Chereads / Terra Vespera 18+ (BL) / Chapter 4 - Chapter 3. First Mission.

Chapter 4 - Chapter 3. First Mission.

Setelah semua kegiatan selesai, malam tiba dengan keheningan yang meliputi markas. Para pasukan yang telah menyelesaikan ujian mereka diberi waktu untuk makan malam di ruang makan besar. 

Mereka terlihat lelah namun tetap bersemangat, beberapa masih berbincang tentang ujian hari ini dan hasil yang mereka peroleh. 

Aric, yang tadi baru saja menyelesaikan ujian dan mendapatkan tingkatan Tempest, tak bisa menahan rasa puasnya. Dengan langkah penuh percaya diri, ia berjalan mendekati Kairos yang ada di barisannya

"Nih," kata Aric sambil menepuk dadanya dengan bangga, "kalau ada yang nggak ngerti, tanya 'Pak Aric' aja," lanjutnya dengan nada menggoda, mencoba memperlihatkan keunggulannya.

Kairos menoleh dan hanya memutar bola matanya, merasa kesal dengan tingkah sombong sahabatnya itu. "Halah, sok banget lu," gumamnya sambil melipat tangan di dada, pura-pura tak peduli.

"Yah, siap-siap aja, gua bakal jadi mentor lu sekarang," ujar Aric sambil merangkul bahu Kairos dengan gaya santai, membuat keduanya tertawa kecil sebelum akhirnya mereka berjalan ke ruang makan.

Setelah makan malam, mereka diperintahkan untuk kembali ke dorm masing-masing dan beristirahat, mempersiapkan diri untuk latihan intensif yang akan dimulai besok pagi.

--

Di kamar dorm,

Kairos sudah terbaring di tempat tidurnya, memandangi langit-langit kamar yang gelap. Pikirannya dipenuhi berbagai hal—tentang esok hari, tentang latihannya, dan tentu saja tentang hasil ujian hari ini. 

Di satu sisi, ia sangat bersemangat untuk menunjukkan kemampuannya dan membuktikan bahwa ia layak berada di sini. Namun, di sisi lain, ada perasaan cemas yang menggumpal di dalam hatinya. Kekuatannya, meski sudah lama ia pelajari, masih terasa jauh dari cukup.

Ibunya, seorang pengguna magis Astralis yang legendaris, selalu menjadi inspirasi baginya. Astralis—magis yang mampu memanipulasi energi bintang, cahaya kosmik, dan fenomena luar angkasa seperti meteor dan nebula—adalah salah satu tipe magis yang paling dihormati. 

Ia ingat betul bagaimana ibunya bisa memanggil cahaya bintang untuk menyelimuti malam, atau menciptakan hujan meteor kecil yang berkilauan di langit malam. 

Namun, meskipun ibunya sudah mengajarkan dasar-dasar Astralis sejak ia masih kecil, Kairos selalu kesulitan. Kekuatannya tampak jauh lebih lemah dari apa yang ia harapkan.

Sekarang, setelah mengetahui bahwa ia berada di tingkat Specter, keraguan itu semakin kuat. Apakah ia bisa mencapai impian untuk menjadi sekuat ibunya? Apakah ia mampu melindungi orang lain, seperti yang selalu ia inginkan?

Kairos akhirnya tertidur lelap setelah berbagai overthinking nya...

*

"Para pasukan diharapkan tenang!" suara lantang salah satu pemimpin menggema di lapangan pelatihan. Seketika, suasana yang sebelumnya ramai dipenuhi percakapan dan candaan berubah menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada sosok yang berdiri tegak di depan mereka.

"Hari ini, kita akan terjun langsung ke salah satu area di tengah hutan," lanjut pemimpin itu dengan nada tegas. Seketika ketegangan terasa meningkat di antara para pasukan baru. Beberapa dari mereka saling bertukar pandang, sementara yang lain tetap fokus pada instruksi.

"Latihan hari ini," lanjut pemimpin, "akan sekaligus menjadi misi pertama kalian setelah menjadi pasukan resmi Mystos. Tugas kalian adalah membasmi sebanyak mungkin monster di area tersebut."

Pemimpin itu melanjutkan, "Untuk menambah semangat, kami akan mengadakan lomba antar kelompok. Setiap monster memiliki poin yang berbeda-beda. Semakin sulit monsternya, semakin banyak poin yang kalian dapatkan. Maksimal tujuh orang per kelompok. Kelompok dengan poin terbanyak akan mendapatkan penghargaan khusus. Ingat, ini bukan hanya soal kekuatan. Ini soal strategi dan kerja sama tim."

Di antara desiran angin dan gemerisik dedaunan, Kairos mendengar suara Aric menggerutu di sebelahnya.

"Hah? Ini serius? Baru mulai udah langsung lomba," Aric mendengus kesal, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Kairos, yang tetap tenang meskipun pikirannya penuh dengan kekhawatiran, menepuk bahu sahabatnya. "Udah...Ikutin aja. Gas cari kelompok dulu."

Kairos dan Aric akhirnya berhasil bergabung dalam sebuah kelompok yang berisi lima orang. Selain mereka berdua, tim ini terdiri dari tiga pasukan laki-laki dan dua pasukan perempuan. Semuanya berada di level Raven, kecuali Aric yang satu-satunya di tim dengan level Tempest . Meski begitu, tidak ada rasa canggung di antara mereka, bahkan suasana mulai mencair dengan cepat.

Kairos, yang merasa sedikit lebih rileks, memutuskan untuk menggoda Aric. "Mohon bantuannya nih, 'Pak Aric'," katanya sambil tersenyum jahil, membuat yang lain ikut menahan tawa.

Aric, seperti biasa, menerima godaan itu dengan penuh percaya diri. "Ahahaha, tenang, gais," katanya sambil menepuk dadanya, "kita pasti menang! Ada 'Pak Aric' di tim kalian."

Tawa pecah di antara mereka semua, membuat suasana yang tadinya tegang menjadi lebih santai. Bahkan, salah satu pasukan perempuan yang sebelumnya tampak serius pun tersenyum tipis. Meski ini adalah misi pertama mereka, suasana kekeluargaan di dalam tim mulai terbentuk.

---To Be Continued...

SABAR GAISSS DIKIT LAGI KETEMU KOK MEREKAA '(*>﹏<*)′