Chereads / Takdir Sang Penguasa Gelap / Chapter 12 - Bab 12: Pertarungan di Lembah Bayangan

Chapter 12 - Bab 12: Pertarungan di Lembah Bayangan

Bayangan raksasa di hadapan Akarian tampak seperti perwujudan murni dari kegelapan. Mata merahnya yang bersinar tajam menatap lurus ke arah mereka, seolah-olah menantang mereka untuk melangkah lebih jauh. Kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar lembah terasa semakin berat, seolah-olah lembah itu sendiri menghisap setiap cahaya yang ada.

Akarian menggenggam Penumbra lebih erat. Pedang itu, meskipun terasa memberinya kekuatan, juga seperti menarik kekuatan dari dalam dirinya. Ia tahu bahwa semakin lama ia menggunakan pedang itu, semakin besar risikonya. Namun, tidak ada jalan lain. Di depan mereka, bayangan raksasa itu adalah satu-satunya hal yang menghalangi jalan mereka menuju Lembah Duka, tempat di mana peta takdir berada.

"Makhluk ini lebih kuat dari yang lain," kata Sifer, matanya fokus pada gerakan bayangan yang bergemuruh di hadapan mereka. "Kita tidak bisa melawannya dengan cara biasa. Bayangan ini bukan hanya manifestasi kegelapan---ia adalah bagian dari lembah ini."

"Apa maksudmu?" tanya Akarian sambil tetap bersiaga.

"Lembah ini hidup melalui kegelapan, dan makhluk ini adalah wujud dari kekuatan kegelapan yang mendominasi tempat ini. Kita tidak bisa membunuhnya seperti makhluk lain. Kita harus memutus sumber kekuatannya," jelas Sifer, suaranya tegang tetapi penuh keyakinan.

Akarian menatap sosok raksasa itu, mencoba menemukan sumber kekuatan yang dimaksud oleh Sifer. Namun, bayangan itu tampak tidak memiliki bentuk yang jelas. Tubuhnya tampak selalu berubah, seperti asap hitam yang bergerak liar. Setiap kali Akarian mencoba memusatkan pandangannya, bayangan itu seolah-olah menghilang di tepi penglihatannya.

"Kau harus mengalihkan perhatiannya sementara aku mencari cara untuk memutus kekuatan lembah ini," perintah Sifer, mulai mengayunkan tongkatnya dan menciptakan lingkaran magis di udara.

Akarian mengangguk, meskipun jantungnya berdegup lebih cepat dari sebelumnya. Ia tahu bahwa menghadapi makhluk sebesar ini sendirian adalah tugas yang berat, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Dengan teriakan keras, ia berlari ke depan, mengangkat Penumbra tinggi-tinggi, pedang itu menyala dalam cahaya hitam yang membelah kabut tebal di sekitar mereka.

Makhluk raksasa itu bergerak cepat, meskipun ukurannya begitu besar. Ia mengayunkan lengannya yang terbuat dari bayangan, mencoba menghantam Akarian dengan kekuatan luar biasa. Akarian berguling ke samping, menghindari serangan itu dengan cepat. Ia tahu bahwa satu serangan langsung dari makhluk ini bisa menghancurkannya.

Ketika ia bangkit kembali, Akarian mengayunkan Penumbra ke arah bayangan itu, tetapi pedang itu hanya menebas kegelapan yang tidak memiliki bentuk fisik. Setiap serangannya seperti menebas udara kosong, dan bayangan raksasa itu hanya terus bergerak tanpa cedera.

"Aku tidak bisa melukainya!" teriak Akarian, berusaha mencari cara lain untuk melawan.

"Jangan khawatir tentang melukainya," jawab Sifer dari kejauhan, masih sibuk dengan sihirnya. "Tahan dia di tempat! Aku hampir selesai!"

Akarian merasakan frustrasi semakin besar, tetapi ia tahu bahwa ia harus tetap berusaha. Bayangan raksasa itu kembali menyerang, kali ini dengan lebih cepat. Akarian berusaha menghindar lagi, tetapi lengannya yang besar berhasil menyapu sisi tubuhnya, membuatnya terlempar beberapa meter ke belakang. Tubuhnya terbanting keras ke tanah, dan ia merasakan rasa sakit yang menjalar dari tulang rusuknya.

Dengan napas terengah-engah, Akarian berusaha bangkit. Kegelapan di sekitar mereka semakin pekat, dan bayangan raksasa itu tampak semakin kuat dengan setiap detik yang berlalu. Akarian tahu bahwa ia tidak bisa terus bertahan lebih lama lagi tanpa bantuan Sifer.

Sementara itu, Sifer terus melafalkan mantra-mantra kuno, tangannya bergerak cepat, menciptakan pola-pola rumit di udara dengan cahaya biru yang berkilauan. Lingkaran sihir di sekelilingnya semakin besar, dan energi magis mulai memancar dari tanah di bawahnya. Namun, makhluk bayangan itu menyadari apa yang sedang dilakukan oleh Sifer. Ia mengeluarkan suara mengerikan yang bergema di seluruh lembah, kemudian bergerak cepat menuju Sifer, meninggalkan Akarian.

"Tidak!" teriak Akarian, berusaha bangkit dengan sisa-sisa kekuatannya.

Tanpa berpikir panjang, Akarian mengangkat Penumbra dan berlari menuju bayangan raksasa itu. Pedang itu bersinar lebih terang saat ia memusatkan seluruh kekuatannya, memotong kabut yang tebal di sekelilingnya. Akarian tahu bahwa ia harus bertindak cepat, atau Sifer akan dihancurkan sebelum mantra sihirnya selesai.

Dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, Akarian mengayunkan Penumbra ke arah bayangan raksasa yang bergerak menuju Sifer. Kali ini, cahaya hitam dari Penumbra meledak saat pedang itu menyentuh tubuh bayangan. Makhluk itu mengeluarkan jeritan yang memekakkan telinga, tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang sejenak.

"Sekarang!" teriak Sifer, yang akhirnya menyelesaikan mantranya.

Lingkaran sihir di sekeliling Sifer tiba-tiba memancarkan cahaya terang yang memancar ke seluruh lembah. Cahaya itu bergerak cepat, merambat melalui tanah dan kabut, memotong setiap bayangan yang ada di sekitarnya. Kegelapan yang menyelimuti lembah mulai retak, seolah-olah kekuatan lembah itu sendiri terbelah oleh sihir Sifer.

Bayangan raksasa itu mengeluarkan erangan panjang, tubuhnya mulai meluruh seiring dengan lenyapnya kabut hitam. Mata merahnya yang menyala redup, dan dalam beberapa detik, tubuhnya menghilang menjadi asap, lenyap sepenuhnya dari pandangan.

Akarian jatuh berlutut, terengah-engah dan kelelahan. Kegelapan yang sebelumnya menekan di sekeliling mereka kini mulai menghilang, dan lembah yang tadinya dipenuhi kabut hitam perlahan-lahan kembali tenang.

Sifer berjalan mendekat, menatap tempat di mana bayangan raksasa itu lenyap. "Itu adalah manifestasi dari kegelapan yang menguasai tempat ini," katanya dengan nada lega. "Dengan lenyapnya makhluk itu, kita bisa melanjutkan perjalanan."

Akarian mengangguk, meskipun tubuhnya masih terasa berat. Ia merasa lega, tetapi juga sangat lelah. Menggunakan Penumbra dalam pertarungan tadi telah menguras banyak dari energinya, lebih dari yang ia perkirakan. Ia sadar bahwa setiap kali ia menggunakan pedang itu, ia semakin mendekati batasnya.

"Kita harus segera pergi dari lembah ini sebelum sisa-sisa kegelapan kembali menguasai," kata Sifer, membantu Akarian berdiri. "Jalan menuju Lembah Duka tidak jauh lagi."

Dengan langkah pelan namun mantap, mereka melanjutkan perjalanan, meninggalkan Lembah Bayangan di belakang mereka. Meski mereka berhasil melewati bahaya pertama, Akarian tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, dan lebih banyak tantangan yang menunggu mereka di depan.