Di jam 7 pagi, mobil Elmera telah masuk ke dalam kawasan seperti komplek rumah yang terlihat mewah, segar dan begitu tenang.
"Hm... Rumah nomor 8..." ia melihat nomor rumah satu satu hingga menghentikan mobilnya di rumah nomor 8. Ia lalu keluar mobil dan mendekat ke sana. "Wah, rumah nya kelihatan minimalis, tapi aku yakin ini akan luar biasa," ia tampak senang dan tepat di saat itu juga ada pesan masuk di ponsel nya bertuliskan kontak. "Sales rumah."
"Ah, ini dia..." dia membuka pesan nya.
"Nona Elmera, selamat pagi, saya telah mengirimkan dokumen PDF yang bisa anda lihat ketika melihat lihat rumah. Anda bisa membacanya dan ketika ada masalah, tolong hubungi aku. Yang paling penting, teknologi hebat nya adalah lampu yang dapat menyala hanya dengan dua kali tepukan tangan."
"Oh, itu hebat, dua kali tepukan tangan haha..." Elmera membuka dokumen itu dan berjalan masuk ke sana. Ketika masuk, ruangan itu gelap dan ia langsung bertepuk dua kali. Seketika lampu menyala memperlihatkan di dalam rumah yang sangat cantik dan rapi.
"Wah, tempat ini sepertinya memang bagus...." Dia melihat lihat sekitar, masuk ke kamar mandi lantai bawah yang gelap dan menepuk tangan dua kali untuk menyalakan lampu setiap ruangan. Termasuk bagasi mobil dan juga kamar yang akan dia lihat sekarang di lantai dua.
Dia menaiki tangga dan melihat ada satu pintu dan membukanya, itu adalah kamar yang akan ia tiduri, ada jendela lengkap dengan televisi yang bagus. Ia juga melihat satu pintu di pojokan membuat nya akan membukanya tapi ketika akan mendekat, ia baru sadar ada tulisan kertas yang tertempel. "Jangan masuk."
"Hm?" Elmera bingung. "Hei, inikan rumah ku, kenapa tidak boleh masuk?" ia bertanya pada sales rumah di ponsel nya.
Tak lama kemudian dia menjawab. "Maafkan aku Nona Elmera, untuk sementara kamar itu harus di perbaiki, mungkin besok aku akan ke sana untuk membersihkan, anda nikmati yang lainnya saja."
"Hm.... Ok, baiklah.... Aku terima rumah ini," Elmera menyetujui perjanjian pembelian membuat sales rumah itu mengirim emot "ok" padanya.
Tak lama kemudian terlihat Elmera menatap ke arah laptopnya di ruang tengah di sofa, dia tampak bersantai di sana hingga tiba tiba ponsel nya berbunyi panggilan dari Axe membuat nya mengambil nya. "Ya, halo?"
"Nona Elmera, bagaimana perjalanan Anda?" tanya Axe.
"Ini bagus, aku sampai di sini tepat waktu dan aku menyukai rumah ini, jadi untuk sementara, biarkan aku di sini dulu..."
"Baiklah, tapi, apakah setelah ini semua selesai, Anda mau kembali lagi?" tanya Axe.
Hal itu membuat Elmera menghela napas panjang. "Sudahlah... Hentikan omongan mu, aku tidak akan strees lagi.... Jangan khawatir, aku yakin di sini akan aman aman saja..." kata Elmera yang seketika menutup panggilan.
Tapi ada pesan masuk dari kontak seseorang yang bertuliskan nama wanita. "Syanza."
"Oh Syanza! Dari militer," Elmera langsung senang dan melihat apa yang di kirimkan pesan itu. "Hai Elmera, aku sudah lama tidak melihat mu, apa pekerjaan mu sekarang?"
"Ah haha... Kalau tanya begini... Aku mungkin akan menjawab "aku hanya di rumah saja, aku punya bekingan di sini, jadi tak perlu khawatir soal apapun."
"Oh, haha... Tentu saja kau gadis orang kaya... Bisa kita menggunakan panggilan saja?" kata pesan itu.
"Tentu..." Elmera menyetujui nya hingga ada panggilan dari Syanza dan Elmera menerima nya.
"Aku tahu kau akan mengangkat nya, Elmera," kata suara itu yang rupanya memang suara wanita yang agak berat.
"Ada apa Syanza menghubungi ku?" Elmera mengobrol sambil menatap ke laptopnya lagi.
"Aku hanya merindukan gadis kecil yang sangat berani sekali dalam hal apapun, apa kondisimu baik baik saja?"
"Aku baik baik saja kok, aku gak ada masalah di sini... Ngomong ngomong apa pekerjaan mu sekarang, Syanza?"
"Oh, aku hanya di rumah merawat kucing kucing ku sambil menunggu uang gajian militer, kau tahu kan kita mendapatkan gaji itu."
"Ya aku tahu, aku harap aku punya waktu untuk menghampiri mu, aku ingin melihat kucing kucing yang manis," kata Elmera.
"Hahah... Aku akan menantimu, gadis kecil..." tambah Syanza, tapi mendadak ada yang mengetuk pintu mebuat Elmera menoleh ke pintu lalu ia berdiri dari sofa.
"Syanza, sudah dulu ya, aku harus membuka pintu untuk seseorang."
"Ok," Syanza membalas lalu panggilan berakhir dan Elmera menuju ke pintu untuk membukanya. Tapi ketika membukanya, tak ada orang sama sekali bahkan ia keluar untuk memeriksa. "Siapa tadi? Apa hanya perasaan ku?" ia bingung, tapi ia mendengar suara samar samar ada yang bertepuk tangan di dalam rumah nya. Membuat Elmera langsung masuk ke dalam yang rupanya ruangan nya gelap.
Ruangan gelap di sebabkan karena tepukan tangan yang membuat lampu otomatis mati dari menyala.
"Eh?" tapi Elmera bingung. "Perasaan aku tidak tepuk tangan tadi," ia lalu bertepuk dua kali dan lampu kembali menyala. Ia masih bingung dan tak tahu apa yang terjadi.
"Apa rusak? Atau mungkin suara tangan tetangga.... Hm, mungkin..." ia berpikir positif lalu berjalan masuk menutup pintu.
Tanpa sadar hari sudah hampir malam dan ia memegang perutnya. "Hm... Aku lapar, aku lupa membeli makanan tadi.... Haruskah aku keluar ke supermarket dekat sini... Hm... Mungkin..." dia lalu kembali keluar dan berjalan di komplek gelap itu.
Tak lupa melihat ke sekitar rumah rumah tetangga yang rupanya masih saja sepi. "(Hm... Mungkin mereka belum pulang atau sudah tidur...)" pikirnya hingga menemukan supermarket di sana. Ketika masuk, dia tak melihat satu orang pun di sana dan isi dari supermarket itu adalah kotak kotak yang berisi makanan layaknya kotak penjual minuman, tapi makanan juga di jual.
"Eh, tak ada orang?" ia bingung dan mendekat ke salah satu kotak penjual dan dari sana dia mengerti sesuatu. "Oooh, rupanya begitu, supermarket ini sudah menggunakan gaya kerja berbeda, tidak ada orang yang menunggu supermarket melainkan kita tinggal masukan uang di salah satu kotak penjual maka akan keluar makanan..." ia mengerti dengan cepat, tapi ia bingung harus membeli apa. Jika membeli makanan ringan, dia mungkin akan kebanyakan kalori hingga melihat kotak penjual sereal.
"Hm... Makan sereal aja kali ya...." ia memilih membeli sereal dan kemudian berjalan pergi dari supermarket itu.
Tapi ketika berjalan pulang, dia merasa keadaan jalanan semakin sepi dan gelap saja. "Apa hanya perasaanku?" dia bahkan memegang lehernya dengan waspada. "Mungkin aku hanya harus berjalan cepat...."
Tapi mendadak ada suara dari belakang dan itu agak jauh jaraknya, membuat Elmera langsung melihat ke belakang, tapi ia terkejut ketika melihat sesuatu di jauh sana. Ada lubang hitam yang perlahan muncul di langit-langit dengan menyebar ke arah manapun, membuat Elmera terdiam tak percaya.
"A... Apa itu!!?" dia bahkan panik.
Lubang hitam itu seperti akan mengejarnya, membuat Elmera berbalik dan berlari pergi. "Oh, shit, plis, jangan berimajinasi lagi...." Ia tampak ketakutan sambil menutup mata, tapi sepertinya suara dan angin yang diciptakan lubang kematian itu telah tidak ada, membuat Elmera kembali menoleh ke belakang. Lubang itu benar-benar sudah tak ada.
"(Astaga.... Kenapa aku selalu berimajinasi tidak jelas, dan terasa nyata...)"
Setelah sampai di rumah dengan tergesa-gesa dan bernapas cepat, dia juga menatap ke belakang memastikan bahwa hal-hal aneh tadi sudah tak ada, lalu memegang perutnya. "Ah sudahlah, itu hanya imajinasiku lagi.... Sebaiknya aku makan...."
Dia berjalan masuk, tapi ia bingung karena lampunya mati. "Eh, bukankah tadi aku meninggalkannya menyala....?" ia bingung, tapi kemudian menyalakannya dengan bertepuk tangan dua kali, membuat lampu menyala.
Tapi siapa sangka, ada suara tepukan tangan membuat lampu mati. Hal itu membuat Elmera berkeringat dingin. "Aku bersumpah aku tidak tepuk tangan tadi...."
Dengan gemetar, ia mencoba menyalakan lampu dengan dua tepuk tangan. Tapi lampu kembali mati dengan tepukan tangan lain itu yang terus membuat lampu mati, membuat Elmera kesal sehingga dia menepuk tangan lagi. Hal itu terus terulang, dan kejanggalan itu semakin menjengkelkan dan Elmera tampak semakin kesal.
"Hiz.... Dari mana asal itu..." dia bertepuk dua kali dan seketika lampu menyala. Tak ada suara tepukan tangan lagi, membuat kesempatan bagi Elmera untuk menuju ke lantai atas. Dia berniat melihat dari lantai atas dulu.
Ketika melihat kamarnya, dia terdiam ketika menoleh ke kamar satunya, dan wajahnya terkejut karena kertas peringatan yang tertempel di sana menjadi lepas ke bawah, membuat Elmera menutup mulutnya. "Tidak mungkin... Apakah pintu itu, terbuka?" ia berniat mendekat perlahan dan memegang gagang pintunya, lalu membukanya.
Suasana sunyi dan anehnya, lampu di kamar itu bercahaya berwarna merah muda, sangat aneh sekali. Pintu kamar itu tertutup sebuah lemari sehingga Elmera harus melewati lemari untuk melihat kasurnya.
Ketika dia masuk semakin dalam, tiba-tiba dia menutup hidungnya. "Ugh, shit.... Bau apa ini?!" ia melihat ke arah kasur dan siapa sangka, ada mayat tak berbentuk di atas kasur. Mayat dengan bentuk yang tak bagus karena tubuhnya tercincang di sana dengan banyaknya darah dan juga tak sedikit lalat yang ada di sana.
"Ugh... Apa yang sebenarnya terjadi?" ia langsung keluar dari kamar itu dan menutupnya. Dia bahkan memegang lehernya agar tak muntah. "Cough.... Cough... Ugh... Ini bukan pertama kalinya aku melihat mayat, tapi entah kenapa aroma mayat yang ini lebih menyengat," ia mencoba melihat sekitar, tapi mendadak lampu mati setelah suara tepuk tangan misterius muncul.
Elmera tak ada pilihan lain. Dia masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya. Lampu kamar itu masih menyala, dan di saat dia masuk, dia terkejut karena ada bayangan hitam dengan wajah merah yang mengintip dari jendela. Dia mengintip tak lama, karena setelah Elmera menyadari bayangan itu mengintip, dia langsung pergi, membuat Elmera semakin gemetar ketakutan.
"Astaga... Kenapa lagi ini? Aku benar benar sudah muak....!!"