Chereads / IDOLIZE / Chapter 12 - Bab 10: Keberanian Mengambil Langkah Pertama

Chapter 12 - Bab 10: Keberanian Mengambil Langkah Pertama

Beberapa hari ke depan Istar menepati janjinya, ia mengajarkan kepada setiap gadis setiap pengetahuannya mengenai fashion. Memberikan mereka saran mengenai baju seperti apa yang cocok bagi mereka, menyarankan gaya rambut dan beberapa aksesoris yang mampu menunjang pesona setiap gadis dengan sangat sempurna. Rian demi menjawab keraguan Istar, memberikan sebuah hari khusus bagi setiap cewek pada RP710, di mana mereka akan berbelanja bersama demi mengasah kemampuan tersebut.Setiap anggota RP710 berkumpul di depan pintu masuk mall terbesar di kota, semangat mereka terpancar saat perburuan baju dimulai. Tidak lupa, Dara serta Lea ikut di belakang setiap gadis tersebut untuk menggantikan tugas Rian. Mereka mengunjungi beberapa brand dan toko yang sudah direkomendasikan oleh Istar, mengamati berbagai pilihan pakaian dengan penuh antusiasme."Liat deh itu imut gak sih?""Iih~ imut banget... tapi kayanya gak cocok buatmu loh.""Hah? Gak cocok?!""Ya... gimana ya..."Rain memandangi tubuh Cia dari atas sampai bawah, membandingkannya dengan pakaian penuh renda berwarna pink di depan mereka berdua. Cia yang sadar bahwa dirinya sedang diremehkan langsung kesal pada Rain."Kita itu anak-anak SMA... pake baju SMA doang boleh dong?" Lily berkata sembari mengamati aksesoris."Lah iya ya, karakter kita setting-nya emang anak sekolah." Rain yang melarikan diri dari Cia menyelinap pada section aksesoris, mengatakan hal serupa."Tapi pakai baju putih abu-abu begitu saja kurang bagus kan?" timpal Yuna."Selama itu nyaman... aku gapapa..." Isla yang duduk di kursi menunggu mereka bertiga, menjawab dengan singkat."Kalo dateng ke studio pake seragam malah kaya mau bikin pasfoto... gak sih."Tim anak sekolah saling mengobrolkan mengenai kemungkinan tadi. Ketiga gadis tersebut memang telah ditetapkan untuk memiliki karakter anak SMA, tetapi apabila semuanya datang ke studio memakai seragam serempak terlihat seperti pengambilan foto resmi."Loh loh? Ada ribut-ribut apa itu di sana?""Bukannya... itu manajer ya? Kok dikerubungi banyak cewek begitu?""Kak Dara, itu manajer kan?""Iya... saya sendiri kelabakan mengatasinya. Mereka tiba-tiba datang ke manajer Lea dan berkata ingin mengambil foto."Pada luar toko Wulan, Celi, dan Dara tengah mengamati keributan yang tengah terjadi di sana. Lea, dengan gaya techwear-nya yang unik dan rambut jabrik yang mencolok, segera menarik perhatian setiap orang ketika masuk ke mall. Menyaksikan terdapat seseorang mengenakan hal tak lazim seperti itu tentu menjadikannya pusat perhatian. Tak lama kemudian, kerumunan mulai terbentuk di sekelilingnya. Beberapa orang bahkan meminta foto bersama, kagum dengan penampilan kerennya."Bentar ya... satu-satu. Oke, cheese!"Lea dengan ramah melayani permintaan mereka, sementara anggota RP710 lainnya menonton dengan penuh takjub."Padahal gue aja yang beneran artis gak pernah dikerubungi fans kaya gitu... kok bisa manajer..."Istar, yang sering diliput oleh media dan menjadi sasaran paparazzi merasa kaget dan terkejut melihat betapa banyaknya perhatian yang Lea dapatkan. Ia bahkan merasa pesonanya kalah oleh Lea, seorang yang bukan artis tetapi mampu menarik perhatian banyak orang dengan penampilannya semata.Meskipun ada momen yang tidak terduga di mall, setiap gadis di RP710 tetap bisa melanjutkan agenda mereka dengan aman dan lancar. Mereka saling mengobrol satu sama lain, mendiskusikan apa saja yang perlu mereka beli untuk sesi pemotretan yang akan datang. Selepas berhasil mendapatkan barang yang cocok untuk karakter mereka masing-masing, Lea segera menyetirkan setiap anggota RP710 untuk pulang ke kantor.Setelah berbelanja, para gadis RP710 terlihat sangat gembira saat kembali ke kantor. Dengan senyum lebar, mereka memperlihatkan pakaian baru mereka dan saling membanggakan pembelian masing-masing. Istar terlihat sibuk membantu beberapa dari mereka mencoba pakaian dan memberikan saran lebih lanjut tentang penampilan mereka.Wulan, khususnya, terlihat paling senang. Baginya, ini adalah pengalaman pertama berbelanja pakaian menggunakan uang hasil kerjanya sendiri. Ia tak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat mencoba pakaian baru tersebut.Tepat pada hari itu, satu bulan telah berlalu bagi setiap member idol di RP710. Untuk merayakan hal tersebut sebagian besar gadis menggunakan gaji bulanan pertama mereka untuk berbelanja keperluan pengambilan foto. Meskipun Rian sebenarnya bisa meminjamkan uang untuk sementara, mereka ngotot ingin memakai gaji pertama mereka demi membeli semuanya sendiri, merasakan kebanggaan dan kepuasan dari hasil kerja keras mereka."Gak kerasa udah sebulan ya..." ucap Cia saat duduk pada sofa.Setiap member yang mendengar ucapan tersebut kini ikut duduk di sofa, mereka membahas mengenai bagaimana pengalaman masing-masing pada RP710."Aku gak nyangka kalau bisa jadi idol...""Sama, gak nyangka juga kalau latiannya sekeras itu...""Yang kalian lakuin baru latian rutin loh, latian buat tampil lebih berat lagi." Celi yang paling paham segera menyabit keluhan dari Valentin dan Lily."Meski banyak hal terjadi... aku seneng bisa ada di sini.""Ya, makanya... yang bisa kulakuin cuma latian dengan semangat buat balas budi.""Ko-kok kalian pada jadi serius gitu sih... calm dikit dong, chill."Perhatian mereka teralih pada kesibukan tim agensi yang tengah bekerja, mereka terdiam sembari mengamati. Dara fokus mengurusi dokumen yang menumpuk sambil mengetik di komputer, Rian sibuk berbicara pada telepon, dan Lea bersiap untuk pergi demi membahas sesi pemotretan pada studio. Setiap dari mereka memainkan peran penting dalam memastikan semuanya berjalan lancar, bekerja tanpa henti demi mereka.Banyak hal yang telah terjadi sejak mereka pertama kali mendaftar di RP710, sama seperti mereka, agensi tersebut juga memulai dari nol. Mereka mengalami banyak keraguan dan tantangan di sepanjang jalan, namun kini, melihat bagaimana setiap anggota tim bekerja keras untuk membimbing mereka, setiap gadis merasakan dorongan kuat untuk terus melangkah maju."Kayanya aku mau coba pakaiannya bentar deh..." ucap Wulan, menenteng pakaiannya."Aku ikut dong~""Aku mau ikut!""Ikut ikut!"Para idol tersebut bangkit dari kursi dengan senyum lebar di wajah mereka. Meski kegiatan hari ini telah usai, tak ada satu pun dari mereka yang ingin segera pulang. Sebuah perasaan yang saling terikat membuat mereka ingin menghabiskan waktu sejenak lebih lama. Memutuskan untuk masuk ke ruang latihan, mulai mengasah pose dan gaya fashion untuk sesi pemotretan besok.Istar mengambil inisiatif, mengeluarkan beberapa buku fashion yang ia beli sebelumnya."Kalian berdua, coba peranin pose ini!" perintahnya.Para idol berkumpul di sekeliling Istar, antusias mengamati dan mencoba gaya-gaya baru yang ditampilkan dalam buku tersebut."Kalau aku pakai pose ini bagaimana?" tanya Yuna, menunjukkan salah satu halaman."Boleh."Valentin dan Dewi mencoba berpose dengan berbagai gaya ala model, sementara Cia dan Lily saling memperagakan gaya komedi mereka. Wulan terlihat paling kesulitan, ia tidak terbiasa untuk muncul di depan orang lain, terutama ketika di depan cermin. Menyaksikan dirinya memperagakan gaya yang asing membuatnya begitu canggung dan kaku layaknya robot."Santai aja, rileks! Gak usah kaku gitu!" Istar coba memberikan instruksi.Rian menyelesaikan panggilannya dan merasa lega karena persiapan untuk sesi foto besok berjalan lancar. Lea telah mengabarkan bahwa studio sudah siap digunakan esok hari. Hari semakin sore, dan Rian mengira para gadis sudah pulang. Namun, ia justru melihat barang-barang mereka masih ada di kantor tanpa ada kehadiran mereka di sana. Mendengar terdapat suara gaduh dari ruang latihan karakter, Rian memutuskan untuk datang ke sana, suara beberapa orang dapat terdengar dari balik pintu. Ia mencoba untuk mengetuk, tapi tidak ada jawaban, jadi ia membukanya perlahan dan melihat para gadis sedang bersemangat memperagakan beberapa pose sembari memakai pakaian yang telah dibeli.Menyaksikan kejadian tersebut rian tersenyum, terbesit dalam kepalanya sebuah ide sehingga ia berlari ke arah meja kerja. Dalam laci meja, terdapat sebuah kamera kecil yang ia simpan untuk jaga-jaga. Diambilnya kamera tersebut dan memutuskan untuk mengabadikan momen para gadis di ruangan. Begitu ia memencet tombol foto, ia lupa bahwa flash pada kameranya masih aktif. Cahaya flash terang membuat para gadis terkejut dan segera sadar bahwa mereka sedang dipotret oleh produser mereka di balik pintu."Produser! Apa-apaan coba!!!" seru Wulan, diikuti oleh kemarahan beberapa gadis yang tidak suka dipotret tiba-tiba begitu.Rian tersenyum canggung, mencoba untuk menenangkan mereka, "Yah... aku ngerasa kalau momennya lagi bagus, sia-sia kalo gak difoto. Anggap aja kenangan... oke? Nanti kupajang kok di kantor..."Tetapi para gadis tidak terima oleh penjelasan itu. "Jangan sembarangan motret tanpa izin!" kata Dewi, sambil mulai mengejar Rian.Rian berlari sekuat tenaga, diikuti oleh para gadis yang marah. Mereka berlari keluar menuruni tangga gedung, menciptakan keributan yang menarik perhatian orang lain. Kepanikan dan teriakan memenuhi udara saat Rian mencoba menghindar dari kejaran para idol. Sementara mereka yang masih menetap hanya dapat menyaksikan kejadian tersebut sembari tertawa."Aku nyerah! Oke deh oke deh aku ga bakal foto kalian tanpa izin!!! Udah dong!!!""HAPUS DULU FOTONYAAAA!!!""Soal itu... engga dulu deh.""PRODUSEEERRRRR!!!!!!"

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hari pengambilan foto tiba, dan para gadis RP710 tiba di studio dengan penuh ceria. Begitu sampai RP710 mengadakan briefing singkat bersama staf pemotretan, selepasnya segera menuju ruang ganti untuk bersiap-siap. Di bawah pengawasan Lea, para gadis mengenakan pakaian yang telah mereka pilih kemarin dan mendapatkan sentuhan makeup yang sempurna.Di dalam ruang ganti, obrolan riang terdengar di antara para member. Mereka berbicara tentang betapa tidak sabarnya untuk memperagakan hasil latihan kemarin. Lea, yang tidak tahu apa yang terjadi kemarin sebab tengah pergi keluar, begitu penasaran dan tidak sabar untuk melihat hasilnya."Sayang sekali, manajer kemarin gak liat ini!" kata Lily dengan semangat, sebelum menunjukkan pose aneh yang membuat semua orang tertawa."Wulan, pose!"Teriakan tiba-tiba yang keluar dari Rain mengagetkan Wulan yang tengah berdiri diam sehingga ia secara reflek menggerakkan tubuhnya begitu kaku, gerakan sempurna robot ditunjukkan oleh Wulan ke hadapan Lea."Gila... keren banget bisa perfect niru robot!"Selanjutnya, Valentin dan Dewi memperagakan pose duo maut mereka, berseberangan layaknya sebuah grup band wanita yang beken dulu."Dah pada siap nih kayanya buat difoto!" ujar Lea begitu terkesan.Namun, di sudut ruangan, Istar terlihat kurang yakin dengan pakaian yang dikenakannya. Ia memakai outfit layaknya gadis rebel, dengan jaket bermotif dan celana jeans pendek. Ia berkali-kali memeriksa penampilannya di cermin, tampak tidak yakin."Kenapa Istar?" Lea sadar akan keraguan di wajah Istar, mendekatinya."Seriously? Karakter yang muncul waktu liat gue tuh, cewek rebel gini?" tanyanya pada Lea."Memangnya di matamu, karakter yang cocok bagaimana?""Biasanya gue meranin cewek gaul... trendy... sama anggun. Masa pakai-pakaian gini..."Pengalamannya memerankan sinetron di siang hari yang diperuntukkan bagi anak muda menjadikan Istar menganggap bahwa itulah karakter yang harus dia perankan juga. Mendapati peran yang harus dia mainkan berbeda dari sebelumnya, membuat Istar ragu apabila itu cocok baginya atau tidak."Tenang aja, percaya sama aku. Kita berdua sama-sama paham soal fashion kan? Serahin aja sama intuisi sesama fashionista, oke?" ujar Lea sembari menepuk pundaknya, berjalan pergi.Begitu mereka keluar dari ruang ganti, setiap orang disambut oleh perdebatan sengit antara Rian dan salah seorang staf studio. Lea segera mengarahkan para gadis untuk tetap tenang dan menunggu sebentar, sementara ia berjalan ke arah Rian untuk mengetahui apa yang terjadi.Selama sekitar 15 menit, obrolan sengit berlangsung di depan setiap orang. Kedua pihak, RP710 dan studio foto, tampak saling berselisih mengenai sesuatu. Setelahnya, kedua belah pihak memutuskan untuk saling menjauh dengan wajah penuh ketegangan. Lea kembali ke arah para gadis dengan wajah kesal, sementara Rian tampak sangat lelah."Produser, ada apa?" tanya Dewi begitu cemas."Sebenarnya, lebih ke miss-komunikasi. Padahal kita, RP710, sudah pesan studio ini sejak jauh-jauh hari untuk pemotretan. Tetapi tiba-tiba saja mereka meminta kita untuk berganti hari karena ada booking-an masuk secara mendadak." jelas Rian dengan nada penuh kekecewaan.Lea, yang terlihat marah, menambahkan, "Aku gak bisa terima alasannya. Katanya orang penting, sepenting apa mereka coba. Gak profesional banget, batalin booking yang dah dipesan jauh-jauh hari begitu aja."Setiap gadis saling memandang satu sama lain, kecewa serta bingung mengenai apa yang harus mereka lakukan setelahnya. Dapat dikatakan, jadwal mereka untuk berfoto hari ini gagal total."Batal nih jadinya? Yang bener aja, dah cape-cape pake make up loh!" Istar dari belakang mengatakan hal tersebut begitu keras."Aku... lagi coba usahain sama mereka, tapi kata pihak studio disuruh menunggu mereka datang dulu.""Paan dah, udah nyerobot, telat lagi..."Dari belakang pintu studio foto yang terbuka, muncul sekelompok orang yang terdiri dari tiga perempuan muda. Mereka mengenakan pakaian yang begitu trendy dengan gaya yang modis, wajah mereka begitu percaya diri melangkah layaknya bak orang penting. Di samping ketiga cewek tersebut terdapat seorang pria mengenakan jas, menyadari mungkin saja itu manajer mereka, Rian langsung mendekati pria untuk berdiskusi. Sementara, Lea tetap berada bersama setiap gadis dari RP710, mengawasi situasi dengan cermat.Rian dan manajer dari grup baru tersebut terlibat dalam percakapan yang tampak serius. Manajer grup tersebut, seorang pria paruh baya dengan penampilan profesional, menyampaikan sesuatu dengan nada yang begitu ketus. Pihak studio menyambut kedatangan orang-orang barusan, memang benar bahwa mereka tamu dadakannya."Itu... yang gantiin kita?" tanya Rain pelan."Kayanya deh... soalnya Produser lagi diskusi ama studio juga.""Beneran gak jadi nih kita... foto hari ini?" Wulan berkata dengan penuh kecewa."Padahal tadi di dalem kamu bilang gak mau foto loh... sekarang ganti.""Itu kan tadi, Lily. Sekarang beda!"Begitu ketiga cewek tersebut lewat di depan RP710, Valentin semakin yakin bahwa mengenali sosok tersebut. Perkataan yang tidak mengenakkan terdengar dalam telinga setiap gadis, ketiga cewek itu merendahkan setiap orang yang ada di RP710."Siapa sih mereka? Sok-sokan mau ikut foto bareng kita.""Idol kali? Atau cuma main-main doang? Ahahaha!""Gak level keles, foto di studio gini!"Tentunya mendengar hal seperti itu membuat geram setiap orang, emosi tidak bisa terbendung lagi. Namun Lea mengingatkan mereka untuk tetap tenang dan tidak membuat keributan, disuruh untuk bersabar sampai Rian dapat mengatasi masalah ini."Bener kata manajer, kita ga boleh asal cari masalah. Mereka itu kelompok cewe yang lagi naik daun di medsos, tau soal Tiga Dara gak? Lagi viral kan. Makanya gak heran mereka ngerasa superior.""Tiga Dara...? Kalo diliat-liat lagi mirip sih...""Tapi tetep aja... masa mereka bisa seenaknya gitu!""Namanya orang terkenal, otomatis di dahuluin lah."Menyaksikan kerja keras yang telah dihabiskan berhari-hari bersama setiap member hendak sirna begitu saja oleh artis baru, Istar tidak bisa diam begitu saja. Ia menyelinap di antara setiap orang, berjalan menuju ke arah kelompok gadis itu pergi. Tetapi Valentin yang menyaksikan aksi Istar meraih tangannya, menghentikan Istar."Jangan kepancing, Istar. Biarin aja." bisik Valentin pelan.Istar menolehkan kedua matanya yang menatap tajam, "Gue gak cari masalah kok, cuma mau ngasih salam ke artis baru doang."Mengetahui bahwa ia tidak akan bisa menghentikan Istar, Valentin melemahkan genggaman yang melepaskan Istar sepenuhnya. Ia menghilang dari fokus orang-orang yang kini beralih ke Rian. Valentin bingung mengapa ia justru berusaha menghentikan Istar, padahal jika dibiarkan saja bisa mempermudah misinya.Mendapati sosok Istar mendekat, ketiga artis baru itu tampak tidak suka dan salah satu dari mereka berkata dengan sinis, "Ngapain ke sini? Kita gak terima tanda tangan."Istar yang awalnya berniat untuk menyapa sembari berkenalan justru disambut dengan sangat tidak sopan. Tentu saja cewek yang satu ini langsung naik pitam dan melangkah langsung ke depan mereka."Jangan songong ya lu pada!" ucapnya.Dikata-katai demikian oleh cewek berpakaian layaknya anak nakal semakin menaikkan tensi di antara mereka, langsung satu gadis menjawab begitu ketus."Emangnya siapa lu? Justru idol rendah kek lu yang jangan songong!""Grup idol gue emang belom jadi apa-apa. Tapi kalo gue ama lu pada, kasta gue lebih tinggi."Ketiga gadis bingung, melihat satu sama lain. Sama sekali tidak paham akan apa yang dikatakan oleh Istar, tawa kecil keluar dari satu gadis yang disambut gadis lainnya, sementara satu orang lagi mengamati Istar dari atas sampai bawah."Malah ketawa, pantes dunia hiburan susah naiknya, yang direkrut orang gak mutu kek begini. Kalo gue bilang, Jasmin... palingan juga gak kenal." Usai mengatakan hal tersebut Istar tersenyum sinis.Cewek yang tidak tertawa kini kaget bukan kepalang, "Kamu... si Jasmin? Dari Sinema Remaja Siang itu?!""Hah? Siapa? Jasmin?" sementara kedua cewek lain tidak tahu."Lu pada diem! Maaf... anu... kami gak tau.""Maaf doang? Gak bakal gue terima. Lu pada bilang studio ini ga kelas ya buat idol? Oke deh, mungkin kalo panggil manajer gue bakal berkelas kayanya. Biar mereka pindahin lu pada ke tempat lain aja, yang lebih level of course."Mereka tampak cemas dan bingung, menyaksikan Istar yang perlahan merogoh ke saku untuk mengambil hpnya, salah satu dari artis baru itu memohon untuk tidak melakukan hal tersebut."Kami gak tahu... bener, suer... kami gak tau kalau ada kak Jasmin di sana." ujar gadia itu sembari memaksa teman-temannya ikut meminta maaf."Tolong kak... maafin kami tolong..."Rian yang baru selesai berdiskusi dengan manajer artis baru tersebut menyadari bahwa seseorang dari RP710 menghilang dari kerumunan. Di sisi lain, suara keributan menarik perhatiannya. Ketiga artis baru itu tampak memohon-mohon di depan Istar dengan wajah ketakutan. Rian segera berlari ke arah mereka untuk menghentikan apapun yang tengah Istar lakukan, diikuti oleh manajer artis baru tersebut yang ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."Istar! Kamu—""Produser rupanya, gue gak bikin masalah loh! Mereka duluan—""Jelasin dulu, apa yang kamu lakuin ke mereka!"Istar segera menjelaskan situasinya kepada Rian yang penuh cemas, diiringi ketiga gadis tersebut yang kini menitikkan air mata ketakutan. Ia menceritakan bagaimana mereka menghina dan meremehkan RP710, dia datang ke mereka dengan niat baik untuk berkenalan tapi lagi-lagi diejek sehingga tidak terima.Manajer artis tersebut mendengarkan dengan seksama, lalu memandang ketiga artisnya dengan tatapan kecewa."Kalian itu masih baru! Jangan asal ngomong sembarangan. Apalagi yang dihadapan kalian itu artis ternama!" ucap manajer itu begitu keras.Mendapati kejadian seperti tadi, baik manajer, Rian, serta Istar saling berdiskusi. Setelah perundingan yang cukup panjang dan beberapa ancaman dilontarkan oleh Istar, akhirnya kesepakatan ditulis ulang. RP710 diperbolehkan untuk mengambil foto di studio setelah ketiga artis itu selesai menggunakan.Ketiga artis tersebut, masih dalam keadaan terkejut dan takut, segera menyelesaikan sesi foto mereka dengan cepat. Mereka berusaha untuk menghindari tatapan Istar dan anggota RP710 lainnya, sementara manajer mereka berulang kali meminta maaf kepada Rian dan timnya."Istar... lain kali jangan begitu ya." Ujar Rian ketika mendekati dirinya yang tengah duduk menunggu."Mereka yang mulai! Gue gak salah!""Aku tahu... aku tahu kok. Baik kamu, gadis lain, sama aku juga kesal atas perlakuan studio yang semena-mena... ditambah artis baru tadi.""Bukan soal itu! Tu artis tengil ngehina temen-temen yang lain! Mana sudi grup idol kita diremehin!"Mendengar hal itu, Rian paham seberapa Istar memandang penting grup idol mereka. Padahal di awal ia mengira bahwa Istar adalah orang yang paling tidak suka atau bahkan enggan bergabung dengan mereka, sebab selalu mengeluh dan tidak semangat mengikuti segala kegiatan. Ia bersyukur bahwa anggapan tersebut rupanya berbeda."Gitu kah... aku juga gak terima sih kalau kalian diremehin. Oke, giliran kita nih, cepetan ikut sama yang lain ke sana!"Setelah ketiga artis tersebut meninggalkan studio, suasana di antara anggota RP710 kembali menjadi ceria. Mereka tahu bahwa mereka telah memenangkan pertempuran kecil ini, memberikan terimakasihnya kepada Istar."Keren banget loh kamu Istar!" ucap Cia begitu kagum menyaksikan aksi keren Istar tadi."Mereka langsung kicep gitu!""Omongan doang gede, nyalinya kecil ahahaha!""Udah-udah, ga baik ngomongin orang lain." Dewi segera menasihati gadis-gadis agar tidak berbicara yang tidak-tidak kepada mereka."Gak kusangka kamu bisa menang, pake cara apa?" Valentin mendekat ke Istar, berbisik di sampingnya."Cara lama di dunia hiburan." Ucapnya singkat, meninggalkan Valentin."Hee..."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gadis-gadis RP710 akhirnya bisa memulai sesi pemotretan foto pada hari itu juga, meski menunggu agak lama. Giliran pertama ialah Istar karena ia sendiri yang meminta dan merasa perlu menjadi contoh bagi yang lain. Mengikuti arahan dari Lea sebelumnya, Istar mengambil pose garang, menajamkan alis matanya serta menatap begitu serius ke arah kamera. Dukungan dari teman-temannya mengalir, memujinya sebagai karakter yang cocok untuk peran tersebut."Waaah! Cocok banget! Persis banget kaya tadi loh!" Teriak Rain, bermaksud menggoda."Paan sih! Gue gak mau jadi cewe nakal! Maunya jadi cewek classy aja!" balas Istar penuh tidak terima.Giliran berikutnya adalah Lily. Di awal ia cukup lama untuk menentukan pose seperti apa yang cocok baginya, ia berkali-kali melakukan gerakan aneh yang menyebabkan dirinya jatuh.Rian, dengan nada khawatir, berkata, "Jangan maksain diri, Lily."Namun, Lily dengan wajah polosnya menjawab, "Aku gak maksain sama sekali. Entah kenapa dari dulu aku suka banget jatuh sendiri."Fotografer tampak terhibur ketika menyaksikan kejadian tadi, berkata ke Rian di sampingnya, "Pak Produser, aku berhasil ngambil beberapa foto bagus waktu dia hampir jatuh tadi."Mengamati hasil jepretan tersebut Rian mengangguk pelan, ia berbisik diam-diam pada fotografer itu, "Simpan fotonya ya mas, kalau kukasih tau ke dia, yang ada bakal marah."Selepas Lily, Rain langsung menyerobot lari ke depan. Mengenakan seragam sekolah yang dilengkapi jaket terikat di pinggang, penampilannya benar-benar menggambarkan cewek SMA sesungguhnya. Pose-pose yang ditunjukkannya penuh keceriaan, energi remaja, dan semangat anak muda. Setiap kali Rain bergerak, kamera menangkap momen yang begitu hidup."Bagus juga Rain!""Kamu juga kok, Lily. Walau kesandung tadi." Tidak lupa ketika turun ia langsung mengejek Lily.Habis itu adalah Dewi, dengan langkah pelan ia berjalan ke depan kamera. Meski kurang paham mengenai pose yang harus dilakukan, latihan bersama Valentin dan saran dari Lea memberikan panduan yang cukup baginya. Mereka berdua bilang kalau dirinya hanya perlu berdiri tenang seperti biasa, tidak perlu panik atau gemetar. Lantas pemotretan dimulai, dan anehnya, meski Dewi hanya berdiri seperti biasa serta mengikuti arahan, hasil yang diambil di kamera begitu memukau. Dewi seakan diberkahi dengan pesona yang sangat fotogenik, membuat setiap foto yang diambil tampak alami dan menawan."Jarang banget loh, mau diambil dari angle manapun fotonya tetep bagus." Ucap fotografer seusai mengambil foto Dewi.Selanjutnya ialah Wulan, saking takutnya ia sampai perlu dibujuk langsung oleh Lea agar mau berdiri di depan kamera. Wajahnya terlihat begitu gugup, ketika sesi foto sudah dimulai ia mematung dan tidak menggerakkan seujung jari pun, membuat kameramen kesulitan untuk mengambil foto yang bagus. Melihat situasi ini, Rian mendapatkan ide."Wulan, coba bayangin dirimu sedang berada di arena tanding. Pake aja beberapa gerakan bela diri yang kamu tau." teriak Rian.Wulan mencoba membuang pikirannya tentang sesi pemotretan dan membayangkan dirinya berada di arena bela diri. Perlahan-lahan, ia mulai bergerak, menirukan beberapa gerakan silat berupa tendangan serta sapuan yang memukau. Kamera mulai menangkap momen-momen bagus saat Wulan mendapatkan kepercayaan dirinya kembali."Oke sip! Bagus banget, nah gitu!" ujar kameramen, bergerak dari ujung ke ujung.Lea yang mengamati dari samping wajahnya agak cemas saat menyaksikan gerakan-gerakan Wulan. "Untung aja dia pake pakaian olahraga yang fleksibel. Kalo pakai rok atau baju cewek biasa, bisa langsung robek." katanya sambil tertawa kecil.Cia melangkah ke depan kamera dengan percaya diri, mengenakan kaos putih kebesaran dan rok pendekny, dia terlihat seperti cewek yang tidak pernah keluar rumah. Meski sempat bingung dengan baju yang disarankan untuknya serta pose yang diberitahukan ke Cia, Rian berkata dia perlu bergaya seaktif mungkin. Jadi Cia memutuskan untuk menampilkan pose-pose yang sering dilakukan oleh idol.Dengan senyum lebar, Cia mulai dengan pose tangan berbentuk hati, menunjukkan cintanya pada penggemar. Kemudian, ia berganti ke pose double V dengan jari-jarinya membentuk huruf V di kedua sisi wajahnya, mencoba tampil seimut mungkin."Dia kalo di depan kamera bisa keliatan imut begitu. Tapi kalo lagi engga, beh, ngeselin banget." Ucap Lily ketika menyaksikannya."Itu juga gara-gara kamu yang suka ngejahilin dia tau!" Yuna menyangkal pendapat Lily barusan.Cia lalu melambaikan kedua tangannya ke arah kamera, seakan-akan menyapa para penggemarnya dengan penuh semangat. Gadis-gadis lain kagum akan keberanian yang Cia punya, tidak malu ketika melakukan pose-pose berani barusan.Ketika giliran selesai Cia bergabung kembali ke yang lain, berganti ke Valentin."Kamu gak malu kah, bikin pose begitu?" sambut Wulan."Ngapain malu? Aku kan emang malu-maluin!" ucap Cia, memberikan pose double V-nya lagi."Dasar..."Valentin, dengan gaya elegan nan berkelas, menunjukkan pose-pose yang lebih anggun dan menawan. Mengenakan baju putih berenda berpita serta rok hitam selutut, ia memberikan kesan elegan yang berbeda dari Cia. Setiap pose yang ditampilkan oleh Valentin mencerminkan kematangan dan pesonanya sebagai seorang wanita dewasa. Kameramen dengan cepat menangkap momen-momen indah tersebut, menciptakan rangkaian foto yang memukau."Cantik banget ya Valentin.""Iya, posenya pun bagus-bagus loh."Gadis-gadis lain memuji pertunjukan Valentin di atas karpet tersebut, terpukau oleh pesona sang wanita dewasa. Begitu Valentin selesai, giliran Yuna datang. Ia melangkah ke depan kamera dengan aura yang berbeda dari anggota lainnya. Mengenakan seragam sekolah yang tertutup oleh cardigan, Yuna memancarkan pesona gadis SMA yang misterius. Ia menatap sayu ke arah lain, seolah tengah merenungkan sesuatu yang begitu mendalam.Setiap kali kameramen mengambil foto, Yuna semakin mendalami karakternya, menunjukkan ekspresi wajah yang penuh dengan emosi yang tersembunyi. Matanya yang sayu mencerminkan kesedihan yang sulit dijelaskan, seolah-olah dia tengah melamunkan masa lalu yang penuh pilu, namun indah.Begitu kameramen memberikan tanda bahwa pemotretan Yuna selesai, Lea memberi isyarat pada Isla untuk segera berjalan menggantikannya. Saat dia berdiri di depan kamera, wajahnya tetap datar, namun ada sesuatu yang menarik dalam keheningannya. Meski awalnya tampak kurang mengesankan untuk sebuah pemotretan, saran Rian untuk menaruh tangan di dagu memberikan perubahan besar."Bagus Isla, sekarang tunjukin hasil latihanmu!" ucap Rian dari belakang kameramen.Dengan tangan di dagu dan bibir yang terangkat sedikit, Isla berhasil menciptakan kesan yang memikat. Senyum tipisnya menambahkan elemen misteri, seolah-olah dia menyembunyikan sesuatu di balik ketenangannya. Pose ini menjadikan Isla penuh kejutan dalam setiap jepretan, menghadirkan kontras yang menarik antara ketenangan wajahnya dan ekspresi halus yang ditunjukkannya."Apa... begitu bagus?" Isla bertanya pada Rian selepas pemotretannya selesai."Bagus kok! Kamu bisa kan kalo mencoba!""Iya... kah? Terimakasih..." ucapnya begitu pelan sebelum meninggalkan Produsernya dalam kesenangan.Terakhir ialah Celi, dirinya yang tengah terlelap tidur di dekat dinding segera dibangunkan oleh Lea. Celi yang sebelumnya terlihat malas dan mengantuk, langsung berubah ketika diberikan aba-aba untuk memulai pemotretan. Wajahnya yang tampak lesu seketika memancarkan aura percaya diri dan pesona yang luar biasa. Seolah-olah ia langsung menghidupkan mode bintangnya, dengan cepat menunjukkan pose-pose yang menakjubkan.Berbalut pakaian yang menonjolkan pesona tubuhnya, Celi dengan cerdik menyoroti pusar dan pahanya sebagai penarik perhatian. Setiap pose yang ia peragakan begitu memukau, seakan tahu betul bagaimana memanfaatkan setiap sudut tubuhnya untuk menciptakan gambar yang menawan."Sip! Lagi! Lagi! Bagus banget! Ya!"Kameramen sendiri tampak terlalu semangat dalam memotret Celi, sampai tidak sadar menghabiskan waktu cukup lama untuk mengambil gambarnya. Berkali-kali ia terfokus pada Celi, terpesona oleh setiap gerakan dan pose yang diperlihatkan gadis itu."Sempurna! Pertahanin posisimu! Oke, sekarang coba dikit miringin tubuhmu. Bagus, bagus sekali!" seru kameramen begitu semangat.Setelah menyelesaikan agenda pemotretan, para gadis RP710 mengucapkan terima kasih kepada setiap staff studio. Meski sempat terjadi masalah sebelumnya, Rian mengajarkan kepada mereka untuk tetap menjaga profesionalisme dan hubungan antar satu sama lain. Saat naik ke dalam mobil, suasana penuh semangat dan kegembiraan memenuhi kendaraan tersebut."Cukup malu juga ternyata ya di foto gitu, diliatin yang lain loh." Ujar Lily."Buat latihan kalian, soalnya pas tampil bakal lebih banyak yang liatin. Setiap gerakan kalian bakal diawasi loh." Celi menggoda setiap gadis."Kira-kira jadi kapan ya fotonya?" tanya Wulan tidak sabar.Sementara Lea dan Rian duduk di depan, mendengarkan obrolan para gadis dengan perasaan senang. Mereka merasa lega dan bangga karena sesi pemotretan berjalan lancar dan setiap gadis menikmati pengalaman tersebut."Buat fotonya, mungkin bakal jadi besok atau lusa. Gak usah risau, kalian semua sudah bekerja keras hari ini. Aku sudah cek hasil foto kalian semua dan bagus-bagus kok. Maka dari itu, pastikan kalian istirahat cukup malam ini, besok kita akan mulai jadwal latihan seperti biasa." Ucap Rian sembari terus fokus menyetir.Serentak, setiap gadis menjawab dengan penuh semangat, "Baik, Produser!"