Dengan Penumbra di tangannya,
Akarian merasakan kekuatan luar
biasa mengalir dalam dirinya.
Senjata legendaris ini bukanlah
pedang biasa. Setiap helai logam
yang membentuknya tampak
berkilau dengan cahaya gelap yang
misterius, seolah-olah ia hidup.
Namun, di balik kekuatan yang
memancar dari pedang itu, Akarian
tahu ada beban yang sangat besar
menanti.
"Penumbra telah memilihmu"' kata
Sifer dengan suara rendah,
seolah-olah ia sendiri merasa gentar
dengan senjata itu. "Namun,
ingatlah bahwa pedang ini bukan
hanya alat untuk bertempur. la
adalah penguji jiwamu. Setiap kali
kau menggunakannya, akan ada
harga yang harus dibayar."
Akarian mengangguk perlahan,
menggenggam pedang itu erat.
Dalam hatinya, ia tahu bahwa
kekuatan sebesar ini selalu memiliki
konsekuensi. Tetapi ia juga merasa
bahwa tidak ada jalan lain. Dunia
terancam oleh kekuatan gelap yang
lebih besar, dan Penumbra adalah
satu-satunya alat yang bisa
membantunya menghentikan
kehancuran yang ia lihat dalam
penglihatannya.
Setelah beberapa saat, mereka
meninggalkan gua dan kembali ke
dunia luar. Cahaya matahari yang
menyambut mereka terasa jauh
lebih hangat dibandingkan ingin
dan kegelapan di dalam gua, namun
di balik ketenangan hutan, Akarian
bisa merasakan kehadiran sesuatu
yang jauh lebih mengancam. Mereka
telah memulai perjalanan baru. Dan
dengan Penumbra di tangannya, ia
tahu bahwa mereka sedang diburu.
"Kita harus segera pergi dari sini,"
kata Sifer dengan tegas. "Waktu kita
tidak banyak. Sekarang kau telah
memiliki Penumbra, akan ada
banyak pihak yang mengincarmu.
Kegelapan yang telah bangkit akan
segera mencarimu."
Akarian setuju tanpa ragu. Tanpa
membuang waktu, mereka berdua
melanjutkan perjalanan dengan
cepat, menyusuri jalan setapak di
dalam hutan yang semakin rimbun.
Namun, tidak lama setelah mereka
bergerak, Akarian mulai merasakan
kehadiran yang aneh. la mendengar
suara gemerisik dari pepohonan di
belakang mereka, suara langkah
yang terlalu pelan untuk menjadi
suara binatang liar.
"Ada sesuatu yang mengawasi kita,'
kata Akarian dengan suara rendah,
menoleh ke belakang dengan gugup.
Sifer berhenti sejenak, matanya
menyipit saat ia mengamati
sekeliling. "Ya, aku juga
merasakannya. Kita tidak sendirian."
Mereka melanjutkan perjalanan,
tetapi langkah-langkah mereka
semakin waspada. Keheningan
hutan terasa lebih berat, seolah-olah
bayangan di sekeliling mereka
bergerak dengan sendirinya.
Tiba-tiba, dari balik pepohonan,
muncul sekelompok sosok berjubah
hitam. Mereka mengelilingi Akarian
dan Sifer dengan gerakan cepat dan
terkoordinasi.
"Mereka sudah datang," gumam
Sifer, tangannya meraih tongkatnya
dengan siap. "Mereka adalah
Pemburu Kegelapan."
Akarian merasa jantungnya berdetak
lebih cepat. Para Pemburu
Kegelapan adalah legenda yang
sering diceritakan dalam bisikan di
desa-desa, mereka adalah
kelompok yang hidup dalam
bayangan, mengincar siapa pun
yang memiliki kekuatan gelap, baik
untuk dikendalikan atau
dimusnahkan.
Salah satu sosok berjubah hitam
melangkah maju, wajahnya
tersembunyi di balik topeng
berwarna perak. "Serahkan pedang
itu, dan kau bisa pergi dengan
selamat," suara dingin terdengar dari
balik topeng. "Penumbra bukan
milikmu, Akarian. Kau tidak tahu
kekuatan apa yang kau pegang."
Akarian merasakan getaran amarah
dan ketakutan. "Aku tidak akan
menyerahkannya. Kalian tidak
berhak untuk memilikinya."
Sosok itu mendekat, tangannya
mengulurkan jari-jari kurusnya,
seolah-olah berusaha meraih
pedang itu dari kejauhan. "Kau tidak
memahami konsekuensi dari apa
yang kau katakan. Penumbra akan
menghancurkanmu sebelum kau
bisa menggunakannya untuk
menyelamatkan apa pun."
Sifer melangkah maju, berdiri di
samping Akarian. "Kami tidak di sini
untuk berdebat. Jika kalian
memaksa, kami tidak akan
segan-segan bertempur."
Sosok berjubah hitam itu terdiam
sejenak, lalu mengangguk pelan.
"Maka kau memilih jalanmu sendiri."
Dengan satu gerakan cepat,
sosok-sosok berjubah hitam itu
menyerang. Mereka bergerak
dengan kecepatan luar biasa,
seperti bayangan yang hidup,
memotong jarak dengan mudah.
Akarian nyaris tidak sempat
mengangkat pedangnya ketika
serangan pertama datang, tapi
insting dan kekuatan yang kini
mengalir melalui dirinya membuat
tubuhnya bergerak sendiri.
Pertarungan itu sengit. Akarian
melawan dengan Penumbra di
tangannya, dan setiap ayunan
pedangnya menciptakan ilatan
cahaya hitam yang memotong
udara. Namun, para Pemburu
Kegelapan tampaknya tidak gentar
dengan ekuatan pedang itu.
Mereka terus menyerang dengan
gerakan cepat dan akurat,
seolah-olah mereka telah
bertahun-tahun dilatih untuk
menghadapi pengguna pedang
legendaris seperti Penumbra.
Sifer bertarung di sisinya,
mengeluarkan sihir kuat yang
mampu melumpuhkan beberapa
pemburu. Namun, jumlah musuh
yang terus bertambah mulai
mendesak mereka. Akarian
merasakan tekanan yang semakin
besar. Para pemburu ini tampaknya
tidak berniat mundur sampai mereka
mendapatkan pedang itu.
Tepat ketika salah satu pemburu
hampir mengenai Sifer, Akarian
bergerak tanpa berpikir. Dengan
ayunan penuh kekuatan, Penumnbra
menyala dalam cahaya hitam yang
menyilaukan, memotong pemburu
itu dengan bersih. Namun, sesuatu
yang aneh terjadi. Akarian
merasakan getaran dalam dirinya,
seolah-olah pedang itu menarik
kekuatan dari dalam tubuhnya.
Tubuh pemburu yang tertebas itu
runtuh, tetapi dari bayangan
tubuhnya, kabut hitam tebal muncul
dan terserap oleh Penumbra.
Akarian merasa kekuatan gelap yang
lebih besar bangkit dalam dirinya,
membuatnya pusing sejenak. la
merasa bahwa setiap kali ia
menggunakan pedang itu, ada
sesuatu yang diambil darinya-
sesuatu yang tak terlihat namun
nyata.
"Akarian, berhenti!" teriak Sifer,
menyadari apa yang sedang terjadi.
Namun, musuh terus berdatangan.
Akarian tidak punya pilihan lain. la
harus menggunakan Penumbra
untuk bertahan. Setiap serangan
yang ia lancarkan, pedang itu
mengeluarkan energi gelap yang
mematikan, tetapi dengan setiap
ayunan, Akarian merasakan
kekosongan yang semakin besar di
dalam dirinya.
Ketika pertarungan hampir usai,
hanya tersisa beberapa pemburu,
Akarian jatuh berlutut. Penumbra
masih di tangannya, tetapi tubuhnya
gemetar, dan keringat dingin
mengalir di dahinya. la merasakan
betapa besar harga yang harus ia
bayar untuk menggunakan pedang
itu.
Sifer segera menghampirinya,
menahan bahunya. "Kau telah
membayar pengorbanan pertama,
Akarian. Penumbra menarik
kekuatan dari jiwamu setiap kali kau
menggunakannya. Semakin besar
musuhmu, semakin besar pula yang
akan ia ambil darimu"
Akarian menggenggam pedang itu
erat-erat, mencoba mengendalikan
napasnya. "Berapa banyak yang
akan diambil?"
"Cukup untuk menghancurkanmu
jika kau tidak berhati-hati," jawab
Sifer dengan nada serius.
Para Pemburu Kegelapan yang
tersisa mundur, menyadari bahwa
mereka tidak bisa mengambil
pedang itu dengan mudah. Mereka
menghilang ke dalam
bayang-bayang hutan, tetapi Akarian
tahu ini hanya awal. Pertempuran ini
adalah pengingat bahwa setiap
penggunaan Penumbra akan
menuntut sesuatu darinya.
Dan di kejauhan, di balik bayangan
pepohonan, mata yang sama, yang
selalu mengawasi terus memantau.
Mereka tahu bahwa saatnya akan
tiba ketika Akarian harus memilih
antara kekuatannya atau jiwanya.