Chereads / World Destruction I : Initium Viae / Chapter 6 - Planet Netarule

Chapter 6 - Planet Netarule

Gerbang Astral berbentuk oval seperti cermin tertutup secara perlahan. Violatte dengan ekspresi imutnya, terus melambaikan tangan ke arah gerbang dimensi itu yang kian meredup. Sementara itu, Nameless yang berdiri di dekatnya, dia tersenyum tipis dengan kedua tangan bertemu di depan.

"Hei, Vio," panggil pelan Nameless.

Saat Gerbang Astral telah menghilang sepenuhnya, Violate beranjak ke sisi Nameless, lalu menatapnya dengan ekspresi imut. "Hmm? Kenapa?"

Kemudian, sepasang bola mata hijau Violatte menyapu bersih pemandangan di sekitarnya, diikuti kepolosan yang tadinya terpancar dari wajahnya mulai memudar, terganti oleh senyuman jahat yang tajam dan penuh gairah.

Pupil mata hijaunya melebar, dan mulutnya terbuka karena kagum. Dia merasa sangat antusias dengan sambutan yang telah disiapkan untuk mereka berdua.

"Oh yaa, xixixi," Violatte tertawa kecil dengan ciri khas imutnya. "Baru aja dateng udah disambut aja sama mereka."

Kedua pilar iblis ini baru saja tiba di bagian Planet Netarule. Namun, baru saja mereka berpijak di tanah asing itu, terdapat sejumlah kesatria yang menyambut kedatangan mereka dengan menodongkan berbagai macam senjata yang digenggam erat.

Para kesatria itu memakai zirah perak lengkap dengan senjatanya yang mengkilap. Penyihir dengan tongkatnya dan pemanah dengan busurnya, juga ikut meramaikan di barisan paling belakangbelakang. Sejumlah kesatria itu membentuk barisan mengelilingi dua pilar iblis ini tanpa memberikan celah.

Sambutan ini terjadi karena gerbang Astral yang telah disiapkan oleh Lustia, tanpa disengaja terbuka di suatu tempat kesatria manusia itu sedang berkumpul. Kehadiran Violatte dan Nameless yang tiba-tiba, spontan membuat mereka merasa curiga dan waspada.

"Xixixi, tuan rumah yang baik," sindir Violatte dengan tawa imutnya.

Di tengah sindiran Violatte, salah satu kesatria tiba-tiba berteriak. "Siapa kalian?! Dari mana asal kalian?!"

Tidak seperti Violatte yang semakin bergairah untuk bertempur, Nameless justru terlihat tetap tenang seolah tidak terpengaruh dengan situasi yang sedang dia hadapi. Dia berdiri secara anggun dengan kedua mata tertutup rapat.

Dengan sikap ketenangan yang sama, Nameless sedikit melangkah ke depan sebelum dia memulai percakapan. "Jangan khawatir, kami hanyalah pengembara asing. Tolong ... turunkan senjata kalian."

Permohonan dari Nameless seketika membuat seluruh kesatria saling menatap satu sama lain. Kemudian, mereka semakin mempertegas genggaman senjata mereka. Meski Nameless memohon dengan penuh kelembutan, namun tampaknya, itu malah semakin membuat para kesatria itu semakin curiga dan berwaspada.

"Aku belum pernah melihat ras iblis seperti kalian," gumam salah satu kesatria yang berdiri di barisan paling depan dengan penuh rasa curiga.

Tampaknya, para kesatria itu menyadari jika sosok misterius yang ada di hadapan mereka merupakan sosok iblis, namun sangat asing seolah tidak seperti iblis yang mereka tahu. Meskipun dua iblis asing itu memiliki wujud yang sama persis dengan manusia, namun aura kegelapan yang terpancar oleh keduanya tidak dapat ditutupi.

Menyadari perasaan curiga mereka, Nameless meresponnya dengan senyuman yang ramah. "Hmm~ Kalau begitu, bisakah kalian berikan kami sedikit informasi tentang dunia ini? Sebagai gantinya ... kami akan menjamin keselamatan kalian di dunia ini selamanya."

Namaless berniat menyelesaikan situasi yang sedang dia hadapi dengan sebuah pertukaran. Ini adalah pertukaran yang luar biasa jika para manusia itu mampu berpikir secara matang. Hanya dengan memberikan informasi yang dua pilar iblis ini inginkan, mereka akan mendapatkan jaminan keselamatan selama hidup di dunia ini.

Akan tetapi, tampaknya mereka malah semakin berwaspada dengan gerak-gerik Nameless. Keramahan yang diberikan oleh Nameless rupanya tidak mampu membuka ruang negosiasi di antara mereka semua.

Apalagi, para penyihir yang mampu mendeteksi aliran mana sosok makhluk lain merasakan perbedaan luar biasa dari iblis yang mereka tahu. Berkali-kali para penyihir itu berkata kalau dua makhluk misterius yang ada di hadapan mereka bukanlah sembarang makhluk yang keberadaannya tidak bisa diabaikan.

Merasa kebaikan yang dia berikan telah disia-siakan, lantas Namaless mengangkat tangan kanannya ke depan seraya menghela nafas remeh.

"Baiklah. Kalau begitu, hiduplah di dalam dunia mimpi yang abadi," tegas Nameless sambil membuka lebar telapak tangan kanannya.

Tiba-tiba, seluruh manusia yang ada di sekeliling mereka seketika terjatuh tak sadarkan diri. Bunyi-bunyi bising dari zirah perak yang terjatuh terdengar secara serentak. Mereka terkapar di tanah tanpa sebuah tanda-tanda.

Ini adalah fenomena misterius yang diciptakan oleh kekuatan Nameless. Hanya satu gerakannya itu, dia telah berhasil menarik jiwa-jiwa mereka ke dalam dunia imajiner yang berada di ruang dimensi miliknya. Dunia itu tidak terikat ruang dan waktu. Mereka yang ada di dalamnya akan kekal abadi tanpa pernah berakhir.

Seluruh manusia itu telah tewas dengan kedua mata mata melotot. Mulut mereka terbuka lebar diikuti air liur yang terus mengalir tanpa henti. Seandainya mereka memiliki niat untuk mendengarkan permintaan Nameless, mungkin kematian misterius seperti ini tidak akan pernah mereka rasakan.

Di belakangnya, Violatte yang sedari tadi hanya menyaksikan, dia sedikit tertawa remeh sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Walaupun aku tau tentang kekuatanmu, tapi setiap kali aku melihatnya itu benar-benar mengerikan. Kira-kira berapa orang yaa yang jadi korban?" Violatte menghitung jumlah korban di sekitarnya dengan jari telunjuknya. "Hmm ... kurasa ada 1000 lebih."

"Itu tidak penting, Vio," kata Nameless seraya membalikan badan menghadap Violatte. "Daripada memikirkan itu, apa kamu merasa kekuatan suci di dunia ini terasa begitu kental?"

Sejenak, Violatte memejamkan kedua matanya, memfokuskan kekuatannya untuk merasapi energi alam dengan penuh konsentrasi yang mendalam.

"Yaa, aku sedikit merasakannya. Tapi ini sedikit terasa aneh," ujar Violatte seraya mencari keanehan yang ia rasakan.

Belum sempat Violatte melanjutkan, Nameless lebih dulu bersuara.

"Memang," Nameless membenarkan. "Aku merasakan adanya energi suci yang begitu kental. Tapi ... di waktu yang sama, juga ada energi kegelapan yang intens seolah keduanya saling terkontaminasi."

"Bukannya itu hal wajar?" tanya Violatte seraya membuka kembali kedua matanya. "Lagi pula ada empat ras yang hidup di dunia aneh ini, sudah pasti energi setiap dari mereka akan saling bertabrakan."

Secara logika, ucapan Violatte memang terdengar cukup masuk akal, mengingat di dunia ini ada empat spesies yang hidup berdampingan di dalamnya, di antaranya: vampir, iblis, manusia, dan elf.

Keberadaan empat ras di dalam dunia ini sudah diinformasikan oleh Lustia sebelumnya. Meskipun Lustia sendiri belum pernah menjelajahi dunia asing secara langsung, namun setiap informasi yang dia berikan selalu tepat sasaran, seolah-olah dia pernah menjelajahi dunia itu sebelumnya.

Saat ini, keanehan yang Nameless dan Violatte rasakan adalah: adanya aliran energi suci yang begitu kental bersamaan dengan energi kegelapan yang cukup intens dalam satu waktu.

Sebagai penjelasan, setiap dunia memiliki energi suci dan energi kegelapan yang menyatu dengan energi alam. Energi suci biasanya terasa kental di dunia yang mayoritas penduduknya menyembah para dewa.

Sementara itu, energi kegelapan mungkin lebih kuat ketika para penyembah dewa menjadi minoritas atau ketika dunia dihuni oleh makhluk-makhluk jahat. Ini adalah ketetapan semesta yang mengatur keseimbangan yang terus berjalan di antara kedua kekuatan ini.

Jika digambarkan, analoginya seperti ini: Energi suci sebagai air yang jernih dan bersih, sedangkan energi kegelapan sebagai minyak yang kotor dan gelap.

Ketika dua zat ini bertemu, minyak cenderung mengapung di atas air karena kepadatan yang lebih rendah. Namun, jika ada interaksi di antara keduanya, dan kuantitas minyak lebih tinggi dibandingkan air, minyak akan mencoba menutupi dan menenggelamkan air bersih.

Hal ini mencerminkan bagaimana energi kegelapan cenderung "memangsa" atau menindas energi suci, dengan energi suci yang terus berusaha untuk mempertahankan keberadaannya, meskipun mungkin hanya tersisa dalam jumlah yang sedikit.

Lalu, bagaimana jika suatu dunia telah ditutupi oleh energi kegelapan dapat tergantikan dengan energi suci? Jawabannya: tergantung seberapa besar kadar "air" yang akan memengaruhi dunia tersebut.

Dewa Calestia akan memberkati pengaruh besar terhadap para pemujanya. Semakin banyak yang mulai memuja dirinya, hingga kesesatan itu hampir menghilang, suatu dunia yang dianggap sebagai "wadah" yang telah berisikan oleh minyak akan tergantikan oleh air.

Dengan kosongnya wadah minyak dan pengisian ulangnya dengan air, ini menunjukkan bagaimana energi suci mengambil alih dominasi dan menggantikan energi kegelapan, menciptakan keseimbangan baru di dunia tersebut.

Namun, ketatapan yang telah berjalan selama ini seolah tidak berlaku pada dunia ini. Konsep "memangsa" antara energi kegelapan dan suci seperti tidak berkerja sebagaimana mestinya.

Bagi Violatte dan Nameless yang sudah sering menjelajahi berbagai dunia, dunia asing ini terbilang cukup langka, di mana terdapat energi suci dan energi kegelapan yang saling bertabrakan namun begitu seimbang — energi suci dengan kualitasnya, dan energi kegelapan dengan kuantitasnya.

Meski begitu, Nameless tidak ingin menciptakan banyak asumsi terkait kejanggalan yang mereka rasakan. Dengan penuh percaya diri, mereka melangkah secara bersamaan untuk mencari informasi lebih dalam tentang dunia ini, dan sebuah petunjuk yang dibutuhkan oleh Lustia, terutama Eliza.

*** *** ***

Di sisi lain, tepat di bukit yang gersang, terdapat tiga tenda berwarna merah dan putih yang dijaga berbagai kesatria berzirah perak. Tenda yang berdiri di tengah memiliki ukuran lebih besar, dan dijaga lebih banyak kesatria dibanding tenda yang lain.

Di dalam tenda lebih besar, bangsawan-bangsawan manusia dan pemimpin perang tengah berkumpul, menyusun rencana dan mengambil langkah-langkah untuk menghadapi pertempuran yang berlangsung di bawah kaki bukit.

Mereka sangat serius memperdebatkan strategi dan pandangan satu sama lain, menciptakan suasana di dalam tenda dipenuhi ketegangan dan kecemasan. Sinar lampu-lampu minyak menerangi peta perang terbentang di atas meja strategi.

Di depan tenda yang berukuran lebih besar, sosok wanita berambut blonde berdiri dengan kedua tangan bertemu di perut. Raut wajahnya tampak begitu cemas menyaksikan sebuah pertempuran yang sedang terjadi di bawah bukit. Kekhawatiran menyelimuti batin dan pikirannya, ia menyadari nasib para pasukannya berada di ujung tanduk.

Barisan formasi yang kokoh telah hancur, pasukan berzirah lengkap milik mereka terus berjatuhan seiring berjalannya waktu, keunggulan kekuatan tempur dan strategi milik lawan menciptakan perbandingan kekuatan yang begitu tidak seimbang. Mereka hanya bisa bertahan demi menjaga harga diri kerajaan mereka.

Wanita berambut blonde yang tak lain adalah sosok Tuan Putri Kerajaan ini, hanya bisa menatap dengan penuh kekhawatiran. Pikirannya begitu kacau, hatinya merasa cemas. Dia menyaksikan pasukannya terus bertahan, namun situasi semakin suram.

Dalam kekhawatirannya, ia berusaha mencari cara untuk membalikan keadaan, dan ia tahu bahwa keputusan-keputusan yang diambilnya sekarang akan memengaruhi takdir kerajaannya.

Sementara dia masih merenung dengan penuh kecemasan, dia dikejutkan suara laki-laki yang datang memanggilnya dari belakang.

"Tuan Putri, situasi semakin berbahaya di sini. Saya mohon Anda segera pergi ke tempat yang lebih aman," pinta laki-laki yang memiliki rupa seperti sosok bangsawan, sembari menunduk secara hormat di belakang Tuan Putri.

Tanpa menoleh ke arahnya, Tuan Putri itu menjawab tegas, "Tidak."

Penolakan tegas dan singkat itu membuat bangsawan tua ini sedikit terkejut. Kemudian, dia kembali memohon dengan ketulusan, "Tolong dimengerti, Tuan Putri. Sudah kewajiban kami untuk melindungi Anda dari bahaya. Saya mengerti Anda sangat mencintai rakyat Anda, tapi, Anda adalah keluarga kerajaan yang memiliki peran penting di kemudian hari."

"Yang kamu lindungi itu aku atau kerajaan ini?" Jawab tegas Tuan Putri sembari membalikan badan. "Kamu tahu betapa sakitnya hati ini saat melihat mereka jatuh berguguran? Mereka tahu bahwa nyawa mereka sedang dipertaruhkan, tapi mereka tetap berdiri dengan rasa bangga demi membawa harga diri Kerajaan Brigham. Sebagai pemimpin mereka, bagaimana mungkin aku bisa tenang meninggalkan kesatria yang kucintai demi diriku sendiri?"

Kemudian, Tuan Putri itu melanjutkan sambil melangkah, "Maaf saja, aku akan tetap di sini. Aku lebih memilih mati bersama perjuangan mereka, daripada harus mengorbankan mereka demi diriku sendiri. Kalau kamu ingin pergi, aku izinkan. Pergilah, dan jangan lupa untuk makan malam bersama keluargamu."

Tidak ada kata-kata yang sanggup bangsawan tua ini ucapkan, dia tetap diam dalam posisinya. Perasaan kagum dan khawatir saling berkecamuk dalam batinnya.

Bagaimana pun, sudah kewajiban mereka untuk memprioritaskan keselamatan keluarga kerajaan. Akan tetapi, Tuan Putri bermahkota perak ini masih bersikeras untuk tetap tinggal sebagai tanggung jawabnya.

Tuan Putri berparas cantik ini bernama Luviana vi Brigham, Putri ketiga dari Kerajaan Brigham. Saat ini, dia tengah memimpin pertempuran untuk mempertaruhkan salah satu wilayah kerajaannya yang ingin direbut oleh kekaisaran terkuat.

Luviana memiliki kepribadian tegas dan keras kepala. Setiap ucapannya seolah mutlak tanpa ada kecuali. Ketegasan yang dimilikinya bukan mengacu pada hal buruk, melainkan semua itu selalu tertuju pada kebaikan dan kesejahteraan rakyatnya.

Luviana sangat mencintai rakyatnya tanpa terkecuali. Tak heran, dia rela mengorbankan diri bersama para pasukannya sebagai rasa tanggung jawabnya atas kekalahan yang mereka terima.

Luviana pergi meninggalkan bangsawan tua itu seolah tak acuh dengan raut wajah penuh kecemasan, menuju ke salah satu tenda tempat para pemimpin lain sedang berdiskusi. Tanpa dia sadari, terdapat sosok wanita misterius yang sedang memantaunya dari atas langit.