Chereads / The Oneiro / Chapter 5 - Chapter 5 : Angin Malam

Chapter 5 - Chapter 5 : Angin Malam

Malam di desa Aetheria terasa damai, dengan hanya suara angin lembut yang melintasi pepohonan dan nyala api unggun yang menghangatkan suasana. Setelah seharian bekerja keras membantu penduduk desa, Raye dan teman-temannya, Vilsa, Ariq, Gelya, dan Izyi, tidur nyenyak di rumah-rumah yang telah disediakan. Hanya Ariq yang terjaga, merasa gelisah karena ada sesuatu yang terasa tidak beres.

Ariq duduk di tepi tempat tidur, matanya menyapu sekeliling ruangan. Suasana malam yang damai tiba-tiba terasa mencurigakan. Dia mendengar bisikan lembut dan langkah-langkah ringan di luar jendela.

"Apa itu?" gumam Ariq sambil bangkit dari tempat tidur. Dia perlahan mendekati jendela dan membuka sedikit tirai, mencoba melihat ke luar.

Di luar jendela, Ariq melihat beberapa bayangan gelap bergerak cepat menuju tumpukan bahan pangan yang telah mereka kumpulkan untuk kerajaan Elf. Tanpa berpikir panjang, Ariq memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Dia meraih sabuk dan senjatanya, kemudian keluar dari rumah dengan hati-hati.

Di luar, Ariq menemukan sekelompok bandit yang tampaknya memiliki niat buruk. Mereka mengenakan pakaian gelap dan tampak sangat hati-hati saat mereka mendekati tumpukan bahan pangan. Salah satu dari mereka, seorang pria dengan jubah hitam dan mata bersinar merah, tampaknya memimpin kelompok tersebut.

"Jangan biarkan mereka melihat kita!" bisik pemimpin bandit dengan suara serak. "Kita ambil semua bahan ini dan pergi sebelum ada yang menyadari."

Ariq menyadari bahwa dia tidak bisa menghadapi mereka sendirian. Dia mencoba kembali ke rumah untuk membangunkan yang lainnya, tetapi saat dia memutar tubuhnya, bandit-bandit itu sudah mengelilingi desa.

"Tidak ada waktu!" pikir Ariq, dan dia memutuskan untuk menghadapi mereka sebelum mereka menyelesaikan pencurian mereka.

Dengan berani, Ariq melompat keluar dari tempat persembunyiannya dan menerjang bandit-bandit itu. "Hei! Berhenti!" teriaknya.

Bandit-bandit itu terkejut dan segera bersiap untuk melawan. Pemimpin bandit, dengan wajah menakutkan dan mata merahnya bersinar, mengangkat tangannya. Tiba-tiba, angin kencang yang kuat menerjang dari arah pemimpin bandit, menghantam Ariq dan membuatnya terlempar beberapa meter.

"Ugh!" teriak Ariq kesakitan saat tubuhnya terhempas ke tanah, kesulitan untuk bangkit.

Bandit-bandit lainnya mulai menyerbu tumpukan bahan pangan. Raye, Vilsa, Gelya, dan Izyi akhirnya terbangun oleh keributan. Mereka cepat-cepat berlari keluar dan melihat kekacauan yang terjadi.

"Eh, apa yang terjadi?" tanya Raye, terkejut saat melihat Ariq terbaring di tanah dan bandit-bandit yang sedang mengacak-acak bahan pangan.

Vilsa, Izyi, dan Gelya, meskipun terkejut, segera berlari menuju tempat kejadian.

"Berhenti!" teriak Vilsa, tetapi bandit-bandit itu tidak menghiraukan mereka. Pemimpin bandit terus menggunakan sihir angin untuk menjaga jarak dan menghalangi mereka.

"Kita tidak bisa melawan mereka!" teriak Ariq yang kesakitan. "Mereka menggunakan sihir angin!"

Raye, meskipun sedikit bingung dan masih mengantuk, berlari menuju Ariq yang terluka. "Ariq, apa yang harus kita lakukan?"

"Cobalah untuk menghentikan mereka! Tapi hati-hati, sihir angin mereka terlalu kuat!" kata Ariq dengan napas terengah-engah.

Vilsa berusaha untuk merencanakan strategi sambil mengamati bandit-bandit yang terus memindahkan bahan pangan ke dalam karung-karung besar mereka. "Kita tidak bisa menghadapi mereka secara langsung," katanya dengan nada tegas. "Gelya, kau dan Izyi harus mencari cara untuk mengalihkan perhatian mereka sementara Ariq dan aku mencoba untuk menghentikan pencurian ini."

Gelya dan Izyi berusaha membuat keributan di tempat lain dan menarik perhatian bandit, tetapi sihir angin yang dilepaskan oleh pemimpin bandit terus-menerus menghancurkan semua usaha mereka.

"Ini tidak bisa terus berlanjut! Mereka memiliki kekuatan sihir!" teriak Izyi dengan frustrasi. "Kita tidak bisa menghadapinya dengan kekuatan fisik saja!"

Saat bandit-bandit semakin hampir selesai dengan pencurian mereka, warga desa akhirnya datang, tetapi mereka terlambat. Ketika mereka melihat bahan pangan yang telah dibawa kabur oleh bandit-bandit, ekspresi mereka berubah menjadi kesedihan dan kemarahan.

"Maafkan kami, kami terlambat!" seru salah satu warga desa. "Bandit-bandit itu terlalu cepat!"

Tetua desa, seorang pria tua bijaksana dengan janggut putih dan mata penuh pengalaman, mendekati Raye dan teman-temannya. "Kalian telah berusaha dengan sangat baik," katanya dengan nada tenang. "Tetapi situasi ini terlalu sulit tanpa keahlian sihir. Aku sarankan kalian pergi ke kerajaan sihir, Magiko Vasileio. Mereka dapat mengajarkan kalian sihir dan mungkin membantu kalian mendapatkan surat izin untuk memasuki kerajaan Elf, Neraido Vasileio."

Raye dan teman-temannya merasa frustasi, tetapi mereka tahu bahwa tetua desa memiliki kebijaksanaan dan pengalaman. "Terima kasih atas saran Anda, Tetua," kata Raye. "Kami akan pergi ke Magiko Vasileio dan mencari cara untuk menghadapi situasi ini."

Dengan rasa hampa dan frustrasi, Raye dan teman-temannya mulai membersihkan sisa-sisa kekacauan yang ditinggalkan oleh bandit-bandit. Meskipun mereka merasa tertekan dan lelah, mereka tahu bahwa mereka harus terus berjuang dan mencari solusi.

Gelya, meskipun lelah, mencoba untuk memberikan semangat kepada teman-temannya. "Kita akan mendapatkan kesempatan lagi," katanya dengan percaya diri. "Kita harus belajar dari kekalahan ini dan menjadi lebih kuat."

"Ya, kita tidak bisa menyerah sekarang," tambah Ariq, meskipun masih kesakitan. "Kita akan pergi ke Magiko Vasileio dan belajar apa yang perlu kita ketahui."

Raye, merasa bersalah karena tidak bisa melindungi tumpukan bahan pangan, mengangguk setuju. "Kita akan membuat rencana yang lebih baik dan menghadapi apa pun yang datang di depan kita."

Dengan tekad baru dan rasa tanggung jawab yang mendalam, mereka merencanakan perjalanan mereka ke kerajaan sihir, Magiko Vasileio, berharap untuk mendapatkan pengetahuan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk melindungi desa dan menyelesaikan misi mereka.

Apakah perjalanan mereka menuju ke Kerajaan Sihir akan berjalan lancar tanpa halangan?