Chereads / Terra Vespera 18+ (BL) / Chapter 7 - Chapter 6. Rabbit?

Chapter 7 - Chapter 6. Rabbit?

Lady Elara berdiri tegap di tepi barier magis yang dia buat sendiri, tatapannya tajam menyapu sekitar area 2F65. Udara di hutan tersebut terasa berat dan penuh ketegangan. Ia sudah sampai sejak tadi, dan sudah menemukan beberapa tim, yang kemudian diamankan di barier magis ini. 

"Jade!" seru Lady Elara, memanggil sekretaris setianya yang terlihat dari jauh.Jade segera menghampiri, wajahnya serius."Bagaimana? Sudah kau beri tahu yang lain?" tanya Lady Elara dengan nada tegas namun tenang, tetap menjaga wibawanya sebagai salah satu petinggi Sanctum.

"Sudah, Lady. Mereka sedang bergegas kemari," jawab Jade dengan sigap. "Para petinggi lainnya dalam perjalanan. Mereka akan segera tiba."Lady Elara mengangguk. "Baguslah. Kita harus segera menyelesaikan ini sebelum situasinya semakin parah."

Beberapa saat kemudian, satu per satu petinggi Sanctum mulai tiba di area tersebut. Mereka datang bersama pasukannya, wajahnya menunjukkan keseriusan yang sama. Mereka bergerak cepat, membantu mencari pasukan yang tersisa.

"Semua sudah ditemukan?" tanya Lady Elara pada Jade yang berdiri di sisinya, matanya masih terpaku pada hutan yang luas dan mencekam di hadapannya.Jade tampak ragu sejenak sebelum menjawab, "Sisa dua tim, Lady. Kami sudah mencarinya kemana-mana tapi tidak menemukannya, kantong magis dari mereka juga tidak memberikan respon."

Lady Elara mengerutkan kening, merasakan kekhawatiran yang tumbuh di hatinya. "Dua tim tidak memberikan respon dari kantong magis? Apakah ada kemungkinan mereka terjebak atau ada sesuatu yang menghalangi sinyal?"

"Belum jelas, Lady," jawab Jade sambil menggigit bibirnya, tampak sedikit khawatir. "Kami tidak bisa melacak mereka sama sekali."Suasana di sekitar mereka menjadi lebih tegang. Para petinggi lain mulai berbisik satu sama lain, membahas kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.

Lady Elara terdiam sejenak, raut wajahnya berubah, mencerminkan kekhawatiran yang semakin dalam. Matanya menyapu wajah para petinggi yang berdiri di hadapannya, semua tampak bingung dan cemas."Dimana Aldric?" tanyanya dengan nada yang lebih tajam, mengharapkan jawaban cepat.

Semua orang di sekitarnya tampak diam, tidak ada yang langsung merespon. Hingga akhirnya, Lady Fleur, salah satu petinggi Sanctum, melangkah maju. Dengan nada hati-hati, dia menjawab, "Sepertinya dia tidak datang, El."

Lady Elara mengerutkan kening, merasakan sesuatu yang tidak beres. Aldric biasanya selalu hadir dalam situasi kritis seperti ini, dan ketidakhadirannya menambah rasa curiga di benaknya."Dia yang paling mendukung misi ini dilaksanakan di hutan. Dan sekarang, ketika sesuatu terjadi, dia tidak muncul?" gumam Lady Elara, lebih kepada dirinya sendiri, namun jelas terdengar oleh yang lain.

"El, mungkin ada alasan mengapa dia tidak datang..." Lady Fleur mencoba menenangkan, namun Elara segera memotongnya."Ckk! Jade, siapkan pasukan. Kita akan bergerak sekarang," perintah Elara tanpa ragu.

Dia tak bisa membiarkan pikiran tentang Aldric mengganggu fokusnya—tim yang hilang jauh lebih penting saat ini.

---

Kairos terjatuh di dekat semak-semak, punggungnya dan kepalanya menghantam tanah dengan keras. "Ughh..." desisnya kesakitan sambil mencoba bangkit, kepalanya berputar dan pandangannya kabur sejenak.

Dia menoleh ke sekitar. "Aric?! Leira?! Temen-temen?!" teriaknya, berharap mendengar jawaban dari salah satu temannya.

Tidak ada balasan. Hanya suara hutan yang sunyi, diiringi oleh hembusan angin yang perlahan menambah kesan menyeramkan.

Kairos menggertakkan giginya. Mereka semua sekarang terpisah, dan monster itu masih berkeliaran entah di mana.Kairos terluka cukup parah, aliran darah bercucur dari kepalanya, membasahi pipinya. Tangannya, kakinya, juga mengalami cedera yang serius. Dia memaksakan dirinya untuk berdiri, menggenggam erat pohon disamping.

"Aku harus menemukan mereka..."Kakinya gemetar ketika ia mencoba melangkah maju, setiap langkah terasa seperti perjuangan. Namun, sebelum ia bisa bergerak lebih jauh, rasa pusing yang semakin hebat menyerang.

Pandangannya menjadi buram, dunia di sekitarnya mulai berputar dengan liar. Dengan satu tarikan napas yang berat, Kairos kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh, tubuhnya menghantam tanah dengan suara berdebam.Semuanya menjadi gelap.

---

Cylus dengan pasukannya bergerak perlahan di area 2F66, melakukan penyisiran demi mengklaim area ini sebagai wilayah Fortis, basis pertahanan mereka. Setelah memastikan bahwa wilayah ini aman. 

Cylus memilih menyelinap seorang diri, memasuki semak-semak yang tebal, seolah memiliki insting bahwa ada sesuatu yang tak biasa di sana.Tanpa diduga, pandangannya tertuju pada sosok yang terbaring tak berdaya. Kairos, penuh luka dan kelelahan, tergeletak di antara dedaunan. Wajahnya penuh kesakitan, dan pakaiannya kotor oleh debu serta darah kering.

Di saat bersamaan, alat komunikasi Cylus berbunyi, menginterupsi keheningan. "Sir, kami mendeteksi pergerakan. Sepertinya kita tidak sendirian di sini."Cylus mendekati tubuh Kairos, menatapnya dingin dari atas. Dengan nada sarkastis dan tanpa sedikitpun memperlihatkan rasa iba, ia menjawab, "Ya, aku menemukan seekor kelinci di sini."

---To Be Continued...

Cylus : "Sayangggg, kamu ngga papa?" 😭

Kairos : 😑"Kelinci lu bilang?"

Cylus : "Bercanda sayangg, hehe..." 😚AKHIRNYA KETEMU GAISSS WKWKWWKWK 

('▽'ʃ♡ƪ) btw kenapa ko Kairos bisa di area 2F66? Karna kelempar jauh ges sampe area sebelah :)