Chereads / Melody in the Shadows / Chapter 1 - The Meeting Behind The Melody

Melody in the Shadows

🇮🇩Stradivariouz
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - The Meeting Behind The Melody

Hana selalu merasa bahwa piano adalah pelariannya. Setiap kali jemarinya menyentuh tuts-tuts piano, ia bisa melupakan segala kekhawatiran dan rasa kesepiannya. Malam itu, di aula konser yang megah, ia memainkan sebuah komposisi dari buku musik tua yang baru saja ditemukannya tanpa sengaja. Melodi yang misterius dan penuh emosi mengalun memenuhi isi ruangan, membuat setiap pendengar terhipnotis seketika.

Di antara para penonton, ada seorang pria yang memperhatikan dengan seksama. Arga, seorang detektif swasta, ia ada di sana bukan untuk menikmati musik, tetapi untuk menyelidiki serangkaian pembunuhan misterius berencana yang semuanya terkait dengan konser piano. Dia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seorang pianis muda yang tampaknya tidak sadar bahwa sesungguhnya ia berada di tengah-tengah bahaya.

Hana memainkan melodi dengan penuh perasaan, setiap nada mengalir seperti air yang tenang, namun di dalam hatinya, ada perasaan yang tidak nyaman. Buku musik itu ditemukannya secara kebetulan di sebuah toko barang antik yang sudah lama ditinggalkan. Pemilik toko yang sudah tua memberikannya tanpa banyak bicara, dan hanya mengatakan bahwa buku itu memiliki sejarah kelam dan penuh misteri. Namun, rasa penasaran Hana mengalahkan segala rasa ketakutannya, dan dia mulai memainkan musik dari buku tersebut.

Ketika konser usai, Hana merasa lelah namun juga puas. Dia berjalan menuju belakang panggung, di mana dia bertemu dengan beberapa penggemarnya. Di antara mereka semua, ada seorang pria yang tampak berbeda. Dia mengenakan jaket kulit hitam dan memiliki tatapan tajam yang membuat Hana merasa tidak nyaman.

"Permisi, apakah Anda Hana?" tanyanya tiba-tiba dengan suara dalam yang penuh otoritas.

Hana mengangguk pelan. "Iya, saya Hana. Ada yang bisa saya bantu?"

Pria itu mengulurkan tangannya. "Nama saya Arga. Saya ingin berbicara dengan Anda tentang buku musik yang Anda mainkan tadi. Apakah kita bisa berbicara di tempat yang lebih tenang?"

Hana merasa sedikit ragu, tetapi dia mengangguk. "Baiklah, ayo kita pergi ke ruang latihan saya."

Di ruang latihan yang sepi, Arga mulai menceritakan tentang penyelidikannya. "Saya sedang menyelidiki serangkaian pembunuhan yang semuanya terkait dengan konser piano di beberapa kota negara ini. Setiap korban ditemukan dengan buku musik tua di dekatnya. Buku itu mirip dengan yang Anda miliki sekarang." Hana terkejut mendengar hal ini. "Tapi saya hanya menemukan buku itu di toko barang antik. Saya tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan." Arga mengangguk. "Saya mengerti. Tapi saya merasa bahwa buku itu memiliki kaitan yang lebih dalam dengan kasus ini. Saya perlu tahu lebih banyak tentang bagaimana Anda mendapatkannya dan apa yang Anda ketahui tentang sejarahnya."

Hana merasa bingung dan takut. "Saya benar-benar tidak tahu banyak. Pemilik toko hanya mengatakan bahwa buku itu memiliki sejarah kelam. Saya hanya tertarik pada notasi musiknya."

Arga berpikir sejenak. "Apakah Anda masih memiliki kontak dengan pemilik toko itu? Mungkin dia bisa memberi kita petunjuk lebih lanjut." Hana mengangguk. "Ya, saya bisa menghubungi dia besok. Tapi apa yang harus kita lakukan sekarang?" Arga tersenyum tipis. "Kita harus berhati-hati. Saya akan mengawasi Anda dan memastikan Anda aman. Jika buku itu benar-benar terkait dengan kasus ini, maka kita harus mencari tahu mengapa dan bagaimana."

Malam itu, Hana pulang dengan perasaan campur aduk. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan takut yang mulai merayap di hatinya. Setiap bayangan di sudut-sudut ruangan terasa mengancam, setiap suara kecil terdengar seperti ancaman. Namun, ada sesuatu dalam diri Arga yang membuatnya merasa sedikit lebih aman.

Arga, di sisi lain, merasa bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang besar. Kasus ini lebih rumit dari yang pernah ia tangani, dan Hana tampaknya berada di pusat semuanya. Dia harus melindunginya, bukan hanya karena itu adalah tugasnya, tetapi juga karena ada sesuatu dalam diri Hana yang menarik perhatiannya. Sesuatu yang membuatnya merasa bahwa mereka terhubung lebih dari sekadar penyelidikan ini.

Keesokan harinya, Hana menghubungi pemilik toko barang antik. Pemilik toko itu, Pak Rahman, setuju untuk bertemu dengan mereka di tokonya. Hana dan Arga tiba di sana dengan hati-hati, berharap mendapatkan jawaban yang mereka cari.

Pak Rahman menyambut mereka dengan senyuman ramah. "Apa yang bisa saya bantu, Hana?" Hana menjelaskan situasinya, dan Arga menambahkan detail-detail dari penyelidikannya. Pak Rahman mendengarkan dengan seksama sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Buku itu," kata Pak Rahman, "memang memiliki sejarah yang kelam. Dulu, buku itu milik seorang komposer jenius yang tewas secara misterius. Beberapa orang percaya bahwa notasi musik dalam buku itu memiliki kekuatan untuk membangkitkan sesuatu yang jahat."

Hana merasakan dingin di punggungnya. "Apa yang Anda maksud dengan 'membangkitkan sesuatu yang jahat'?"

Pak Rahman menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu pasti. Itu hanya legenda. Tetapi saya menyarankan Anda untuk berhati-hati. Buku itu bisa membawa masalah."

Arga memandang Hana dengan serius. "Kita harus menyelidiki lebih lanjut tentang komposer ini dan apa yang terjadi padanya. Mungkin itu akan memberi kita petunjuk lebih lanjut." Hana mengangguk. "Saya akan membantu sebisa saya. Tapi saya benar-benar tidak tahu harus mulai dari mana."

Arga tersenyum. "Kita akan melakukannya bersama. Dan saya akan memastikan Anda aman."

Dengan tekad baru, Hana dan Arga mulai bekerja sama untuk mengungkap misteri di balik buku musik tersebut. Di tengah ketegangan dan ancaman yang terus membayangi, mereka menemukan bahwa ada lebih banyak hal yang menghubungkan mereka daripada yang mereka sadari.

Hari-hari berlalu, Hana dan Arga semakin dekat. Mereka tidak hanya berbagi informasi tentang penyelidikan, tetapi juga tentang kehidupan pribadi mereka. Hana mulai merasakan kehangatan dan perlindungan dari Arga, sementara Arga mulai melihat Hana sebagai lebih dari sekadar seorang saksi dalam kasus ini.

Mereka mulai menggali lebih dalam tentang sejarah komposer yang dimaksud oleh Pak Rahman. Nama komposer itu adalah Damar Santoso, seorang jenius musik yang hidup pada awal abad ke-20. Damar terkenal dengan komposisi-komposisi indahnya yang sering kali menyentuh hati pendengarnya. Namun, hidupnya berakhir tragis ketika ia ditemukan tewas di studionya. Polisi pada waktu itu menyimpulkan bahwa Damar bunuh diri, tetapi ada banyak spekulasi bahwa kematiannya sebenarnya adalah pembunuhan.

Hana dan Arga menemukan bahwa Damar memiliki buku catatan pribadi yang kini disimpan di museum kota. Mereka memutuskan untuk mengunjungi museum tersebut untuk mencari lebih banyak petunjuk.

Di museum, mereka bertemu dengan seorang kurator bernama Ibu Rina. Ibu Rina dengan senang hati membantu mereka menemukan buku catatan Damar. Ketika mereka membuka buku tersebut, mereka menemukan banyak catatan dan sketsa musik yang belum pernah dipublikasikan. Di antara halaman-halaman tersebut, terdapat catatan yang menggambarkan mimpi buruk yang sering menghantui Damar.

"Mimpi-mimpi ini semakin nyata setiap malam," tulis Damar dalam salah satu halamannya. "Musik yang kuciptakan tampaknya memanggil sesuatu dari kegelapan. Aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa menahan ini."

Hana merasakan kegelisahan yang mendalam. "Apa maksudnya ini, Arga? Apakah mungkin musik bisa memanggil sesuatu yang jahat?"

Arga berpikir sejenak. "Aku tidak tahu pasti. Tapi jika Damar percaya bahwa musiknya memiliki kekuatan semacam itu, kita tidak bisa mengabaikannya. Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang musik yang dia ciptakan dan bagaimana hal itu bisa berhubungan dengan buku yang kamu mainkan."

Mereka melanjutkan penyelidikan mereka, menggali lebih dalam tentang kehidupan Damar dan orang-orang di sekitarnya. Mereka menemukan bahwa Damar memiliki seorang murid bernama Lila, yang juga seorang pianis berbakat. Lila sangat mengagumi Damar dan sering memainkan komposisi-komposisinya. Namun, Lila juga ditemukan tewas secara misterius tidak lama setelah kematian Damar.

Jejak mereka membawa Hana dan Arga ke rumah tua tempat Lila pernah tinggal. Rumah itu sekarang kosong dan terbengkalai, tetapi mereka berharap bisa menemukan sesuatu yang bisa memberi mereka petunjuk lebih lanjut.

Saat mereka memasuki rumah tersebut, suasana mencekam langsung menyelimuti mereka. Dinding-dindingnya penuh dengan lumut dan debu, dan suara angin yang berdesir melalui celah-celah jendela yang pecah menambah kesan seram. Mereka mencari-cari di antara barang-barang yang tertinggal, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan apa yang terjadi pada Lila dan Damar.