Jaka bertanya, "Apakah Anda tahu apa-apa tentang buku musiknya? Kami menemukan bahwa notasi-notasi dalam buku itu tampaknya memiliki kekuatan supranatural."
Ibu Sari mengangguk. "Damar sering menulis notasi musik dalam buku-buku tua yang dia kumpulkan.
Dia percaya bahwa musik itu bisa membuka pintu ke dunia lain. Saya tidak pernah melihat buku yang kalian bicarakan, tapi saya tahu bahwa Damar sangat berhati-hati dengan karyanya."
Arga merasa ada sesuatu yang hilang. "Apakah Damar pernah berbicara tentang seseorang atau sesuatu yang bisa menjelaskan apa yang terjadi pada musiknya?"
Ibu Sari berpikir sejenak sebelum menjawab. "Ada satu orang yang mungkin bisa membantu. Seorang teman dekat Damar yang juga seorang komposer. Namanya Bapak Aditya. Dia masih hidup dan tinggal tidak jauh dari sini. Mungkin dia bisa memberi kalian petunjuk lebih lanjut."
Dengan informasi baru ini, mereka berterima kasih kepada Ibu Sari dan segera menuju rumah Bapak Aditya. Pria tua itu menyambut mereka dengan ramah dan tampak tertarik dengan cerita mereka.
"Saya tahu tentang buku musik itu," kata Bapak Aditya dengan suara dalam. "Damar sering berbicara tentang kekuatannya. Dia percaya bahwa musik bisa mempengaruhi dunia di sekitar kita dengan cara yang tidak bisa kita pahami."
Hana merasa ada harapan baru. "Apakah Anda tahu bagaimana kami bisa menghentikan kekuatan ini?"
Bapak Aditya mengangguk pelan. "Ada satu cara. Kalian harus memainkan musik itu dengan niat yang tulus dan murni. Damar percaya bahwa satu-satunya cara untuk mengendalikan kekuatan musik tersebut adalah dengan memainkannya dalam keadaan penuh ketulusan dan keberanian."
Hana dan Arga saling berpandangan, merasa bingung namun berharap. Hana bertanya, "Bagaimana cara kami bisa memainkan musik itu dengan cara yang benar?"
Bapak Aditya menjawab dengan suara yang lembut namun penuh keyakinan, "Damar pernah menulis dalam catatannya bahwa ada bagian tertentu dari musiknya yang harus dimainkan di tempat-tempat yang penuh dengan energi positif. Tempat-tempat yang tenang dan tidak memiliki gangguan. Dan yang terpenting, pemusik harus memiliki niat yang benar—murni dan penuh harapan."
"Apakah ada tempat seperti itu di sekitar sini?" tanya Arga.
Bapak Aditya berpikir sejenak, kemudian berkata, "Ada satu tempat yang mungkin sesuai—sebuah kuil tua di pinggiran kota. Tempat itu dikenal karena energi spiritualnya yang kuat dan sering digunakan oleh orang-orang yang mencari kedamaian dan pencerahan. Mungkin itu bisa menjadi tempat yang tepat untuk memainkan musik tersebut."
Mereka merasa mendapat petunjuk yang berharga. Hana, Arga, dan Jaka memutuskan untuk mengunjungi kuil tersebut keesokan harinya. Malam itu, Hana menghabiskan waktu untuk mempersiapkan diri, mencoba mengatasi ketegangan yang masih melingkupi dirinya. Arga dan Jaka juga menyiapkan peralatan dan rencana mereka.
Keesokan harinya, mereka tiba di kuil tua yang terletak di pinggiran kota. Kuil ini dikelilingi oleh taman-taman yang indah dan terjaga dengan baik. Udara di sekitar kuil terasa segar dan damai, seperti menyambut kedatangan mereka.
Setelah mengunjungi penjaga kuil dan mendapatkan izin untuk menggunakan tempat tersebut, mereka menuju ke aula utama kuil. Aula ini besar dan kosong, dengan dinding yang dihiasi dengan ukiran-ukiran tradisional dan lampu-lampu kecil yang memberikan pencahayaan lembut.
Hana menempatkan buku musik di atas piano yang terletak di sudut aula. Dia duduk di depan piano dengan hati yang berdebar-debar. Arga dan Jaka berdiri di sampingnya, siap untuk memberikan dukungan jika diperlukan.
Dengan satu napas dalam-dalam, Hana mulai memainkan bagian awal dari musik tersebut. Nada-nada yang mengalir lembut dan penuh perasaan memenuhi ruangan. Setiap ketukan tuts piano terasa seperti membuka jendela menuju dunia lain. Hana berusaha keras untuk menjaga konsentrasi dan niatnya tetap tulus.
Selama Hana memainkan musik tersebut, Arga dan Jaka mengamati dengan penuh perhatian. Mereka merasa ada sesuatu yang berbeda di sekitar mereka—sebuah perubahan yang sulit dijelaskan. Udara terasa lebih berat, dan seolah-olah ada energi yang mengalir bersama melodi yang dimainkan Hana.
Saat Hana mencapai bagian yang lebih intens dari musik tersebut, dia merasakan dorongan kuat di dalam dirinya, seolah-olah musik itu ingin melarikan diri dari kendalinya. Dia berusaha untuk tetap tenang dan fokus, mengingat pesan Bapak Aditya tentang pentingnya niat yang tulus.
Tiba-tiba, lampu-lampu kecil di aula mulai berkedip-kedip, dan suara angin yang lembut terdengar di sekitar mereka. Arga dan Jaka merasakan hawa dingin yang seolah-olah datang dari tempat yang tidak terlihat. Namun, mereka tetap berdiri dengan teguh, memberikan dukungan moral kepada Hana.
Ketika Hana menyelesaikan permainan musik, suasana di aula tampak kembali tenang. Lampu-lampu berhenti berkedip, dan suara angin mereda. Hana merasa kelelahan namun juga lega, seolah-olah beban berat telah terangkat dari pundaknya.
Arga mendekati Hana dan berkata, "Bagus sekali. Kamu melakukannya dengan sangat baik. Semoga ini membantu menenangkan kekuatan yang ada di dalam buku musik."
Jaka menambahkan, "Sekarang kita perlu memastikan bahwa semua ini benar-benar berakhir. Kita harus tetap waspada dan terus mencari informasi tambahan jika diperlukan."
Setelah bermain piano di kuil, mereka merasa ada pergeseran energi yang positif. Meskipun ketegangan masih ada, mereka merasa sedikit lebih aman. Namun, mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum sepenuhnya selesai.
Malam itu, Hana, Arga, dan Jaka kembali ke apartemen Hana. Mereka membahas rencana mereka untuk melanjutkan penyelidikan dan mencari tahu apakah ada dampak dari permainan musik tersebut.
Ketika Hana berbaring di tempat tidurnya, pikirannya kembali kepada Damar Santoso dan betapa dalamnya hubungan antara musik dan kekuatan supranatural. Dia merasa berterima kasih atas dukungan Arga dan Jaka, yang telah membantunya melewati momen-momen sulit. Meskipun masa depan masih penuh ketidakpastian, Hana merasa lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk kembali ke arsip nasional dan mencari informasi lebih lanjut tentang buku musik dan Damar Santoso. Mereka berharap bisa menemukan sesuatu yang dapat membantu mereka memahami lebih dalam tentang kekuatan musik tersebut dan mengapa buku itu berhubungan dengan serangkaian pembunuhan.
Di arsip nasional, mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari dokumen-dokumen yang relevan. Mereka menemukan beberapa artikel dan catatan tambahan yang mencatat kejanggalan dan spekulasi yang terjadi di sekitar kematian Damar. Beberapa artikel menyebutkan adanya teori konspirasi yang melibatkan buku musik tersebut, dengan beberapa orang percaya bahwa buku itu merupakan kunci untuk membuka kekuatan yang sangat kuat.
Setelah berjam-jam mencari, Hana menemukan sebuah artikel yang mengacu pada sebuah jurnal pribadi yang dimiliki oleh seorang penulis musik terkenal yang pernah berhubungan dengan Damar. Jurnal tersebut disebutkan memiliki catatan tentang hubungan antara musik dan kekuatan supranatural.
Dengan semangat baru, mereka memutuskan untuk mencari jurnal tersebut. Mereka berharap jurnal itu bisa memberikan wawasan lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana mereka bisa menyelesaikan kasus ini.
Malam itu, mereka merasa kelelahan namun optimis. Meskipun perjalanan mereka penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, mereka tahu bahwa mereka memiliki kekuatan dan keberanian untuk menghadapinya. Dengan dukungan satu sama lain, mereka merasa lebih kuat untuk melanjutkan penyelidikan dan mencari kebenaran di balik misteri musik yang mengancam mereka.
Hana menutup matanya, membiarkan dirinya terlelap dalam tidur yang damai. Dia tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai, tetapi dia juga tahu bahwa mereka tidak sendirian. Bersama Arga dan Jaka, Hana merasa siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang, mencari kebenaran dan mengatasi kekuatan gelap yang masih menghantui mereka.