasukan kemarin. Tidak ada kabar apapun." Suaranya tegas, namun ada kekhawatiran tersembunyi di balik sikap dinginnya.
"Seorang pasukan juga telah menghilang." Ia melanjutkan.
Kemarin, semua petinggi bergerak cepat untuk mencari pasukan mereka di dalam hutan yang gelap dan penuh bahaya. Namun, Aldric tidak muncul, ketidakhadirannya menimbulkan pertanyaan yang besar.
Lady Elara melanjutkan, "Hal ini membuat aku curiga. Bagaimana menurut kalian?" Ia menatap para petinggi di sekelilingnya, berharap ada masukan yang bisa menjelaskan hilangnya Aldric.
Lady Fleur menyandarkan punggungnya ke kursi, wajahnya terlihat serius. "Aldric itu orang yang sangat berhati-hati, Tidak mungkin dia hilang begitu saja tanpa jejak," katanya pelan.
Sir Louran, petinggi Sanctum yang berwibawa, ikut angkat bicara. "Ada kemungkinan dia terjebak dalam suatu situasi yang tidak bisa dia kendalikan, atau..." Sir Louran berhenti sejenak, matanya tajam, "Dia punya niat lain."
"Apakah maksudmu ada kemungkinan pengkhianatan?" tanya Lady Elara sambil mengangkat alis.
Suasana dalam ruangan menjadi semakin tegang. Para petinggi saling bertukar pandang, mencoba mencari jawaban di antara mereka. Sesuatu yang tidak biasa pasti terjadi.
"Hah..." Lady Elara menghela nafasnya.
"Tim pencarian masih akan terus mencari."
"Apapun alasannya," lanjut Lady Elara, "Sepertinya kita harus membongkar ruangan Aldric."
---
Drap... Drap... Suara langkah kaki terdengar di sepanjang lorong sunyi itu. Cylus baru saja menyelesaikan rapat bersama para jenderal lainnya, membahas pergerakan Faksi Hegemon.
Yang telah mulai menjalankan rencana besar mereka, dan hari ini terasa lebih berat dari biasanya. Cylus mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba meredakan ketegangan yang menumpuk di kepalanya.
Rasa lelah begitu jelas terlihat di wajahnya saat ia berjalan dengan langkah malas menuju ruangannya untuk beristirahat.
Sambil memijat alisnya, tiba-tiba kakinya menendang sesuatu. Ting! Suara kecil yang memantul dari benda yang ia tendang. Cylus langsung menghentikan langkahnya. Pandangannya jatuh pada benda kecil di lantai di depannya—sebuah batu kuning kecil yang berbentuk bintang.
"Bintang?" batinnya sambil menatap benda itu dengan dahi berkerut. Ia berjongkok, mengambil batu kecil itu dan mengamatinya sejenak. Kilatan samar dari benda itu memicu sesuatu di benaknya.
Senyum kecil yang nyaris tak terlihat muncul di wajahnya, "Hmmh." ia tertawa kecil, merasa aneh bahwa ia bisa menemukan sesuatu seperti ini di lorong gelap itu.
Tanpa berpikir panjang, ia memasukkan batu kecil itu ke dalam kantong yang tepat di depan dadanya dan melanjutkan langkahnya, seolah tak terjadi apa-apa.
Namun, entah kenapa, saat batu itu berada di kantongnya, ia merasakan kehangatan di dadanya, yang membuat Cylus nyaman...
---To Be Continued...
Kairos : Huaaa, aku mau dibawa kemana ini 😭
Cylus : Lucu kali bintangnya, bawa pulang ah 😙