Chereads / Takdir Sang Penguasa Gelap / Chapter 10 - Bab 10: Penemuan Peta Takdir

Chapter 10 - Bab 10: Penemuan Peta Takdir

Langit mulai memudar menjadi warna ungu yang gelap saat Akarian dan Sifer beristirahat di pinggir hutan, tubuh mereka lelah setelah pertempuran sengit dengan para Pemburu Kegelapan. Meskipun malam sudah hampir tiba, Akarian masih belum bisa sepenuhnya tenang. Tangannya masih terasa gemetar setiap kali ia menyentuh gagang Penumbra, seolah-olah senjata itu memiliki kehidupan sendiri yang menuntut lebih dari dirinya.

"Kita harus segera pergi dari sini," kata Sifer, memecah keheningan. Ia berdiri di dekat perapian kecil yang baru saja ia nyalakan, cahaya api yang lembut menciptakan bayangan panjang di wajahnya. "Para Pemburu Kegelapan akan kembali, dan lain kali mereka mungkin tidak akan datang hanya dengan sedikit prajurit."

Akarian mengangguk, meskipun pikirannya masih terbebani oleh apa yang terjadi sebelumnya. Setiap kali ia mengayunkan Penumbra, ia merasakan kekuatannya sendiri terkuras, seperti ada sesuatu yang disedot keluar dari jiwanya. Ia merasa lebih lelah daripada biasanya, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara mental dan emosional.

"Sifer," katanya akhirnya, suaranya pelan dan terputus-putus, "berapa lama aku bisa bertahan menggunakan pedang ini? Setiap kali aku menggunakannya, rasanya seperti kehilangan sebagian dari diriku."

Sifer mendekat dan duduk di samping Akarian. Wajah pria tua itu tampak lebih lelah dari sebelumnya, seolah-olah ia juga merasakan beban yang ditanggung oleh muridnya. "Penumbra adalah senjata yang kuat, tetapi kekuatannya tidak datang tanpa harga. Setiap kali kau menggunakan pedang itu, ia menarik kekuatan dari jiwamu—bukan hanya fisikmu. Jika kau terus menggunakannya tanpa batas, pada akhirnya, kau akan kehilangan dirimu sendiri."

Akarian menunduk, menatap pedang yang tergeletak di sebelahnya. "Apa yang akan terjadi padaku jika aku kehabisan kekuatan jiwa?"

Sifer terdiam sejenak sebelum menjawab. "Kegelapan akan mengambil alih. Jiwamu akan hilang, dan kau akan menjadi alat dari kegelapan itu sendiri. Kau mungkin masih hidup, tetapi bukan lagi sebagai Akarian."

Kata-kata Sifer menggema di dalam kepala Akarian, mengisi pikirannya dengan rasa takut yang mendalam. Ia mengerti bahwa senjata ini bukanlah solusi tanpa risiko. Tetapi, ia juga tahu bahwa tanpa Penumbra, ia tidak akan memiliki kesempatan untuk melawan kekuatan besar yang sedang bangkit di luar sana. Pilihan yang ada di depannya tampak lebih sulit daripada sebelumnya.

"Kita tidak bisa melanjutkan perjalanan seperti ini," lanjut Sifer. "Kita membutuhkan panduan—arah yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan. Penumbra bukanlah satu-satunya bagian dari teka-teki ini. Ada sesuatu yang lebih besar, dan kita harus menemukannya sebelum terlambat."

Akarian menatap Sifer, bingung. "Apa maksudmu? Apa yang harus kita cari sekarang?"

Sifer menatapnya serius. "Ada sebuah peta, peta kuno yang tidak hanya akan menuntun kita ke tempat di mana kekuatan kegelapan terbesar disimpan, tetapi juga memberitahu kita bagaimana cara menghentikannya. Peta ini, seperti Penumbra, tersembunyi di suatu tempat di luar jangkauan manusia biasa. Tetapi kita memiliki petunjuk yang bisa membawa kita ke sana."

Akarian merasakan secercah harapan di dalam dirinya. "Di mana kita bisa menemukan peta itu?"

Sifer tersenyum tipis, matanya penuh dengan pengetahuan yang tampaknya telah ia simpan selama bertahun-tahun. "Peta itu disimpan di perpustakaan rahasia, sebuah tempat yang tidak pernah ditemukan oleh siapa pun selama berabad-abad. Tempat itu dijaga oleh para penjaga magis yang tak terkalahkan, dan hanya mereka yang memiliki kunci rahasia yang bisa memasukinya."

"Kunci rahasia?" Akarian bertanya, penuh rasa penasaran.

Sifer meraih lehernya dan menarik kalung tua yang tergantung di sana. Di ujung kalung itu terdapat sebuah batu kecil berwarna biru yang tampak biasa saja, tetapi ketika Sifer mengangkatnya, batu itu memancarkan cahaya samar. "Ini adalah kunci," kata Sifer pelan. "Ini adalah satu-satunya cara untuk memasuki perpustakaan tersebut. Tanpa ini, bahkan mereka yang paling kuat sekalipun tidak akan bisa menemukan jalannya."

Akarian tertegun. Ia tidak pernah menduga bahwa Sifer telah menyimpan sesuatu yang begitu penting selama ini. "Kenapa kau tidak pernah memberitahuku sebelumnya?"

Sifer tersenyum lagi, tetapi kali ini senyumnya dipenuhi oleh rasa duka. "Karena aku berharap kita tidak akan pernah harus mencarinya. Peta itu tidak hanya menunjukkan jalan ke tempat di mana kekuatan kegelapan terbesar disimpan, tetapi juga menunjukkan takdirmu, Akarian. Dan kadang-kadang, mengetahui takdir kita bisa menjadi beban yang lebih besar daripada yang bisa kita tanggung."

Akarian terdiam sejenak, merenungi kata-kata Sifer. Takdirnya telah terjalin dengan kekuatan kegelapan yang bangkit di dalam dirinya. Dan sekarang, ia harus memutuskan apakah ia siap untuk menghadapi kebenaran yang mungkin lebih mengerikan daripada yang pernah ia bayangkan.

"Kita harus segera pergi," lanjut Sifer. "Perpustakaan rahasia itu berada jauh di utara, di sebuah wilayah yang dikenal sebagai Lembah Duka. Banyak yang telah mencoba mencapainya, tetapi hanya sedikit yang berhasil. Mereka yang selamat jarang kembali dengan akal sehat yang utuh."

Mendengar nama itu, Akarian merasa dadanya sesak. Lembah Duka adalah tempat yang dikenal hanya dalam legenda—tempat di mana makhluk-makhluk mengerikan berdiam dan menunggu kesempatan untuk menyerap jiwa mereka yang tersesat. Tetapi ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan lain. Jika peta itu benar-benar dapat memberikan jawaban yang mereka butuhkan, maka perjalanan ke sana harus dilakukan, tidak peduli seberapa berbahayanya.

"Kita pergi besok pagi," kata Sifer sambil menatap api yang mulai meredup. "Istirahatlah malam ini. Besok, kita akan memulai perjalanan menuju kebenaran."

Malam itu, Akarian tidak bisa tidur nyenyak. Meskipun tubuhnya lelah, pikirannya terus-menerus dihantui oleh bayangan pertempuran yang baru saja terjadi, Penumbra yang perlahan menguras jiwanya, dan peta yang akan menunjukkan jalan ke takdir yang mungkin tidak pernah bisa ia hindari.

Ketika fajar menyingsing, mereka berdua bersiap-siap untuk berangkat. Dengan Penumbra yang terikat di pinggangnya, Akarian dan Sifer mulai melangkah ke utara, menuju Lembah Duka—tempat yang penuh dengan misteri dan bahaya yang lebih besar dari apa pun yang pernah mereka hadapi sebelumnya.

Namun, jauh di kedalaman hutan, ada makhluk yang mengintai. Sesosok bayangan yang telah lama menunggu saat yang tepat. Ia tahu ke mana Akarian dan Sifer akan pergi. Dan ia tidak akan membiarkan mereka sampai di sana tanpa pertumpahan darah.