Matahari pagi bersinar cerah di desa Aetheria, menyinari rumah-rumah kayu kecil yang dikelilingi kebun dan ladang. Kelima remaja, Raye, Vilsa, Ariq, Gelya, dan Izyi, bangun pagi-pagi dan mulai mempersiapkan diri untuk membantu warga desa sebagai bentuk terima kasih atas kebaikan mereka.
"Ayo, kita tidak bisa hanya berdiam diri di sini," kata Ariq saat sarapan. "Kita harus membantu mereka. Mereka telah memberi kita tempat untuk tinggal, dan kita harus membalas budi mereka."
Gelya menyetujui. "Ya, setidaknya kita bisa melakukan sesuatu. Lagipula, ini juga kesempatan untuk lebih mengenal cara hidup mereka di sini."
Raye, yang biasanya pemalu, merasa antusias untuk berkontribusi. "Aku bisa membantu di kebun. Aku pernah membantu di kebun di rumah, jadi aku kira aku bisa sedikit membantu di sini."
Vilsa memandang mereka dengan mata penuh keseriusan. "Aku bisa membantu dengan merapikan barang-barang dan mendistribusikan makanan. Sepertinya itu yang paling bisa aku lakukan."
Izyi, meskipun biasanya lebih pendiam, menawarkan diri. "Aku bisa membantu membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan yang ada di sini. Mungkin bisa membantu dalam hal dekorasi atau barang-barang kebutuhan sehari-hari."
Mereka kemudian mulai bergerak menuju pusat desa. Mereka menemukan warga yang tengah sibuk mempersiapkan ladang dan kebun mereka. Raye dan Gelya bergabung dengan beberapa pria tua dan wanita di kebun, membantu menanam sayuran dan buah-buahan.
"Aku akan mulai dengan yang ini," kata Raye, sambil memegang cangkul. "Ada yang bisa aku bantu?"
Seorang wanita tua dengan keriput di wajahnya tersenyum lembut. "Terima kasih, nak. Kami sangat membutuhkan bantuan. Kami sedang menyiapkan ladang untuk musim panen berikutnya."
Sementara itu, Vilsa dan Ariq membantu merapikan barang-barang yang tertumpuk di rumah-rumah warga dan mendistribusikan makanan yang baru saja tiba.
"Ariq, bisa tolong angkat kotak ini ke rumah sebelah?" tanya Vilsa dengan nada tenang.
"Ayo, Vilsa," jawab Ariq sambil mengangkat kotak berat. "Semua ini mungkin tidak tampak besar, tapi sedikit bantuan kita berarti banyak bagi mereka."
Di sudut desa, Izyi mulai bekerja dengan beberapa wanita desa untuk membuat kerajinan tangan. Dia terkesan dengan keterampilan mereka dan mulai belajar membuat kerajinan dari bahan-bahan lokal.
"Ini cukup menarik," kata Izyi, tersenyum. "Aku tidak pernah berpikir tentang menggunakan bahan seperti ini sebelumnya."
Satu per satu, hari berlalu dengan penuh aktivitas, dan Raye serta teman-temannya merasa senang bisa berkontribusi. Mereka merasa semakin dekat dengan penduduk desa dan mulai merasa seperti bagian dari komunitas. Namun, suasana kedamaian mereka tiba-tiba terganggu oleh kedatangan utusan dari kerajaan Elf.
Utusan itu tiba dengan pakaian resmi kerajaan, lengkap dengan jubah biru kehijauan dan lambang Neraido Vasileio yang terukir di dada mereka. Mereka datang dengan ekspresi serius, dan satu di antara mereka, seorang pria tinggi dengan janggut putih, maju ke depan.
"Kami membawa pesan dari Neraido Vasileio," kata utusan itu dengan suara tegas. "Kami membutuhkan bantuan untuk mendapatkan bahan pangan."
Penduduk desa langsung berhenti bekerja dan berkumpul di sekitar utusan. Eldor, yang melihat kedatangan mereka, mendekat dengan wajah serius. "Apa yang terjadi?"
Utusan menjelaskan. "Kami menghadapi kekurangan bahan pangan di Neraido Vasileio. Kami datang untuk meminta bantuan dari desa terdekat. Mungkin kalian bisa membantu kami dengan mengirimkan beberapa bahan pangan yang kami butuhkan."
Eldor mengangguk dan memandang Raye serta teman-temannya. "Kalian juga terlibat dalam membantu desa kami. Mungkin kalian bisa membantu kami menyelesaikan misi ini. Ini adalah kesempatan baik untuk menunjukkan rasa terima kasih kalian."
Raye menoleh ke teman-temannya, merasa terkejut dengan permintaan mendadak ini. "Jadi, kita harus membantu mengumpulkan bahan pangan untuk kerajaan Elf?"
Vilsa mengangguk. "Ya, ini mungkin kesempatan bagus untuk mendapatkan perhatian mereka dan mungkin mendapatkan surat izin yang kita butuhkan."
Ariq, yang biasanya tidak ragu-ragu, menunjukkan semangatnya. "Baiklah, mari kita bantu. Lagipula, kita juga bisa mendapatkan keuntungan dari membantu."
Dengan semangat baru, mereka mulai bekerja sama dengan penduduk desa untuk mengumpulkan bahan pangan. Mereka membantu mengemas sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya ke dalam keranjang-keranjang besar. Gelya dan Izyi bekerja sama untuk memeriksa kualitas barang dan memastikan semuanya siap untuk dikirim.
Sementara mereka bekerja, Raye berbicara dengan utusan, mencoba memahami lebih banyak tentang kebutuhan mereka. "Apakah ada spesifik jenis bahan pangan yang dibutuhkan?"
Utusan menjelaskan, "Kami membutuhkan berbagai macam bahan, terutama sayuran dan biji-bijian. Bahan-bahan ini sangat penting untuk menjaga kestabilan pasokan makanan di kerajaan kami."
Setelah beberapa jam bekerja keras, mereka berhasil mengumpulkan sejumlah besar bahan pangan. Raye dan teman-temannya merasa puas melihat hasil kerja mereka. Eldor datang untuk memeriksa dan memastikan semuanya dalam keadaan baik.
"Ini sangat membantu," kata Eldor kepada utusan. "Aku akan memastikan barang-barang ini dikirim ke kerajaan Elf secepatnya."
Utusan itu tersenyum. "Terima kasih atas bantuan kalian. Ini akan sangat membantu kami. Kami akan menghubungi Neraido Vasileio untuk memberi tahu mereka tentang kontribusi kalian."
Raye dan teman-temannya merasa senang karena mereka dapat membantu desa dan mungkin mendekatkan diri untuk mendapatkan izin yang mereka butuhkan. Mereka tahu bahwa ini hanyalah langkah awal dari perjalanan panjang mereka, tetapi mereka merasa lebih percaya diri.
Sebelum malam tiba, mereka berkumpul di sekitar api unggun dengan penduduk desa, berbagi cerita dan menikmati makanan sederhana. Suasana menjadi lebih hangat dan bersahabat, dengan tertawa dan berbicara tentang berbagai hal. Meskipun mereka masih harus menghadapi banyak tantangan, mereka merasa lebih siap dan lebih bersatu sebagai tim.
"Aku rasa kita sedang melakukan hal yang benar," kata Raye sambil menatap api unggun. "Kita telah membantu orang-orang di sini, dan semoga ini membawa kita lebih dekat untuk mencapai tujuan kita."
Vilsa, meskipun jarang menunjukkan perasaannya, mengangguk setuju. "Ya, ini adalah langkah awal yang baik. Mari kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya."
Dengan semangat baru dan rasa terima kasih yang mendalam, mereka bersiap untuk hari berikutnya. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir, tetapi mereka merasa lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
Namun, apakah mereka siap menghadapi malam yang akan datang?