Setelah memberikan laporan mengenai kesuksesan RP710, Rian menyadari bahwa ada masalah logistik yang perlu segera diatasi. Mengingat anggota grup mereka berjumlah sepuluh orang, tempat latihan yang jauh dari lokasi kantor, serta kebutuhan untuk sering berpindah tempat, hal ini jelas memakan banyak biaya dan waktu. Maka dari itulah Rian dan Dara memutuskan untuk membuat proposal agar bisa mendapatkan dukungan dari Apollo Production, berharap bisa memperoleh mobil untuk transportasi.Dara bekerja keras untuk menyusun proposal yang meyakinkan. Sementara Rian datang langsung ke kantor sembari memohon dengan sungguh-sungguh kepada CEO Apollo Production, menjelaskan betapa pentingnya transportasi yang efisien bagi perkembangan grup idol mereka. Usaha keras Dara dan Rian akhirnya membuahkan hasil. RP710 berhasil mendapatkan hibah mobil dari Apollo Production. Sehingga pada hari ini mereka memutuskan untuk mengambil mobil yang dipinjamkan dari kantor.Namun, kegembiraan mereka segera dihadapkan dengan masalah baru saat mereka tiba untuk mengambil mobil tersebut. Mobil yang diberikan ternyata adalah mobil manual."Aduh, aku ga bisa pake mobil manual... kalau Dara gimana?""Saya selama jadi supir bapak CEO selalu pakai mobil matic...""Berarti cuma ada satu cara...."Dengan berat hati, Rian segera menelepon Lea yang tengah mengurusi setiap idol. Bukannya mendapatkan kabar baik mengenai kedatangan mobil baru, justru ia mendapati kabar menggelikan dari Rian. Tentu saja Lea segera membalas pria tersebut dengan penuh kesal."YANG BENER AJA?! MASA KAMU GA BISA MOBIL MANUAL?!" teriakan Lea terdengar sampai keluar dari layar."Aku... ga mahir... keseringan pakai matic, udah lupa gimana pakai yang manual...""Apa-apaan, masa cowok cuma bisa mobil matic?! Ah payah kamu, Produser payah!"Telepon segera ditutup oleh Lea, Rian hanya dapat diam mematung ketika harga dirinya sebagai lelaki dijatuhkan oleh Lea. Kedatangan Lea beruntung tidak memakan waktu lama, dalam sepuluh menit ia sampai di lokasi mereka berdua dan langsung mengambil alih kemudi."Mikrobus tipe SELF ya, ini mobil bisa muat sampai 15 orang sih... walau... yang dikasih versi paling awalnya. Mobil tua..." komentar Lea begitu dia memasuki ruang kendali.Saat menyalakan mesin, Lea mendapati sedikit kesulitan karena tidak mau bergerak. Tanda indikator mobil menunjukkan warna tidak mengenakkan pada bagian mesin, menandakan bahwa terdapat anomali."Ko-Kok kamu keliatan ragu gitu Lea, mobilnya aman kan?" di sampingnya Rian begitu khawatir."Mesinnya perlu direparasi, kudu agak dirombak.""Hah?! Yang benar saja, masa kita dikasih mobil bekas!" Dara tidak percaya mengenai hal tersebut."Walo gitu, bisa dipake kok buat kegiatan, sementara doang tapi. Pas hari libur nanti coba tak reparasi.""Dana lagi, dana lagi...""Sama, Produser... mulai dari sekarang kamu kudu ikut latian mengemudi bareng aku.""Yang bener aja..."Dengan Lea di belakang kemudi, mereka akhirnya bisa membawa mobil tersebut kembali ke kantor. Perjalanan tersebut penuh oleh sekelompok orang dewasa yang saling pusing satu sama lain. Walau terdapat masalah demi masalah yang mereka dapati, tapi setidaknya dengan mobil bekas ini mereka bisa menghemat waktu dan biaya, serta memastikan bahwa para idol mereka bisa tiba di tempat latihan dengan lebih nyaman dan aman."Seenggaknya kita punya mobil." Ucap Jasmine sembari menyenderkan wajahnya di dekat jendela mobil."Iya ya, kupikir kita bakal jalan atau naik kendaraan umum buat ke tempat latihannya!"Ketika para idol saling mengobrol satu sama lain di belakang, Lea dan Rian hanya dapat diam mengalihkan pandangan satu sama lain. Beruntunglah mereka bisa mendapatkan mobil ini sebelum sempat dimulai sesi latihannya, kalo semisal belum dapat, maka kredibilitas agensi RP710 bisa diragukan sepenuhnya."Hari ini latian tari ya... aku agak ragu loh... aku gak bisa nari...""Tenang aja Kirana... aku juga gak bisa kok.""Masa? Padahal kamu keliatan kaya bisa loh, Sofi.""Beneran, waktu audisi aja aku gerak ngasal, seingetku aja.""Ekhem, Kirana... Sofi... kalian kayanya lupa lagi ya—" Yuna tiba-tiba memotong pembicaraan kedua gadis tersebut."Ah iya—""Lupa... kita gak lagi pakai nama asli ya..."Pada sesi pembuatan image kemarin, agensi RP710 juga menetapkan kebijakan mengenai penggunaan nama panggung bagi setiap idol. Nama panggung ini dipilih untuk membantu meminimalisir risiko pembocoran data pribadi dan juga untuk memperkuat karakter masing-masing idol yang telah ditetapkan. Setiap nama panggung dipilih dengan persetujuan kedua pihak, baik dari idol sendiri maupun agensi. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa para idol merasa nyaman dan bisa mengidentifikasi diri dengan nama baru mereka. Namun, karena kebijakan ini baru saja diterapkan, banyak dari para gadis yang masih lupa untuk saling memanggil dengan nama panggung mereka."Bikin repot aja...""Bukannya Jasmine itu nama panggungmu ya, sekarang jadi Istar... kalo gasalah.""Makanya malesin..."Menyaksikan wajah kesal milik Istar tersebut justru membuat Valentin semakin tertarik untuk mengganggunya. Nama panggung yang telah ditetapkan antaranya ialah Reine sebagai Rain, Tiara sebagai Cia, Sandra sebagai Isla, Puspa sebagai Dewi, Citra sebagai Valentin, Jasmine sebagai Istar, Sofi sebagai Wulan, Kirana sebagai Lily, Celine sebagai Celi, dan atas permintaan Yuna sendiri Yuna tetap memakai nama aslinya.Rian berbalik ke belakang sembari berkata, "Mulai hari ini kita bakal pakai nama panggung kalian. Ini bukan soal demi bikin kalian semakin memahami karakter idol kalian, tetapi juga demi keamanan pribadi.""Me-memangnya kalau ketauan apa yang bakal terjadi?" Dewi menanyakan hal tersebut kepada Rian dengan wajah penuh cemas."Pokonya hal yang gak ngenakin... dan bikin trauma deh, lebih baik ngikut aja Dewi..." Celi yang tengah bersantai di kursi empuk menjawab dengan matanya terpejam.Berkat perkataan Celi tersebut, gadis lain jadi saling bertukar ketakutan satu sama lain. Berniat untuk sebisa mungkin menjaga nama mereka dan mulai menggunakan nama panggung dari detik ini juga. Meski terdapat satu orang yang tampaknya tidak peduli sama sekali mengenai hal tersebut, yaitu Yuna yang masih memakai nama asli. Baginya, ia ingin dikenal sebagai dirinya yang asli untuk bisa mewujudkan impian terbesarnya meski risiko akan menantinya sekalipun.Sesampainya di tempat latihan tari, para gadis disambut dengan hangat oleh Ruri, tentu saja banyak di antara mereka yang tahu dari audisi. Rian segera memperkenalkan Ruri secara resmi sebagai pelatih tari bagi RP710."Kak Ruri akan menjadi pendamping kalian sebagai pelatih tari ke depannya. Dia bakal bimbing kalian dengan lihai sebab mantan pelatih tari grup dance cover Kawaii Sekai.""Halo halo semua! Oh~ dari wajah-wajahnya keliatan pada malu sama cemas nih. Santai aja, selama latian kalian ga perlu malu-malu atau takut nunjukin kebolehan kok. Soalnya aku dah tau dan paham sejauh mana kemampuan kalian, hehe.""Aaaa! Kenapa...""Malu... aku bener-bener malu...""Yang bener aja...""Dah kuduga pasti bakal gini..."Banyak di antara gadis itu yang langsung menyuarakan isi hati mereka, bagaimana tidak, banyak di antara mereka yang menunjukkan tarian begitu memalukan semasa audisi. Ketika mendapati juri yang menyaksikan tarian tersebut jadi pelatih mereka untuk seterusnya tentu menjadikan itu hal yang paling dihindari."Kalian bisa ganti dulu di ruang ganti sana, pada bawa baju ganti kan?" Ruri lantas menunjukkan kepada para gadis tersebut ruangan untuk berganti pakaian.Para gadis kemudian berganti ke pakaian latihan yang telah disiapkan sejak dari kantor. Setelah semuanya siap, latihan pun dimulai. Rian dan Lea mengamati mereka dari sudut ruangan, memantau perkembangan setiap idol dengan seksama."Tu wa ga, tu wa ga! Ayo mulai lagi, itu kamu, Tia— eh Cia ya sekarang! Ya, Cia sama Yuna, jangan kira aku ga bisa liat dari depan ya!""Yang semangat! Ayo sekali lagi pemanasan! Kalian kaku banget deh!"Meskipun latihan dimulai dengan gerakan dasar yang ringan, banyak dari gadis-gadis itu yang masih kesulitan mengikuti. Dari semua yang berlatih, hanya Celi, Rain, dan Valentin yang mampu mengikuti gerakan tanpa kesalahan, menunjukkan kelancaran dan koordinasi yang baik. Ketiga gadis tersebut mampu bergerak dengan ritme yang tepat, menunjukkan hasil jujur dari potensi mereka. Sedangkan di sisi lain Istar dan Isla terlihat paling kesulitan. Mereka cepat kelelahan dan sering salah dalam mengikuti gerakan, bahkan beberapa kali terjatuh. Beberapa kali Ruri memberikan instruksi bahkan membantu mereka langsung dalam melakukan gerakan demi gerakan."Yah... masih awal-awal juga... wajar kalau masih banyak kesulitan." Ujar Lea."Benar, tapi kayanya si Istar sama Isla perlu perhatian khusus deh, stamina mereka kurang banget.""Bisa dibahas nanti sama Ruri, tapi buat sekarang, selama seminggu ke depan kita pantau dulu baru bikin evaluasi."Baik Rian dan Lea mengangguk satu sama lain, menuliskan catatan pada buku mereka. Saat latihan berakhir, Ruri mengumpulkan semua gadis untuk memberikan umpan balik."Mayan, mayan buat hari pertama kalian. Beberapa ada yang bisa dan banyak yang belum bisa ngikutin. Tapi tenang dan selalu ingat, kalo ini baru permulaan. Yang paling penting dari latihan itu jangan pernah menyerah. Kalian semua punya potensi kok, aku paling tau soal itu."Kata-kata Ruri terasa seperti angin sepoi-sepoi yang menyegarkan bagi mereka, meski kelelahan tetap terlihat jelas pada wajah setiap gadis setelah sesi latihan yang cukup berat. Banyak dari mereka membaringkan tubuh lemas di lantai, duduk tertelungkup, dan berusaha mengatur napas mereka. Ruri kemudian memimpin mereka dalam sesi pendinginan untuk menurunkan penat dan mengurangi risiko kram otot.Setelah cukup beristirahat, para gadis mulai bangkit dan menuju ruang ganti untuk berganti pakaian. Di ruang ganti, suasana sedikit lebih santai. Mereka saling mengobrol tentang latihan barusan, membicarakan beratnya sesi latihan serta gerakan sulit yang baru mereka ingat. Dewi, yang memperhatikan Yuna sedang kesulitan melepas bajunya, segera datang untuk membantunya.Saat membantu Yuna, Dewi tidak sengaja melihat bekas luka di lengan Yuna. Kekhawatiran segera terlihat di wajah Dewi. Dengan suara lirih agar tidak terdengar oleh yang lain, Dewi bertanya, "Yuna, lenganmu... ada luka. Kamu gapapa? Atau perlu—"Yuna yang sadar bahwa bekas luka yang ada di lengan terlihat oleh Dewi segera menutupinya sembari tersenyum kecil."Oh, itu cuma bekas luka lama kok, dulu aku pernah jatuh... ahaha. Ga perlu khawatir kak." Ucapnya berusaha menenangkan Dewi.Perkataan tersebut bukanlah demi menenangkan Dewi tetapi lebih ke agar Dewi tidak mengetahui kebenaran sebenarnya. Yuna sebenarnya menyembunyikan fakta bahwa bekas luka itu berasal dari pengalaman bullying di sekolahnya, luka tersebut adalah salah satu dari banyak luka lain yang tersembunyi di lengannya. Dia merasa takut dan malu jika luka itu diketahui oleh orang lain, khawatir hal itu bisa menurunkan pesonanya sebagai seorang idol. Selama ini, Yuna selalu berusaha menutupi luka tersebut dengan memakai baju atau aksesori yang bisa menutupi sekujur lengan."Begitukah, kalo misal sakit atau kenapa-napa bilang ya. Aku bakal bantu kok." Dewi berkata dengan begitu lembutnya.Yuna mengangguk, dia tahu bahwa Dewi benar-benar peduli terhadapnya tetapi rahasia ini harus dia simpan untuk dirinya sendiri tidak boleh ada yang tahu."Makasih banget, kak Dewi. Aku akan ingat itu."Saat Dewi dan Yuna sedang berbicara, tiba-tiba terdengar kehebohan dari sisi lain ruang ganti. Para gadis berkumpul dan saling mengagumi lekuk tubuh Wulan yang begitu atletis ketika ia melepas bajunya. Rain, dengan penuh rasa ingin tahu, bertanya,"Wulan, gimana caranya perutmu berotot kaya gitu?"Istar yang sangat penasaran dan baru pertama kali menyaksikan seorang cewek punya otot perut segera datang sembari bertanya,"Boleh gue sentuh? Boleh gak? Kok bisa gitu, perutnya kok bisa gitu!"Wulan heran menyaksikan reaksi berlebihan dari setiap gadis di hadapannya, menurut Wulan sendiri ia memiliki tubuh yang sama seperti mereka, gak begitu beda."Aku sama kaya kalian kok, gadis sma biasa. Abis bangun tidur, aku selalu jogging pagi... trus berangkat sekolah yang jaraknya 10km pake sepeda. Pulangnya kerja sambilan nganter paket kesana sini pakai sepeda juga... trus..."Lily yang sangat merasa bahwa dirinya adalah gadis SMA paling biasa di antara semuanya terlihat begitu kesal mendengar hal tersebut dan langsung menyangkal."Mana ada cewek SMA yang ngelakuin keseharian segila itu...""Eh iyakah?""Iya lah, masa iya iya dong!"Mendengar jawaban serta saling timpal antara Wulan dan Lily setiap gadis tertawa kecil, suasana ruang ganti berubah menjadi lebih santai daripada sebelumnya. Saat Valentin berbalik untuk berganti baju, matanya tak sengaja tertuju pada Dewi yang ada di sampingnya. Sebelumnya, Valentin merasa cukup bangga dengan lekuk tubuhnya yang menurutnya lebih bagus dibandingkan dengan cewek lain. Tetapi segalanya berubah ketika melihat tubuh Dewi yang ternyata menyimpan "senjata pamungkas" di balik bajunya. Valentin yang tadinya mengira hanya Istar yang akan menjadi rival utamanya, kini menyadari bahwa Dewi juga merupakan pesaing yang kuat, ibarat serigala berbulu domba. Di balik penampilannya yang sederhana, Dewi memiliki postur yang sangat mengesankan, membuat gadis tersebut merasa tersaingi."Kak Puspa... tubuhmu mantap juga..." ucap Valentin dengan suara cukup tinggi, membuat setiap gadis menaruh mata kepadanya.Sekali lagi keributan terjadi, semuanya mengerubungi Dewi menunjukkan kekagumannya terhadap tubuh yang ia miliki. Dari luar ruangan keributan mereka bisa terdengar ke telinga Lea, waktu lama yang mereka habiskan untuk ganti baju semakin membuatnya risih sehingga mau tidak mau Lea harus masuk sendiri ke dalam. Ketika Lea masuk, yang ia saksikan bukan para gadis yang tengah berganti baju, melainkan mereka yang saling menyanjung Dewi, membuat Dewi merasa sangat malu."Kok kalian malah ngerubungi Dewi! Cepetan ganti! Masih ada jadwal lain abis ini!""Manajer... tolongin dong..." Puspa dengan wajah memelasnya meminta bantuan kepada Lea yang baru masuk."Ya..." Segera setiap gadis pun pergi dari Puspa begitu Lea menunjukkan wajah kesalnya.Demi menjawab janji mereka Lea tetap berdiri di belakang pintu tertutup, mengawasi mereka agar benar-benar ganti baju. Saat melihat ke sekitar, sesuatu menarik perhatian Lea. Ia melihat sebuah luka lebam di pinggang Isla. Ia begitu penasaran terhadap lukanya, tetapi tidak bisa menanyakan hal tersebut di tengah banyaknya gadis lain, mau tidak mau harus menunggu sampai mereka selesai ganti."Makasih banyak ya Ruri! Kita bakal jumpa... hari Kamis depan!" Rian tidak lupa memberikan terima kasihnya saat beranjak pergi dari tempat latihan.Ketika setiap gadis mulai berjalan ke arah mobil, Lea perlahan mendekati Isla yang berjalan begitu pelan di belakang. Mendapati momen yang tepat, akhirnya mulai bertanya."Isla, tadi kuliat di pinggangmu ada luka. Kamu gapapa?" tanya Lea dengan pelannya.Isla sadar bahwa ternyata luka yang ia sembunyikan dapat ketahuan oleh Lea, yang seorang manajernya sendiri. Sehingga ia langsung menutupi bagian luka tersebu dan menjawab dengan begitu gugup."A... aku gapapa... ini... itu... e...""Lukanya bukan dari latian tadi kan? Kalo semisal sakit, aku bisa ban—"Tanpa menjawab sama sekali, Isla segera berlari menjauh dari Lea, berlari sekencang mungkin menuju ke mobil dan menyerobot gadis yang lain. Tindakan tiba-tiba Isla tersebut tentu membuat setiap gadis bingung, tetapi kebanyakan hanya menanggapi dengan candaan yang mengatakan Isla ingin duduk di bagian paling belakang mobil dimana tempat situ paling dingin. Lea terdiam bagai batu ketika menyaksikan hal tersebut, menanamkan apa yang baru saja ia dapati untuk dirinya sendiri.Selepas sesi latihan pertama yang cukup melelahkan, para idol kini bersiap untuk menjalani sesi latihan kedua mereka. Jadwal latihan telah disusun sebegitu rinci, mereka akan berlatih sebanyak empat kali dalam seminggu, dengan satu hari latihan berlangsung selama empat jam. Latihan dimulai pukul 16.00 hingga 18.00 untuk sesi pertama, dilanjutkan dengan istirahat selama setengah jam. Sesi kedua dimulai pukul 18.30 dan berlangsung hingga pukul 20.30. Perubahan jadwal mungkin saja bisa terjadi apabila terdapat agenda khusus, seperti tampil live yang bisa ditambah harinya.Bentuk latihan pun begitu variatif, karena kebanyakan masih idol baru itu diperlukan demi bisa membentuk mereka menjadi idol yang serba bisa. Jadwal latihan mencakup latihan koreografi atau tari, pelatihan karakter dan kreativitas bersama Lea, latihan menyanyi, dan evaluasi yang diadakan pada akhir minggu untuk menilai perkembangan mereka. Pada hari tanpa adanya jadwal latihan, tim staff RP710 akan sibuk melakukan promosi dan kegiatan lain yang berkaitan dengan perkembangan dan publikasi agensi.Setelah latihan pertama, para gadis kini dalam perjalanan kembali ke agensi untuk beristirahat sejenak sebelum melaksanakan sesi kedua. Di dalam mobil, suasana begitu lengang sebab kebanyakan dari mereka tengah memejamkan mata. Tentu latihan tari pertama terasa begitu berat bagi kebanyakan idol baru sehingga baik Lea dan Rian begitu memakluminya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sesampainya di agensi, mereka segera beristirahat. Beberapa dari mereka mengambil kesempatan ini untuk makan ringan, sementara yang lain duduk dan berbicara, untuk sekedar membahas kehidupan pribadi atau penasaran latihan seperti apa yang akan menanti mereka sehabis ini."Sof— Wulan, kamu seriusan makan itu doang?" Lily bertanya pada Wulan yang kedapatan hanya makan pisang sewaktu istirahat."Hm? Iya, aku cuma punya ini. Kamu mau kah?"Kirana justru bingung kenapa Wulan malah menawari pisang yang tengah dimakannya tersebut. Padahal gadis lain terlihat tengah makan makanan lainnya yang cukup bisa mengenyangkan, karena agak kasihan ia menawarkan sesuatu padanya."Mau roti lapisku gak?""Ho? Boleh kah?""Ya, cobain aja."Tanpa menunggu lama Wulan segera menerima tawaran Lily, sementara Lily meminta pendapat padanya. Wulan yang kelaparan tentu saja langsung bilang enak dan roti tersebut habis dengan dua gigitan saja, rupanya roti tersebut dibuat sendiri oleh Lily sehingga ia cukup penasaran mengenai pendapat orang lain. Setiap cewek lain pun ditawari roti yang dibuat olehnya, karena ia membawa ada cukup banyak.Lea, yang memperhatikan interaksi mereka, tersenyum. Dia merasa senang melihat kebersamaan yang mulai terbentuk di antara para gadis. Saat jam menunjukkan pukul 18.30, ia berdiri dan memanggil semua idol untuk bersiap memulai sesi latihan karakter."Oke, istirahatnya dah cukup kan? Abis ini kita ke sesi latihan karakter, kita pakai ruangan yang ada di kantor ya.""Yaa~" setiap gadis menjawab dengan seksama.Para gadis dengan cepat merespons dan berkumpul di ruang latihan. Lea mulai sesi dengan sedikit nasihat sembari menunggu Rian memasuki ruangan."Buat jadi idol, kalian perlu bangun keunggulan yang kalian punya buat ditunjukin ke penggemar. Ingat, jadi idol bukan cuma soal nyanyi dan nari, tapi juga tentang gimana kalian tunjukin diri kalian sebagai idol dan berinteraksi sama penggemar."Rian pun masuk ke ruangan, kini ia memakai sebuah baju kemeja biasa melepaskan jas biru yang biasa dikenakan. Di sesi ini ia berperan sebagai seorang fans dengan setiap idol berusaha untuk menunjukkan karakter mereka pada Rian. Sebelumnya, setiap idol akan ditunjukkan cuplikan atau gambaran mengenai bagaimana karakter yang akan mereka pakai, kemudian mereka harus mencoba meniru atau mempraktekan bagaimana karakter tersebut berbicara serta berperilaku."Oke, pertama Rain. Coba kamu praktekin ke hadapan Produser."Rain mendapat giliran pertama. Dia ditugaskan untuk memerankan karakter seorang cewek SMA centil yang suka jahil. Cuplikan video yang telah disaksikan menunjukkan seorang gadis dengan sikap riang, penuh energi, dan usil terhadap teman-temannya. Seusai mendapatkan poin-poin pentingnya, kini gadis tersebut berdiri mantap demi mengejar targetnya, yaitu Produsernya sendiri. Sebisa mungkin, ia harus menghilangkan pandangannya mengenai Rian sebagai Produser, sebab kini pria itu hanyalah seorang penggemar.Rain mulai memeragakan karakter gadis usil di hadapan Rian. Ia menurunkan badannya ke depan, menatap langsung ke mata Rian dengan seringai mengejek. "Kok bisa ya kamu punya rambut seaneh itu, payah banget." katanya dengan nada merendahkan.Rian tidak mau kalah, menjawab dengan santai, "Memangnya kenapa kalau rambutku aneh?"Rain segera menimpali dengan cepat, "Kamu gak bakal disukai cewek kalau rambutmu kayak gitu. Makanya jadi cowo payah sama gak populer." Ucapan itu langsung membuat Rian terdiam, wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut. Mendapati jawaban yang tidak terkira itu, beberapa gadis tertawa kecil, termasuk Lea yang menutupi mulutnya dengan tangan.Tetapi sandiwara Rain belumlah selesai, tiba-tiba saja Rain berjalan melewati Rian lalu berbalik dan berkata dengan suara lembut, "Tapi, walo banyak orang ga suka rambutmu, cuma aku doang kok, yang suka."Lea langsung menunjukkan apresiasi, matanya berbinar dan memberikan tepuk tangan singkat. Gadis-gadis yang menyaksikan tidak menyangka bahwa Rain benar-benar menunjukkan peran yang sangat bagus dalam waktu sesingkat itu. Rian hanya bisa tersenyum, memberikan jempol kepada Rain.Wajah Rain tidak bisa menyembunyikan senyum sombongnya yang penuh kemenangan. "Aktingnya sih dah selesai, tapi apa ini ya, jadi gini rasanya menang," katanya dengan penuh keyakinan.Rian tentu saja tidak bisa menganggap remeh hal tersebut. Selepasnya memberikan sebuah komentar yang begitu panjang."Soal aktingmu tadi emang bagus, tapi kalo bisa—"Komentar yang dijelaskan Rian begitu panjang sehingga membuat Rain merasa bahwa kemenangan yang ia peroleh hanyalah fana belaka. Baik Lea dan para idol lain terdiam menganga saat mendengarkan ocehan panjang Rian yang mungkin hampir memakan waktu lebih dari 5 menit apabila Lea tidak menghentikannya. Kalau membahas mengenai idol dan karakter, Rian memang tidak bisa dianggap remeh, standarnya begitu tinggi dan rupanya penampilan Rain yang dianggap sudah bagus oleh mereka dipandang masih tingkat dasar oleh Produser mereka sendiri.Setelah itu, giliran gadis lainnya. Setiap gadis harus memerankan karakter yang berbeda, mulai dari gadis pemalu, gadis pemberani, hingga gadis yang sangat ceria dan energik. Masing-masing dari mereka menunjukkan pemahaman mereka terhadap karakter tersebut, mencoba memerankannya dengan sebaik mungkin. Wulan mendapat peran sebagai gadis yang sangat ceria dan energik. Sehingga sebisa mungkin ia menunjukkan wajah penuh semangat berseri, seperti menyapa dengan suara keras, dan sebisa mungkin menunjukkan bahwa ia sangat suka mengobrol dengan Rian. Isla, meski begitu canggung, berusaha memerankan gadis pemalu yang mencoba keluar dari cangkangnya. Dia berbicara dengan suara lembut dan gerakan yang hati-hati, menunjukkan sisi manis dari karakternya.Setelah semua gadis selesai, Lea memberikan umpan balik kepada setiap orang, menyoroti kelebihan dan area yang perlu diperbaiki. Di bidang ini terdapat beberapa gadis yang mampu menunjukkan karakter mereka sehingga diapresiasi langsung oleh Produser. Cia menunjukkan kemampuan akting yang sangat tinggi dalam memerankan karakter loli hiperaktif. Dengan suara cempreng dan energi yang meluap-luap, Cia benar-benar menghidupkan karakter tersebut. Pemahamannya yang mendalam tentang karakter ini, yang sering ia lihat di anime, membuatnya mampu memerankannya dengan bagus, Setiap gerakan dan intonasi suaranya terasa cocok bagi dirinya.Dewi juga memukau dengan imagenya sebagai kakak perempuan yang penuh lemah lembut. Sebab dirinya yang sering berbuat baik dan gampang dekat dengan anak kecil mampu mencerminkan karakter kakak dengan begitu baik. Dewi menunjukkan sikap yang tenang dan penuh kasih sayang, membuat karakternya terasa sangat nyata dan menyentuh. Serta terakhir adalah Valentin, ia bisa memerankan gadis dewasa yang penuh anggun dengan sangat meyakinkan. Karakternya yang penuh jebakan dan rayuan mematikan bagi lawan jenis ditampilkan dengan elegan dan mempesona. Setiap gerakan dan kata-katanya penuh dengan pesona dan daya tarik, membuat semua yang menyaksikan geregetan.Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Seluruh kegiatan pada hari itu akhirnya selesai. Para gadis berkumpul di ruang istirahat kantor, mendengarkan Rian yang memberikan evaluasi dan nasihat untuk ke depan. Seusai diperbolehkan untuk pulang mereka segera berkemas-kemas untuk pulang ke rumah masing-masing. Mereka menuruni tangga dengan langkah lelah namun penuh bahagia. Beberapa dari mereka berkata begitu lega,"Akhirnya, latihan hari ini selesai juga.""Iya... capek sih, tapi asyik.""Meski capek banget, tapi ntah kenapa nyenengin. Jadi ga sabar latihan lagi besok.""Kalo latihan yang lain sih aku ga sabar, tapi kalo nari... aku mending engga deh.""Ahahaha...!!!"Di antara percakapan dan canda tawa, ada rasa kebersamaan yang kuat. Meskipun mereka datang dari latar belakang yang berbeda, tujuan mereka untuk menjadi idol menyatukan mereka. Hari ini pun semuanya akan saling berpisah menuju ke jalan pulang masing-masing, walau alamat mereka berbeda, semangat untuk bertemu lagi esok hari terasa kuat di antara setiap idol.Malam itu, para gadis pulang dengan perasaan campur aduk antara lelah dan antusiasme. Mereka tahu bahwa hari-hari penuh kerja keras masih menunggu, tetapi mereka juga tahu bahwa setiap langkah kecil membawa mereka lebih dekat ke panggung besar yang mereka impikan. Dreamy Festival di bulan Agustus menjadi tujuan yang jelas di depan mata, dan dengan semangat serta kerja keras, mereka percaya bahwa mereka bisa mencapainya.