Di sebuah jalan sunyi yang melintasi hutan belantara, Violatte sedang duduk santai bersandar di antara puluhan mayat manusia yang membentuk bukit kecil. Ekspresi wajahnya tidak menunjukkan ketidaknyamanan atau kejijikan, malah dia tampak tengah menikmati suasana yang damai.
Sembari kaki kanannya diangkat bertumpu di kaki kiri, Violatte menyanyikan senandung dari sebuah lagu dengan santai. Suara merdunya mengalun di antara pepohonan dan mayat-mayat yang menumpuk di belakangnya.
Dengan mata yang melayang ke langit, dia melanjutkan nyanyiannya, memberikan sentuhan melodi yang lembut di antara suara daun-daun tertiup angin.
"Hanya kotoran sapi yang tak dapat bertarung~"
Nyanyiannya terhenti sampai di situ ketika Violatte menyadari kedatangan Nameless yang menghampirinya dari balik pepohonan.
"Lagu apa itu?" tanya Nameless sambil melangkah dengan anggun.
"Ah, Nameless! kamu sudah kembali. Ini lagu wilayah kebangsawanan Diablo. Emang kamu engga pernah mendengarnya?"
"Kurasa liriknya bukan seperti itu, deh," balas Nameless sambil mengernyit. "Yah entahlah. Mari kita lanjutkan perjalanan kita."
Sebelah alis Violatte terangkat ketika mendengar ajakan Nameless. Dia memandang punggung Nameless yang kembali melanjutkan langkahnya menelusri sepanjang jalan tanah yang sempit di tengah hutan belantara.
"Ke mana kita sekarang?" tanya Violatte sambil melompat untuk bangkit berdiri.
"Ke tempat di mana manusia-manusia menarik berkumpul di sana."
Violatte berlari kecil mendekati Nameless yang terus berjalan hampir meninggalkannya. "Hmm? Memangnya kamu sudah mendapatkan petunjuk?"
"Yaa, sekarang aku mengerti alasan Nona Lustia memerintahkan kita menyelidiki planet ini."
Dalam pencarian informasi Nameless sebelumnya, dia menemukan suatu petunjuk di dalam sebuah bangunan yang tak lain merupakan tempat menyembah dewa. Bangunan itu cukup usang dan tak terurus, tidak ada tanda-tanda jika bangunan itu masih beroperasi.
Ketika Nameless menyelidiki setiap ruangan, dia menemukan sebuah buku di tumpukan serpihan atap yang hancur. Banyak lembaran buku itu telah hilang, beberapa tulisan telah pudar karena terkena tetesan hujan. Dengan seksama dia mencoba membaca setiap tulisan yang masih terlihat.
Petunjuk yang dia temukan sama persis dengan Lustia katakan sebelumnya: Di dunia ini, terdapat empat jenis spesies yang hidup berdampingan di dalamnya, di antaranya seperti: manusia, iblis, elf, dan vampir. Namun, spesies yang lebih mendominasi dunia ini adalah manusia.
Dunia ini memiliki sejarah yang cukup rumit jika ditelusuri lebih dalam. Apalagi, mengingat dunia ini memiliki empat spesies yang berbeda, konflik antar spesies pun sering kali mewarnai perjalanan sejarah. Di antara berbagai pertikaian yang pernah dilewati, perseteruan antara iblis dan manusia di dunia ini lebih sering terjadi.
Tak hanya itu, Nameless juga menemukan sebuah potongan sejarah tentang awal perkembangan dunia ini:
Dikisahkan pada zaman lampau, ada sosok iblis tak dikenal yang datang menyelamatkan sekelompok manusia dari kehancuran, lalu membentuk sebuah negara dan dipimpin oleh oleh kedua iblis asing tersebut.
Awalnya, tidak ada yang berani mendekati negara kecil itu. Iblis yang membentuk negara tersebut memiliki kekuatan dahsyat, mampu menghancurkan beberapa negara dalam satu waktu, dan sebagian besar negara di dunia ini pernah menjadi korban dari dahsyatnya kekuatan mereka.
Mereka menghancurkan bukan semata-mata karena sifat jahat yang mereka miliki, tapi hanya untuk melindungi negara yang mereka ciptakan. Kedua iblis itu tidak segan-segan mencuri apa pun dari negara lain hanya demi kesejahteraan rakyat mereka.
Hingga pada akhirnya, setiap ras memiliki pandangan yang berbalik. Mereka yang sebelumnya merasa takut, saat mereka mengetahui kebaikan iblis tersebut yang mementingkan kebutuhan rakyatnya, mereka memilih untuk tinggal di negara kecil itu dengan sukarela.
Negara kecil itu kian berkembang seiring berjalannya waktu. Di zaman itu, tidak ada satu pun negara yang berani mengusik wilayah yang berkembang menjadi negara adidaya yang diciptakan kedua iblis tersebut. Apalagi, negara tersebut memiliki keterampilan militer yang jauh lebih kuat dari negara mana pun. Baik itu manusia, dan elf, semua dilatih sama rata tanpa memandang ras.
Violatte dengan seksama mendengarkan sebuah kisah yang ditemukan oleh Nameless. Wajah polos imutnya mencermikan dirinya sedang mencerna setiap kata yang diceritakan Nameless.
"Lalu, apa yang terjadi dengan negara itu?" tanya Violatte penasaran.
"Maaf, aku tidak menemukan penjelasan lebih lanjut. Tapi, ada satu hal yang menarik perhatianku."
"Apa itu?" tanya Violatte kembali.
Kemudian, Nameless kembali menjelaskan petunjuk yang dia temukan sebelumnya. Di salah satu lembaran kertas yang kotor, Nameless menemukan sebuah narasi jika mayoritas penghuni dunia ini hanya menyembah salah satu dari sebelas Deaw Dewi Calestia.
Awalnya, Nameless merasa wajar dengan hal itu, mengingat dirinya dan Violatte sempat merasakan tekanan aura suci yang begitu kental di dunia ini.
Akan tetapi, setelah dia membuka lembaran kertas lain, dia kembali menemukan narasi lain yang semakin menarik perhatiannya: bahwa ajaran Dewi Calestia muncul di tengah-tengah kekacauan luar biasa yang melanda dunia ini.
Dengan kata lain, ajaran Dewi Calestia tidak muncul saat pertama kali dunia ini tercipta, tetapi justru pada masa kekacauan yang terjadi sebelumnya.
Nameless merasa heran, mengingat ajaran surga, atau agama, biasanya selalu muncul ketika awal mula kehidupan dimulai, akan tetapi justru di dunia ini ajaran tersebut datang ketika kehidupan di dunia ini telah berjalan begitu lama.
Selain itu, semakin Nameless memikirkan tentang kedua iblis misterius yang menciptakan peradaban di dunia ini, membuat dia sedikit merasa heran: jika kedua iblis misterius tersebut seolah tidak mencirikhaskan sifat iblis pada umumnya, di mana mereka bersekutu dengan spesies lain, hingga memberikan kesejahteraan pada para pengikutnya.
Di tengah perjalanan menelusuri jalan setapak, Nameless tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. "Vio, menurutmu apa tujuan iblis itu membangun negara untuk manusia?" tanya Nameless memecah keheningan.
Sejenak Violatte tampak berpikir, dia menggaruk kepala sesekali. "Mungkin ... sebagai bahan percobaan?"
Jawaban sembarangan Violatte membuat Nameless menghela nafas. Tidak sepenuhnya mustahil, tapi menurut Nameless jawaban itu tidak masuk akal.
Dalam pandangan Nameless, tindakan iblis asing itu yang menciptakan negara untuk ras lain dianggap sebagai kontradiksi, karena bertentangan dengan citra tradisional iblis yang identik dengan kejahatan dan kehancuran. Ibblis sering dianggap sebagai makhluk jahat, musuh seluruh ras, dan pemberontak terhadap nilai-nilai kebaikan atau keilahian.
Lalu, apa keuntungan yang didapat dari iblis itu? Jika itu untuk penebusan dosa, jawaban ini tidak bisa diterima oleh Nameless. Sebagai iblis sejati, dia mengerti jika iblis tidak memiliki kehendak untuk melindungi manusia hingga menciptakan tempat yang nyaman untuk mereka.
Mungkin, jika untuk memperluas kekuasaan dengan mencari sekutu baru, ini cukup terdengar masuk akal. Pada dasarnya iblis memiliki prinsip; yang terkuat yang berkuasa. Namun, asumsi ini justru malah menimbulkan pertanyaan baru — lantas untuk apa iblis tersebut memilih bersekutu dengan ras lain dan malah memangsa sesama iblis lainnya?
Dalam salah satu potongan kisah yang Nameless temukan namun tak lengkap itu, ada salah satu kalimat bertuliskan seperti ini: "Mereka bertindak dengan tujuan yang tak dapat dipahami oleh siapa pun. Menghabisi sesamanya tanpa sebuah kepastian, hanya demi melindungi negara yang mereka ciptakan."
Dalam potongan kalimat itu, cukup menggambarkan jika iblis asing tersebut seolah memihak pada ras lain dan bahkan menghabisi sesama iblis tanpa sebuah kepastian yang jelas.
Untuk balas dendam? Menurut Nameless itu juga tidak masuk akal. Mengingat iblis asing itu memiliki kekuatan dahsyat yang dapat menghancurkan beberapa negara dalam satu waktu, membentuk sekutu untuk balas dendam adalah tindakan yang tak berguna.
Sebagai sesama iblis, Nameless justru sangat sulit memahami tujuan dibalik iblis asing tersebut, namun di sisi lain, itu juga membuat dirinya merasa tertarik. Perasaannya yang menggebu-gebu seolah tak sabar ingin segera bertemu dengan iblis yang bertolak belakang dengan sifat iblis pada umumnya. Setidaknya, dia memiliki niat untuk bertarung dengannya walau hanya sekali.
"Oh iya, ngomong-ngomong," celetuk Violatte tiba-tiba. "Aku penasaran, bagaimana caramu membaca tulisan? Padahal kamu selalu menutup mata."
Nameless hanya memandang tak acuh jalan yang dia lalui, tanpa memiliki niat untuk menjawab pertanyaan Violatte yang sembarangan.