Chereads / World Destruction I : Initium Viae / Chapter 2 - 1. End of a New Beginning

Chapter 2 - 1. End of a New Beginning

Setelah konflik yang disebabkan oleh Shion di kastil Raja iblis semakin memanas, Eliza dan Shion memutuskan untuk meninggalkan dunia iblis dan menjelajahi dunia asing yang belum pernah mereka ketahui.

Rencana penjelajahan mereka ini mulai terbentuk ketika Eliza telah berhasil menciptakan suatu sihir portal dimensi yang dikembangkan dari artefak milik Raja Iblis, yaitu Cermin astral. Meski keduanya memiliki fungsi yang sama, namun sihir ini lebih fleksibel secara kegunaan.

Sihir yang berhasil dikembangkan ini bernama Gerbang Astral. Berbeda dengan Cermin Astral yang dapat menghubungkan dunia iblis dengan dunia asing yang sebelumnya sudah saling terhubung, Gerbang Astral ini mampu menghubungkan dunia iblis dengan dunia asing secara acak.

Mekanismenya pun jauh lebih rumit dan membutuhkan lebih banyak daya sihir dari pada menggunakan Cermin Astral. Bahkan, saat Eliza pertama kali menguji coba teknik sihir barunya ini, ia sempat tak sadarkan diri selama dua minggu lamanya sebab kehabisan energi sihir yang ia miliki.

Hal ini tidak menutup kemungkinan jika itu adalah manusia, atau iblis tingkat biasa yang menggunakan teknik sihir ini, mungkin mereka akan mati kehabisan daya hidupnya yang diubah menjadi energi sihir karena minimnya kapasitas energi sihir mereka.

Dalam proses mengaktifkan Gerbang Astral, Eliza memanfaatkan pertalian dengan elemen alam untuk membangun gerbang ini. Dia memanipulasi energi alam semesta dan menggunakan kekuatan dari unsur-unsur seperti api, air,  tanah, dan udara untuk membentuk jalur dan jembatan antar-dunia.

Selain itu, proses Quantum Entaglement sangat berperan penting dalam perpindahan tubuh dan jiwa mereka ke dunia yang dituju. Dengan kata lain, Gerbang Astral ini hampir mirip dengan Lubang Cacing pada teori fisika.

Ini adalah salah satu mahakarya yang berhasil diciptakan oleh Eliza. Tidak ada satu pun iblis di dunianya yang mampu menciptakan gerbang antar ruang dan waktu ini. Hanya dengan menggunakan Gerbang Astral, mereka dapat dengan mudah melintasi dunia asing dengan waktu singkat.

Di dunia yang asing bagi mereka, Eliza dan Shion berkelana untuk mencari petunjuk atas keberadaan Calestia untuk berhadapan langsung dengan jajaran Entitas Kosmik.

Di alam semesta ini, Entitas Kosmik terbagi menjadi dua jenis, yaitu Ancient God dan Artheria. Kedua eksistensi tersebut berkuasa atas kemegahan alam semesta. Konon, beberapa dari Entitas Kosmik ini mampu menggenggam puluhan galaksi hanya dengan satu telapak tangan.

Entitas Kosmik memiliki suatu perkumpulan yang bernama Perkumpulan 11 Dewa Dewi Surgawi, atau disebut Assembly of Celestials. Mereka berkumpul dalam suatu tempat di dalam dimensi tertinggi yang disebut sebagai Calestia, atau lebih dikenal sebagai Surga.

Meski Eliza dan Shion menyadari keagungan para Entitas Kosmik dari kisah yang mereka baca, namun bukan berarti itu memudarkan semangat mereka untuk mencari petunjuk atas jawaban yang selama ini mereka cari.

Eliza dan Shion menginginkan sebuah alasan dari para dewa yang menurunkan utusan Mereka, yaitu malaikat, untuk menciptakan bencana di dunia iblis. Selain itu, Eliza juga merasa ada yang janggal dari konflik panjang ini.

Di mata Eliza, malaikat sebagai utusan entitas dewa atau entitas kosmik, mereka dianugerahi kekuatan yang luar biasa. Seharusnya, bagi mereka menghancurkan dunia iblis tidaklah sulit, terutama dengan kehadiran Archangel sebagai pemimpin para malaikat di barisan mereka.

Tapi kenyataannya, meskipun mereka memiliki kekuatan untuk mengakhiri konflik ini, mereka seolah tampak ragu-ragu dan tidak memiliki keseriusan dalam upaya memusnahkan iblis. Padahal, mereka selalu berdalih demi keseimbangan dan mengatakan: jika iblis adalah ras yang akan membawa kehancuran dan harus segera dimusnahkan.

Kejanggalan tersebut Eliza sadari ketika dia terus memperhatikan cara malaikat menyerang dunia iblis.

Terkadang, ketika pertempuran sengit tengah berlangsung, malaikat tiba-tiba menghentikan peperangan dan pergi ke tempat asal mereka, seolah mendeklarasikan sebuah genjatan senjata. Lalu, beberapa hari kemudian, mereka kembali datang menyerang dunia iblis dan menciptakan siklus yang berulang.

Hal ini menjadi beban pikiran Eliza selama ini. Seiring berjalannya waktu, dia mulai merasa yakin, jika dunia iblis tengah terjebak di dalam sebuah permainan catur ilahi.

Dengan sekuat tenaga, Eliza dan Shion terus mencari petunjuk keberadaan Calestia melalui prasasti, kitab suci, hingga artefak kuno yang tersebar di berbagai dunia. Mereka tak segan-segan menciptakan kekacauan, hingga merusak peradaban dunia lain hanya untuk meraih benda yang kedua iblis ini butuhkan.

Tak hanya untuk mencari jawaban, mereka juga berambisi untuk membalaskan dendam mereka pada malaikat, dan mencari kekuatan demi menyelamatkan dunia iblis dalam permainan takdir ilahi.

***

Berpuluh-puluh tahun berlalu, seiring berjalannya penelitian mereka terhadap petunjuk yang Eliza dan Shion temukan, setiap petunjuk tersebut justru membentuk sebuah teka-teki yang kompleks dan sulit dimengerti.

Teka-teki ini tidak hanya berkaitan dengan keberadaan Calestia, tetapi juga mengisyaratkan adanya kebenaran semesta yang selama ini disembunyikan oleh entitas surgawi.

Kini, Eliza semakin merasa yakin, jika para entitas kosmik tengah memainkan sebuah permainan, yang bukan hanya melibatkan dunianya saja, tapi juga seluruh kehidupan makhluk kecil sepertinya menjadi bidak dari permainan tersebut.

Hal ini menimbulkan ketertarikan lebih dalam bagi Eliza. Dia merasa tertantang untuk memecahkan teka-teki yang ada. Mungkin, dengan mereka berhasil memecahkan teka-teki ini, dunia iblis dapat mereka selamatkan dari ketidakadilan permainan ilahi.

Dengan kesepakatan yang dibentuk secara matang, Eliza dan Shion memutuskan bukan hanya mencari jawaban atas bencana yang melanda dunia iblis, tapi juga mencari serpihan puzzle yang membentuk petunjuk atas kebenaran yang selama ini disembunyikan para dewa.

***

Namun, di tengah perjalanan mereka melintasi dunia asing, tiba-tiba mereka harus menghentikan langkah mereka selanjutnya ketika Sebas, pelayan Eliza yang melayani dirinya dari sangat kecil, datang ke dunia yang sedang Eliza singgahi menggunakan Cermin Astral.

Sebelum Eliza pergi meninggalkan dunia iblis, Eliza sempat memberikan sebuah gelang pada Sebas yang dapat menghubungkan dirinya dengan pengguna gelang tersebut, meski jarak di antara mereka sangatlah jauh.

Gelang yang diciptakan oleh Eliza mengandung partikel kuantum yang di-"entangle" dengan partikel di dalam tubuh atau energi Eliza. Melalui proses entanglement, keadaan kuantum dari partikel dalam gelang dan partikel di dalam tubuh Eliza menjadi terkait satu sama lain.

Kedatangan Sebas yang mendadak itu hanya demi memberi kabar bahwa dunia iblis sedang diambang kehancuran yang lebih mengerikan dari biasanya.

Sebas datang di hadapan Eliza dan Shion dengan tubuh dipenuhi luka serius, darah mengalir di sekujur tubuhnya, sebelah matanya tertutup rapat, dan pakaian pelayannya compang-camping tak layak pakai.

Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, Sebas mencoba memberikan penjelasan apa yang sedang terjadi di dunia iblis secara garis besar.

Dalam penjelasannya dengan suara yang sangat lemah, Sebas mengatakan bahwa pemimpin malaikat, atau Archangel, datang memimpin langsung pasukan malaikat untuk menghancurkan dunia iblis. Keseriusan mereka kali ini sangatlah intens. Dalam waktu semalam, dunia iblis telah hancur setengahnya.

Tidak tanggung-tanggung, empat dari tujuh archangel berkumpul di waktu yang sama untuk menghancurkan dunia iblis.

Untuk kekuatan archangel sendiri jauh lebih dahsyat dari malaikat biasa. Bahkan, satu archangel saja sudah cukup memberikan tekanan hebat untuk seluruh iblis tanpa terkecuali.

Setelah mendengar penjelasan Sebas, awalnya Eliza merasa panik mendengar kabar tersebut. Tapi kemudian, dirinya merasa tenang setelah mengingat di sana, ada sosok adiknya yang bernama Lustia—iblis yang paling diagungkan karena kekuatannya di luar jangkauan iblis pada umumnya. Kelahiran Lustia dianggap berkah bagi dunia iblis, dan menjadikan Eliza semakin terpinggirkan.

Meski begitu, Sebas dengan sujudnya yang sangat tulus, memohon pada dua gadis iblis yang sangat dibanggakan sebelumnya ini untuk kembali dan membantu dunia iblis yang sedang dilanda kekacauan.

Sebas merasa tidak yakin bahwa Lustia dapat menahan seluruh archangel dalam satu waktu. Bagaimanapun juga, mengingat archangel merupakan perwujudan dari cahaya murni,

dan perwakilan dari 7 Tatanan Semesta, kekuatan mereka tidak dapat diremehkan begitu saja.

Pada akhirnya, dengan suasana hati yang tegang, Eliza dan Shion memutuskan untuk kembali ke dunia iblis. Mereka bertekad untuk mengakhiri konflik yang ada, dan sepakat bahwa saat ini adalah momen yang tepat untuk membalaskan dendam iblis pada pemimpin malaikat, Archangel.

*** /// ***

Gedung-gedung yang dahulu menjulang tinggi telah hancur, menyisakan reruntuhan bangunan yang terbakar api kematian. Mayat tak terhitung jumlahnya bergelimpangan di tanah yang kotor oleh darah, tak sedikit juga yang sudah tak berbentuk secara mengenaskan.

Toko makanan yang disukai oleh Eliza saat dahulu, kini tak menyisakan apa pun seperti lapangan yang gersang. Kobaran api menyinari kegelapan malam yang mencekam.

Eliza yang baru kembali berpijak ke dunianya, seketika tak kuasa menahan air mata. Kehancuran kali ini memang jauh lebih intens dibanding sebelumnya. Bahkan, tidak menyisakan apa pun selain sisa-sisa bekas pertempuran.

Hatinya seketika merasa hancur, air mata mengalir tanpa ampun, lututnya yang gemetar tak sanggup menahan dirinya untuk tetap berdiri tegak.

Di belakangnya, Shion menggerakan kedua tangannya membentuk suatu ritual. Dalam waktu singkat, naga badai yang pernah ia kalahkan sebelumnya muncul dari lingkaran sihir yang tercipta di tanah. Ia kemudian memerintahkan naga tersebut untuk mencari lokasi yang masih bertahan.

Setelah kepergian naga yang kini menjadi pelayannya, Seketika Shion merasa merinding, tubuhnya bergetar hebat merasakan aura suci yang sangat kuat dari yang pernah ia rasakan sebelumnya.

Eliza yang juga merasakan hal yang sama, seketika wajahnya berubah menjadi geram, tatapannya begitu tajam menatap arah dari sumber aura tersebut. Ia telah diselimuti rasa amarah yang tinggi, seolah ingin segera melampiaskan dendamnya yang abadi.

Tanpa memikirkan banyak hal, Eliza bergegas pergi melintasi udara dengan sayap hitamnya dengan kecepatan di luar jangkauan iblis biasa ke arah utara, tepat sumber aura suci terasa dari sana, meninggalkan Shion yang sedang membopong Sebas yang sangat lemah karena luka-lukanya.

***

Pertempuran dahsyat tak dapat dihindari. Eliza dengan kemampuan yang ia pelajari selama ini, terus melancarkan serangan pada dua archangel yang menjadi dalang kehancuran saat ini.

Kemarahan yang menyelimuti Eliza membuat dirinya bertarung secara membabi buta, padahal cara itu sangat menguntungkan bagi kedua archangel yang menjadi sasarannya. Sebab bagi mereka, bertarung dengan kondisi emosi adalah tindakan yang sia-sia.

Dalam sebuah buku pengetahuan yang wajib seluruh iblis tahu, di salah satu halamannya menjelaskan; bahwa kekuatan archangel jauh lebih dahsyat dari malaikat pada umumnya. Archangel dapat menghanguskan satu kota hanya sekali serang, dan dapat membunuh seluruh tentara iblis biasa hanya dengan sekali gerakan.

Hal ini sudah menjadi pengetahuan umum, agar mereka mengerti betapa mengerikannya archangel, lalu bersatu mengumpulkan kekuatan untuk mewaspadai sewaktu-waktu archangel datang menyerang mereka.

Akan tetapi, berbeda dengan Eliza. Ia berusaha melawan dua archangel sekaligus hanya seorang diri. Tindakannya ini terbilang sangat gegabah, seperti seseorang yang bodoh tak mengerti perbedaan tingkat kekuatan di antara mereka. Kemarahan dan kebencian yang menyelimuti dirinya, membuat Eliza seperti iblis gila tanpa akal sehat.

Dalam pertempuran mereka, berkali-kali Eliza terpojok hingga pertarungan mereka terjadi di berbagai tempat. Kehancuran tercipta di mana-mana akibat dari pertarungan tersebut. Meski begitu, Eliza masih pantang menyerah, ia berusaha semaksimal mungkin untuk menghancurkan dua archangel yang tubuh mereka diselimuti cahaya di hadapannya.

Namun, di suatu ketika, Eliza yang hampir diambang batasnya terhempas kiat akibat serangan fatal dari salah satu archangel. Tubuhnya seketika dipenuhi luka serius, rasa sakit yang luar biasa membuat dirinya sangat sulit untuk bangkit kembali.

Di tengah ketidakberdayaan Eliza, terdapat salah satu archangel yang melayang di atas langit seraya menyiapkan busur cahaya di tangannya. Dengan gerakan yang anggun, archangel itu menarik tali busur cahaya tersebut dengan senyuman yang khas.

Bola mata emas archangel itu tertuju pada Eliza yang terkapar dengan tatapan tajam. Senyuman sinis terlintas di wajahnya seraya menghembuskan nafas yang terdengar sedang meremehkan. Ia terlihat memiliki niat untuk mengakhiri pertarungan tak berarti ini dengan membunuh Eliza dalam serangan terakhir.

Kemudian, archangel itu melepas tarikan tali busurnya. Dengan kecepatan suara, anak panah berwarna emas itu melesat ke arah Eliza, sangat cepat dan sulit untuk dijangkau oleh siapapun.

Di sisi lain, Eliza yang menjadi target serangan ini, hanya terduduk pasrah melihat ajal yang akan segera menjemputnya. Bola matanya yang mengecil seketika bergetar, mulutnya terbuka dengan sekujur tubuh terasa lemas menyadari kematian akan segera tiba. Tubuhnya yang telah lemah, membuat Eliza tak mampu untuk menghindari serangan itu.

Namun, sebelum anak panah cahaya tersebut tiba mengenai Eliza, tanpa diduga tiba-tiba benda itu terpental sangat jauh, dan meledak dengan skala ledakan yang besar di suatu tempat.

"Maaf, aku terlambat," ucap seorang wanita dengan nafas terengah-engah.

Eliza seketika melotot, mulutnya bergetar hebat melihat anak pacah cahaya itu berbelok arah tak berhasil mengenainya. Namun, yang paling mengejutkan dirinya adalah kehadiran sosok sahabatnya yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

Tentu, sosok itu adalah Shion. Kedatangannya berhasil menyelamatkan Eliza dari kematian. Dia datang tepat waktu, dan dengan penuh kekuatan menangkis anak panah tersebut hingga membuat benda itu berbelok arah.

Shion berdiri dengan pedang terangkat, nafasnya terengah-engah dengan luka sekujur tubuh. Darah mengalir di wajahnya yang kelelahan, bercampur dengan keringat hingga membasahi tubuhnya.

Melihat serangan terakhirnya gagal, salah satu archangel pengguna busur itu mengangkat sebelah alis matanya. Ia terlihat sedikit tertarik dengan Shion yang berhasil menggagalkan serangan busurnya, apalagi anak panah tersebut melesat dengan kecepatan suara.

Di tengah suasana yang mencekam, tiba-tiba archangel tersebut menghilang dari pandangan. Belum sempat Shion beraksi, archangel itu telah berdiri berada di sisi Shion, lalu dengan sangat kuat dia menghantam Shion dengan tendangan berputar, hingga membuat Shion terlempar cukup jauh menghancurkan apapun di jalurnya.

Pertarungan pun kembali terjadi, Shion yang tampak kelelahan, serta Eliza yang hampir diambang batasnya, memaksakan diri untuk melanjutkan pertarungan mereka melawan dua archangel itu. Dampak yang diakibatkan oleh pertarungan mereka lebih dahsyat dari sebelumnya, hingga menelan korban iblis dan malaikat di sekitar mereka tanpa disengaja.

***

Situasi yang merugikan kini terjadi pada Eliza dan Shion. Sebab,  di tengah pertarungan mereka, dua archangel lain tiba-tiba muncul dan ikut bergabung di satu tempat.

Saat ini, terdapat empat archangel melayang di udara mengelilingi dua iblis yang hampir diambang batasnya. Setiap dari mereka memberikan tatapan sinis, tertarik, dingin dan prihatin pada Shion dan Eliza yang terduduk lemas di atas tanah.

Suasana begitu hening namun sangat mencekam. Keempat Archangel yang menjadi perwakilan tertinggi dalam hierarki malaikat, berkumpul menjadi satu dalam satu tempat yang sama.

Mereka melayang di udara, sinar emas terpancar indah dari tubuh mereka, lingkaran halo di atas rambut mereka tampak begitu indah seolah membawa cahaya kehidupan.

Ketika suasana hening ini sedang berlangsung, tiba-tiba keheningan itu pecah oleh perdebatan sengit antara dua archangel. Salah satu archangel tampak berusaha menahan temannya, seolah ingin menghentikan pertempuran tak berarti ini.

Namun, temannya yang memiliki tatapan sinis, bersikeras menentang perintah untuk menghentikan pertempuran ini, seolah memiliki dendam yang selama ini terus dia pendam.

Kemudian, archangel yang sinis itu mengalihkan perhatiannya dari perdebatan dan menatap tajam ke arah Eliza. Tiba-tiba, lima pedang cahaya muncul di atas kepalanya, melayang dengan anggun namun mengerikan, dengan ujung-ujung tajamnya mengarah langsung ke Eliza.

Tanpa peringatan, kelima pedang itu melesat dengan kecepatan yang luar biasa, menembus udara menuju Eliza. Dalam kondisi tubuh yang sudah penuh luka serius, Eliza hanya bisa terdiam pasrah menunggu takdirnya. Tubuhnya yang lemah tak sanggup lagi bertahan dari serangan mengerikan ini.

Namun, tepat saat pedang-pedang itu hampir mencapai Eliza, Shion yang terluka parah, memaksakan diri untuk bangkit sekali lagi. Dengan pedang di tangannya, ia melangkah maju, bertekad melindungi Eliza dengan segenap kekuatannya yang tersisa.

Shion menebas pedang-pedang itu bertubi-tubi tanpa henti. Archangel yang memiliki tatapan sinis itu terus menciptakan pedang-pedang cahaya yang sama di udara, dan seluruhnya melesat tanpa memberikan waktu pada Shion untuk menarik nafas.

Shion, yang tubuhnya tak sanggup lagi bertarung dengan sempurna, tidak sengaja melewatkan salah satu pedang cahaya hingga menusuk bahunya. Kecepatan geraknya yang mulai melemah kembali melewatkan serangan berikutnya, hingga beberapa bagian tubuhnya tertancap pedang-pedang emas itu.

Rasa sakit yang luar biasa berhasil melemahkan Shion. Ia terduduk lemas saat archangel kejam itu menghentikan serangannya.

Gaun putih Shion dipenuhi darah segar, beberapa bagian tubuhnya tertancap pedang cahaya dengan sangat kuat. Shion tertunduk dengan wajah meringis menahan rasa sakit sambil menggenggam pedangnya dengan kedua tangan gemetar.

Sementara itu di belakangnya, Eliza hanya bisa menatap Shion dengan wajah cemas. Bola matanya bergetar, bibirnya yang ikut bergetar terus memanggil nama Shion dengan suara yang lemah. Dengan tenaga yang tersisa, perlahan Eliza merangkak berusaha mendekati Shion yang tengah duduk lemas.

Tatapan sang archangel sinis itu seketika beralih pada Eliza. Bola mata birunya memancarkan kebencian yang mendalam pada dua iblis yang berada di atas tanah. Merasa ini adalah saatnya untuk mengakhiri hidup mereka, ia segera mengangkat satu tangannya tepat ke arah Eliza yang ada di bawah sana.

Tiba-tiba, dalam sekejap mata, lingkaran sihir berwarna kuning keemasan tercipta di tempat Eliza berada. Puluhan partikel emas muncul di sekeliling Eliza, diikuti aura yang sangat iblis benci terasa sangat intens. Eliza yang tak sanggup lagi melakukan sesuatu seketika tersadar, bahwa ajalnya telah tiba.

Meski begitu, Shion kembali memaksakan diri untuk terakhir kalinya, ia menghantam tubuh Eliza dengan tubuhnya hingga membuat Eliza terlempar keluar dari area lingkaran sihir tersebut, sambil melontarkan sebuah senyuman.

Tak lama kemudian, lingkaran sihir tersebut menciptakan ledakan dahsyat menjulang tinggi ke atas. Skala ledakannya menghempas apa pun di sekitar hingga membuat langit malam tampak terang bagai siang hari.

Dalam waktu belasan detik, ledakan cahaya yang indah tak kunjung padam. Shion terjebak di dalam ledakan dahsyat tersebut tanpa ampun. Kedua mata Eliza terbuka lebar dengan mulut yang tak sanggup ia tutup, ia tak bisa melakukan apa pun untuk menolong sahabat terbaiknya di dalam ledakan cahaya.

Hingga beberapa detik kemudian, ledakan tersebut mulai padam. Keberadaan Shion sedikit demi sedikit terlihat sedang tergeletak di tanah dengan sebagian tubuhnya telah hancur. Eliza yang tak sanggup lagi untuk berkata-kata mencoba menghampiri Shion dengan merangkak.

Eliza mengangkat tubuh Shion yang tak lagi sempurna ke pangkuannya. Air matanya perlahan menetes, tubuhnya bergetar hebat, detakan jantungnya seolah akan meledak. Eliza mencoba menyebut nama Shion yang sedang menutup mata dengan suara yang serak, hampir tidak cukup terdengar.

Ketika air mata Eliza tejatuh mengenai pipi Shion, perlahan ... Shion mencoba membuka mata.

"Jangan menangis, Eliza" kata Shion dengan suara yang lemah. Meski sebagian tubuhnya telah hancur, ia tetap memberikan senyuman pada Eliza.

Eliza seketika tersentak. Keberuntungan seolah masih berpihak padanya untuk memberikan harapan. Bergegas Eliza mencoba memberikan sihir pemulihan.

Namun Shion menggelengkan kepala untuk menghentikannya. Ia merasa bahwa hidupnya takkan terselamatkan. Sebab, di bagian kaki kirinya yang tersisa, sedikit demi sedikit hancur menjadi debu yang terus meluas ke bagian tubuhnya yang lain.

Tidak ada yang sanggup bertahan dari sihir suci tertinggi dari sosok archangel. Bahkan, iblis jenius seperti Shion, dipaksa tumbang oleh sebuah sihir suci yang tak dikenal namanya. Sesuai apa yang dikatakan dalam buku pengatuhan dunia iblis, bahwa archangel memiliki kekuatan dahsyat yang jauh melampaui malaikat biasa.

Seiring berjalannya waktu, bagian tubuh Shion yang hancur menjadi debu terus menyebar tanpa bisa dihindari. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh siapa pun untuk menolongnya. Shion hanya bisa pasrah menunggu jiwanya terlepas di dalam siksaan yang menyakitkan.

Air mata mengalir semakin deras dari bola mata merah Eliza, tangisannya begitu kencang menghiasi malam yang sunyi. Tidak pernah sedikit pun ia akan membayangkan hal seperti ini terjadi, dan ia sama sekali tidak menginginkan perpisahan yang sangat menyakiti hatinya.

"Maaf ... aku tidak bisa menepati janji kita," sambung Shion dengan senyuman khasnya.

Akal sehat Eliza hampir menghilang, kegilaan mulai tumbuh dalam pikirannya, seolah dirinya terhempas ke dalam jurang kegelapan yang hampa. Janji yang selama ini mereka teguhkan, untuk menciptakan dunia yang ideal bagi mereka, mungkin ... hari ini janji itu akan menghilang untuk selamanya.

Memang, kematian dari sosok terdekatnya sudah menjadi hal tak asing baginya. Namun kali ini jauh berbeda dari sebelumnya. Shion bukan lagi seperti teman atau sahabat seperti pada umumnya, melainkan telah dianggap seperti kakak kandung bagi Eliza. Hanya dia yang menemani, memberikan nasehat, menolong dan membela Eliza setiap waktunya.

"Maafkan aku! maafkan aku! maafkan aku, Shion!!!" teriakan Eliza terdengar begitu histeris, suaranya bergema di kesunyian malam seraya menggenggam tangan Shion yang lemah. "Maafkan aku..."

Shion tersenyum, tangannya melepaskan genggaman Eliza. Dengan gemetar ia mencoba meraih pipi Eliza, menyentuhnya dengan sangat lembut.

Di atas langit, empat archangel sedang menyaksikan perpisahan yang menyedihkan. Sejenak mereka tampak berbincang satu sama lain. Kemudian, tiga archangel pergi ke berbagai arah dengan sayap indah mereka, hanya menyisakan satu archangel yang masih melayang bebas memantau perpisahan dua gadis iblis di tanah.

"Tetaplah hidup ... Eliza. Hidup memang dipenuhi rintangan yang menyakitkan. Aku tahu ... kamu dapat melewati semua itu. Ketidakpastian, adalah sebuah kepastian. Pilihlah jalan yang bagimu itu benar, ikuti kata hatimu. Tidak ada alur cerita tanpa akhir, ukir semua yang kamu inginkan menjadi akhir yang menyenangkan. Sama seperti janji kita untuk menciptakan dunia yang adil."

Di akhir hidupnya, Shion masih berusaha yang terbaik untuk memberikan nasehat pada Eliza. Ketulusan hatinya dalam membentuk Eliza tidak bisa dibandingkan apa pun. Mereka bukan saudara kandung, bukan juga iblis yang terikat satu sama lain. Tapi, Shion selalu mencoba memberikan yang terbaik tanpa mengharapkan apa pun, hanya demi Eliza sendiri.

Hal itu yang membuat Eliza merasa terpukul. Sekali lagi, kegelapan telah menyelimuti dirinya, rasa tertekan tak tertahankan telah melahap akal sehatnya. Kegilaan yang tak dapat diungkapkan mengalir mengikuti melodi tangisannya yang menyedihkan.

"Selamat tinggal, Eliza. Sisanya aku serahkan padamu," ucap Shion untuk terakhir kalinya.

Sebelum seluruh tubuhnya menjadi debu, Shion tersenyum untuk terakhir kalinya pada Eliza. Senyuman itu akan terus menghangatkan hati Eliza, yang akan selalu tersimpan di dalam memori ingatan tanpa pernah tergantikan oleh apa pun.

Sejak kepergian Shion, Eliza yang dahulu dikenal sebagai iblis yang perhatian, ramah dan periang, kini berubah menjadi iblis dingin tanpa hati. Eliza tak pernah lagi tersenyum sejak hari itu. Ia menjadi gila akan kehancuran, dan haus akan kekuatan seolah tanpa tujuan.

***

80% dunia iblis telah hancur setelah tragedi penyerangan archangel kala itu. Kematian Shion, dan para bangsawan iblis lainnya, mendapatkan penghormatan terakhir yang layak oleh seluruh iblis yang tersisa.

Bertahun-tahun setelah terjadinya tragedi itu, keberadaan Eliza tak lagi terlihat di dunia iblis. Ia menghilang tanpa sebuah perpisahan, hanya untuk melanjutkan perjalanan melintasi antar-dunia seorang diri demi meraih ambisi dan cita-cita yang pernah mereka rangkai bersama.

Di setiap dunia yang ia singgahi, Eliza selalu mengukir namanya dengan sebuah kehancuran yang mengerikan. Kehadirannya selalu membawa malapetaka yang mencolok hingga menghilangkan peradabaan suatu dunia tanpa ada yang tersisa.

Sebagian besar dunia di alam semesta ini telah mengenal eksistensi jahatnya. Kejahatannya pun tertulis dalam kitab yang diturunkan para Dewa. Dia menjelma menjadi iblis yang mengerikan dengan kekuatan yang jauh di luar batas logika fana. Dan mereka menyebut Eliza sebagai: Queen of Destruction, atau Annihilator.