Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Mantanku jadi Kakak Tiriku

🇮🇩CitraGtw_
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.4k
Views
Synopsis
Lola yang baru saja diputuskan Rendy, pacarnya; tiba-tiba dikejutkan kehadiran papa barunya. Ternyata, mamanya menikah dengan seorang duda kaya raya tanpa berbicara dengannya sebelumnya. Lebih mengejutkan lagi, ketika tiba di rumah papa barunya, ia bertemu Rendy di sana, yang ternyata adalah kakak tirinya. Lola pun berencana membuat Rendy menyesal karena telah memutuskan hubungan dengannya. "Lu enggak akan bisa nyingkirin gue dari rumah ini sekalipun lu memperlakukan gue dengan sangat buruk. Karena gue bukan Cinderella. Tapi, orang miskin yang enggak punya malu." Update dua hari sekali.
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. PUTUS

"Kita putus!"

Sumpit di tangan Lola terjatuh. Ia mengalihkan pandangannya dari seporsi spagheti menuju lelaki di depannya.

"Apa?" Ia berharap ia salah dengar.

Sayangnya, tidak. Rendy memperjelas ucapannya barusan, "Kita putus aja!"

"Tapi, kenapa?" tanya Lola.

"Kita udah terlalu lama pacaran. Aku bosan sama kamu," jawab Rendy.

"Tapi, kita pacaran baru tiga bulan," protes Lola.

"Tiga bulan, kek. Sebulan, kek. Kalau kamunya bosenin, enggak akan ada pria yang betah pacaran sama kamu!"

Lola menoleh ke sekitar. Mereka berdua sedang makan siang di restoran mahal. Suasana romantis ini enggak cocok banget sama adegan perpisahan. Lola masih tidak percaya.

Lola memajukan wajahnya. Ia berbicara dengan suara lirih, "Sayang, kamu lagi nge-prank aku, kan? Kalau kamu bilang, kamu minta putus karena mau nikahin aku, aku bisa nebak, kok."

Rendy mengernyitkan dahi. Ia malah terkejut karena reaksi Lola.

"Enggak ada prank-prank-an, ya! Aku emang mau putus sama kamu," jelas Rendy.

Mata Lola pun berkaca-kaca. "Jadi, kamu mutusin aku?" tanyanya merengek.

Rendy menepuk dahi. "Aku bilang berapa kali tadi. Ya ampun!"

Tangisan Lola pecah. Ia menangis keras seperti anak kecil. Menarik perhatian orang di sekeliling.

"Hei, berhentilah menangis! Jangan kayak anak kecil!" larang Rendy.

Lola malah memperkeras suara tangisnya.

"Kamu diliatin orang-orang tuh! Kamu enggak malu?" ujar Rendy.

Lola tidak peduli.

'Aku malu? Kamu kali yang malu karena bikin aku nangis,' ujar Lola dalam hati. Ia memang sengaja memperkeras tangisannya.

Rendy bingung. Ia akan terlihat semakin buruk jika meninggalkan Lola sendirian.

Rendy pun bangun. Ia menarik pelan lengan Lola. "Ayo bangun. Aku antar kamu pulang," ajak Rendy dengan suara lembut.

Lola pun mengecilkan suara tangisan. Ia bangun. Mengikuti langkah Rendy yang berjalan duluan di depan.

Mereka berdua pun meninggalkan restoran menaiki motor sport merah milik Rendy.

Akhirnya, tangisan Lola berhenti. Ia meminta Rendy menghentikan laju motornya di tengah perjalanan.

"Turunin aku di sini aja!" pinta Lola.

Rendy menoleh ke sekitar. Ia tampak ragu. "Kamu yakin mau turun di sini?"

"Iya," jawab Lola.

Rendy pun menghentikan motornya. "Terus kamu pulangnya gimana?" tanyanya.

"Terserah aku. Aku bisa naik angkot atau jalan kaki," jawab Lola jutek. Hatinya masih sakit.

"Ya udah, deh. Terserah kamu. Aku tinggal, ya. Bye!" pamit Rendy. Ia melajukan motornya sekencang-kencangnya. Meninggalkan Lola seperti angin.

Lola menarik napas dalam-dalam. Berusaha menenangkan diri sebelum melangkahkan kaki.

Tiba-tiba Lola merasa aneh. Entah kenapa di sekelilingnya terasa sepi. Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Ia menoleh ke sekitar. Matanya membelalak menemukan dirinya sendirian di sekeliling pemakaman.

"Kok gue di pemakaman?" pekik Lola. Seketika bulu kuduknya merinding.

"Jahat banget, sih, jadi cowok Tega-teganya ninggalin gue di sini sendirian!" Tuh, kan. Si Lola malah playing victim.

Ting! Suara dentingan muncul dari saku Lola.

Lola merogoh saku. Ia menemukan ponselnya. Ia pun menghidupkan layar ponsel dan menemukan sebuah notifikasi pesan. Ia pun membuka pesan itu.

Kuota kamu sisa 200 mb.

"Hais! Sial! Minimal putusin gue setelah beliin gue kuota, kek. Kalau gini, siapa yang beliin gue kuota besok?" rengek Lola.

"Mana gue belum dapat kerjaan," imbuhnya.

Otak Lola bekerja keras. Ia tidak mungkin berjalan kaki sampai rumah. Bisa-bisa kakinya lumpuh besok pagi. Dan tidak mungkin juga ia bisa menghemat kuota data. Jemarinya yang gatal tidak akan mampu menahan diri untuk tidak men-scroll tiktok.

Lola pun menemukan ide. Ia menekan salah satu nomor telepon di ponselnya.

"Halo, Dimas!" sapanya, menyebut nama pemilik nomor itu.

"Maaf kemarin udah nolak kamu. Setelah kupikir-pikir, aku bakal nyesel banget kalau nyia-nyiain cowok sebaik kamu. Jadi, kita jadian, ya," ujar Lola.

Senyum di wajahnya bisa menebak reaksi Dimas.

"Kalau gitu, kita kencan hari ini, ya. Jemput aku cepetan. Aku kirim sharelock-nya," jelas Lola. Ia pun mematikan layar ponsel.

"Masalah beres!" Lola merasa bangga dengan dirinya. Ia malah menyesali dirinya yang menangis seperti anak kecil di restoran.

Ia menghidupkan layar ponselnya yang masih menampilkan foto Rendy. "Lu pikir, gue tanpa lu butiran debu?"

Lola tersenyum miring.

"Sorry, ye! Gue tanpa lu, pacar telu, sepikan pitu, simpenan wolu!"

Tiba-tiba Lola menirukan joget gemoy.

"Oke, gas! oke, gas! Pacar lima tambah, gas!" Ia malah bernyanyi.

-oOo-

Terima kasih untuk yang sudah baca. Mohon dukungannya.

Setelah berhenti nulis selama tiga tahun, akhirnya mencoba memberanikan diri nulis lagi di akun ini.

Semoga para pembaca bisa merasa terhibur dengan tulisan gabut saya ini.

Terima kasih.