Pada keesokan pagi harinya, atmosfer di Akademi Megalytri terasa berbeda. Para calon siswa berkumpul di aula utama, menunggu dengan penuh harap informasi mengenai ujian masuk. Raye, Vilsa, Ariq, Gelya, Izyi, dan Yudi berdiri di antara kerumunan. Suara gemuruh obrolan terdengar, mencerminkan kegugupan yang dirasakan semua orang.
Seorang pria paruh baya dengan jubah akademi berwarna biru tua naik ke atas panggung. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Profesor Sofos, salah satu pengajar di Akademi Megalytri, dan mengumumkan bahwa ujian masuk di tunda selama empat hari.
Setelah diumumkan bahwa ujian masuk di Akademi Megalytri ditunda selama empat hari, Raye dan teman-temannya memanfaatkan waktu ekstra ini untuk berlatih dengan lebih intensif. Mereka tahu bahwa ujian ini adalah kesempatan besar, dan mereka ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Pada sore hari, saat mereka berlatih di luar akademi, perhatian mereka tertuju pada kerumunan siswa yang berkumpul di dekat sebuah taman. Di tengah kerumunan itu berdiri seorang gadis cantik dengan keanggunan yang menonjol, Wyva. Raye, Vilsa, Ariq, Gelya, dan Izyi melihat betapa semua orang tertarik padanya.
"Siapa itu?" tanya Gelya pada Yudi, yang sedang berlatih bersama mereka.
Yudi melirik dan mengerutkan dahi. "Aku tidak tahu siapa dia. Tapi tampaknya dia baru di sini dan sangat dikenal. Kecantikannya jelas menarik perhatian banyak orang."
Pitra, yang sedang berlatih dengan teman-teman barbarian-nya, tidak ikut campur dalam latihan kelompok Raye dan tidak terlibat dengan Wyva.
Raye, penasaran dengan gadis tersebut, mendekati kerumunan. Wyva, yang tampak tenang dan ramah, terlihat dikelilingi oleh siswa-siswa yang mencoba berbicara dengannya.
"Aku ingin tahu lebih banyak tentang Wyva," kata Vilsa. "Kita harus bertanya padanya tentang bagaimana dia bisa berada di sini."
Setelah kerumunan sedikit menyusut, Raye dan teman-temannya akhirnya berhasil mendekati Wyva. "Hai, Wyva, aku Raye. Kami baru saja tiba di akademi dan mendengar tentangmu. Kami tertarik untuk belajar lebih banyak dari kamu," kata Raye dengan ramah.
Wyva tersenyum lembut. "Halo, Raye. Senang bertemu dengan kalian. Aku baru saja bergabung sebagai siswa baru di akademi ini. Aku tidak tahu banyak tentang kalian, tetapi aku senang bisa berbagi pengalaman."
Sementara itu, Yudi tetap fokus pada pelatihan mereka. "Ayo, kita manfaatkan waktu ini sebaik mungkin. Aku akan membantu kalian mempersiapkan ujian dengan berbagai teknik sihir dan strategi bertarung."
Selama sesi latihan, Yudi memberikan pelatihan intensif kepada Raye dan teman-temannya. Dia membagikan pengalamannya mengenai tantangan-tantangan yang bisa mereka hadapi dan memberikan tips berharga tentang cara menghadapinya.
"Selama ujian, penting untuk tetap fokus dan tidak panik," kata Yudi. "Percayalah pada keterampilan kalian dan gunakan semua yang telah kalian pelajari."
Pitra, yang sedang berlatih dengan teman-teman barbarian-nya, menghabiskan waktunya untuk berlatih dengan intensif. Meskipun dia tidak berlatih bersama Raye dan teman-temannya, dia tetap memberikan dorongan semangat kepada mereka ketika mereka bertemu di luar.
Setelah latihan berakhir, Raye dan teman-temannya berkumpul di bawah pohon besar di halaman akademi. Mereka berbicara tentang persiapan mereka untuk ujian dan mengagumi dukungan yang mereka terima dari Yudi.
"Aku merasa lebih siap berkat bantuanmu, Yudi," kata Raye dengan penuh rasa terima kasih. "Kami sangat menghargai semua usaha dan waktu yang kau berikan."
Yudi tersenyum. "Kalian semua bekerja keras. Aku yakin kalian akan melakukan yang terbaik dalam ujian."
Malam mulai menyelimuti Magiko Vasileio dengan selimut bintang. Raye dan teman-temannya merasa optimis meskipun mereka tahu ujian yang akan datang akan menantang. Dengan dukungan dari Yudi dan semangat yang tak tergoyahkan dari teman-temannya, mereka merasa siap untuk menghadapi apa pun yang ada di depan mereka.
Saat suasana menjadi lebih santai, Ariq tiba-tiba bertanya kepada Yudi dengan nada bercanda, "Yudi, bagaimana kau bisa tahu begitu banyak detail tentang ujian ini? Apakah kau pernah mencoba mendaftar di akademi ini tapi tidak lolos?"
Yudi terlihat sedikit terkejut dan emosional. Dia memandang Ariq dengan mata yang agak merah. "Sebenarnya, ya. Dulu aku memang pernah mencoba mendaftar, tapi aku tidak lolos. Aku sudah lama ingin belajar di sini, dan aku masih merasa sedih tentang itu."
Raye dan teman-temannya merasa terkejut dan sedikit bersalah. Mereka tidak menyangka bahwa Yudi memiliki pengalaman pribadi yang seperti itu.
"Aku minta maaf jika pertanyaanku membuatmu merasa tidak nyaman," kata Ariq dengan nada lebih lembut. "Kami hanya penasaran, dan kami sangat menghargai semua bantuanmu."
Yudi mengangguk, mencoba tersenyum. "Tidak apa-apa. Aku senang bisa membantu kalian sekarang. Mungkin suatu hari nanti aku akan mendapatkan kesempatan lain."
Saat mereka menatap langit malam, Raye merasa bahwa mereka telah membuat kemajuan besar. Dia tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan menghadapinya bersama sebagai satu tim. Dukungan dan semangat dari Yudi dan teman-temannya semakin memperkuat tekad mereka untuk menghadapi ujian yang akan datang.