Chereads / Takdir Sang Penguasa Gelap / Chapter 9 - Bab 9: Pengorbanan Pertama

Chapter 9 - Bab 9: Pengorbanan Pertama

Dengan Penumbra di tangannya,

Akarian merasakan kekuatan luar

biasa mengalir dalam dirinya.

Senjata legendaris ini bukanlah

pedang biasa. Setiap helai logam

yang membentuknya tampak

berkilau dengan cahaya gelap yang

misterius, seolah-olah ia hidup.

Namun, di balik kekuatan yang

memancar dari pedang itu, Akarian

tahu ada beban yang sangat besar

menanti.

"Penumbra telah memilihmu"' kata

Sifer dengan suara rendah,

seolah-olah ia sendiri merasa gentar

dengan senjata itu. "Namun,

ingatlah bahwa pedang ini bukan

hanya alat untuk bertempur. la

adalah penguji jiwamu. Setiap kali

kau menggunakannya, akan ada

harga yang harus dibayar."

Akarian mengangguk perlahan,

menggenggam pedang itu erat.

Dalam hatinya, ia tahu bahwa

kekuatan sebesar ini selalu memiliki

konsekuensi. Tetapi ia juga merasa

bahwa tidak ada jalan lain. Dunia

terancam oleh kekuatan gelap yang

lebih besar, dan Penumbra adalah

satu-satunya alat yang bisa

membantunya menghentikan

kehancuran yang ia lihat dalam

penglihatannya.

Setelah beberapa saat, mereka

meninggalkan gua dan kembali ke

dunia luar. Cahaya matahari yang

menyambut mereka terasa jauh

lebih hangat dibandingkan ingin

dan kegelapan di dalam gua, namun

di balik ketenangan hutan, Akarian

bisa merasakan kehadiran sesuatu

yang jauh lebih mengancam. Mereka

telah memulai perjalanan baru. Dan

dengan Penumbra di tangannya, ia

tahu bahwa mereka sedang diburu.

"Kita harus segera pergi dari sini,"

kata Sifer dengan tegas. "Waktu kita

tidak banyak. Sekarang kau telah

memiliki Penumbra, akan ada

banyak pihak yang mengincarmu.

Kegelapan yang telah bangkit akan

segera mencarimu."

Akarian setuju tanpa ragu. Tanpa

membuang waktu, mereka berdua

melanjutkan perjalanan dengan

cepat, menyusuri jalan setapak di

dalam hutan yang semakin rimbun.

Namun, tidak lama setelah mereka

bergerak, Akarian mulai merasakan

kehadiran yang aneh. la mendengar

suara gemerisik dari pepohonan di

belakang mereka, suara langkah

yang terlalu pelan untuk menjadi

suara binatang liar.

"Ada sesuatu yang mengawasi kita,'

kata Akarian dengan suara rendah,

menoleh ke belakang dengan gugup.

Sifer berhenti sejenak, matanya

menyipit saat ia mengamati

sekeliling. "Ya, aku juga

merasakannya. Kita tidak sendirian."

Mereka melanjutkan perjalanan,

tetapi langkah-langkah mereka

semakin waspada. Keheningan

hutan terasa lebih berat, seolah-olah

bayangan di sekeliling mereka

bergerak dengan sendirinya.

Tiba-tiba, dari balik pepohonan,

muncul sekelompok sosok berjubah

hitam. Mereka mengelilingi Akarian

dan Sifer dengan gerakan cepat dan

terkoordinasi.

"Mereka sudah datang," gumam

Sifer, tangannya meraih tongkatnya

dengan siap. "Mereka adalah

Pemburu Kegelapan."

Akarian merasa jantungnya berdetak

lebih cepat. Para Pemburu

Kegelapan adalah legenda yang

sering diceritakan dalam bisikan di

desa-desa, mereka adalah

kelompok yang hidup dalam

bayangan, mengincar siapa pun

yang memiliki kekuatan gelap, baik

untuk dikendalikan atau

dimusnahkan.

Salah satu sosok berjubah hitam

melangkah maju, wajahnya

tersembunyi di balik topeng

berwarna perak. "Serahkan pedang

itu, dan kau bisa pergi dengan

selamat," suara dingin terdengar dari

balik topeng. "Penumbra bukan

milikmu, Akarian. Kau tidak tahu

kekuatan apa yang kau pegang."

Akarian merasakan getaran amarah

dan ketakutan. "Aku tidak akan

menyerahkannya. Kalian tidak

berhak untuk memilikinya."

Sosok itu mendekat, tangannya

mengulurkan jari-jari kurusnya,

seolah-olah berusaha meraih

pedang itu dari kejauhan. "Kau tidak

memahami konsekuensi dari apa

yang kau katakan. Penumbra akan

menghancurkanmu sebelum kau

bisa menggunakannya untuk

menyelamatkan apa pun."

Sifer melangkah maju, berdiri di

samping Akarian. "Kami tidak di sini

untuk berdebat. Jika kalian

memaksa, kami tidak akan

segan-segan bertempur."

Sosok berjubah hitam itu terdiam

sejenak, lalu mengangguk pelan.

"Maka kau memilih jalanmu sendiri."

Dengan satu gerakan cepat,

sosok-sosok berjubah hitam itu

menyerang. Mereka bergerak

dengan kecepatan luar biasa,

seperti bayangan yang hidup,

memotong jarak dengan mudah.

Akarian nyaris tidak sempat

mengangkat pedangnya ketika

serangan pertama datang, tapi

insting dan kekuatan yang kini

mengalir melalui dirinya membuat

tubuhnya bergerak sendiri.

Pertarungan itu sengit. Akarian

melawan dengan Penumbra di

tangannya, dan setiap ayunan

pedangnya menciptakan ilatan

cahaya hitam yang memotong

udara. Namun, para Pemburu

Kegelapan tampaknya tidak gentar

dengan ekuatan pedang itu.

Mereka terus menyerang dengan

gerakan cepat dan akurat,

seolah-olah mereka telah

bertahun-tahun dilatih untuk

menghadapi pengguna pedang

legendaris seperti Penumbra.

Sifer bertarung di sisinya,

mengeluarkan sihir kuat yang

mampu melumpuhkan beberapa

pemburu. Namun, jumlah musuh

yang terus bertambah mulai

mendesak mereka. Akarian

merasakan tekanan yang semakin

besar. Para pemburu ini tampaknya

tidak berniat mundur sampai mereka

mendapatkan pedang itu.

Tepat ketika salah satu pemburu

hampir mengenai Sifer, Akarian

bergerak tanpa berpikir. Dengan

ayunan penuh kekuatan, Penumnbra

menyala dalam cahaya hitam yang

menyilaukan, memotong pemburu

itu dengan bersih. Namun, sesuatu

yang aneh terjadi. Akarian

merasakan getaran dalam dirinya,

seolah-olah pedang itu menarik

kekuatan dari dalam tubuhnya.

Tubuh pemburu yang tertebas itu

runtuh, tetapi dari bayangan

tubuhnya, kabut hitam tebal muncul

dan terserap oleh Penumbra.

Akarian merasa kekuatan gelap yang

lebih besar bangkit dalam dirinya,

membuatnya pusing sejenak. la

merasa bahwa setiap kali ia

menggunakan pedang itu, ada

sesuatu yang diambil darinya-

sesuatu yang tak terlihat namun

nyata.

"Akarian, berhenti!" teriak Sifer,

menyadari apa yang sedang terjadi.

Namun, musuh terus berdatangan.

Akarian tidak punya pilihan lain. la

harus menggunakan Penumbra

untuk bertahan. Setiap serangan

yang ia lancarkan, pedang itu

mengeluarkan energi gelap yang

mematikan, tetapi dengan setiap

ayunan, Akarian merasakan

kekosongan yang semakin besar di

dalam dirinya.

Ketika pertarungan hampir usai,

hanya tersisa beberapa pemburu,

Akarian jatuh berlutut. Penumbra

masih di tangannya, tetapi tubuhnya

gemetar, dan keringat dingin

mengalir di dahinya. la merasakan

betapa besar harga yang harus ia

bayar untuk menggunakan pedang

itu.

Sifer segera menghampirinya,

menahan bahunya. "Kau telah

membayar pengorbanan pertama,

Akarian. Penumbra menarik

kekuatan dari jiwamu setiap kali kau

menggunakannya. Semakin besar

musuhmu, semakin besar pula yang

akan ia ambil darimu"

Akarian menggenggam pedang itu

erat-erat, mencoba mengendalikan

napasnya. "Berapa banyak yang

akan diambil?"

"Cukup untuk menghancurkanmu

jika kau tidak berhati-hati," jawab

Sifer dengan nada serius.

Para Pemburu Kegelapan yang

tersisa mundur, menyadari bahwa

mereka tidak bisa mengambil

pedang itu dengan mudah. Mereka

menghilang ke dalam

bayang-bayang hutan, tetapi Akarian

tahu ini hanya awal. Pertempuran ini

adalah pengingat bahwa setiap

penggunaan Penumbra akan

menuntut sesuatu darinya.

Dan di kejauhan, di balik bayangan

pepohonan, mata yang sama, yang

selalu mengawasi terus memantau.

Mereka tahu bahwa saatnya akan

tiba ketika Akarian harus memilih

antara kekuatannya atau jiwanya.