Chereads / Mantanku jadi Kakak Tiriku / Chapter 5 - 5. PENASARAN

Chapter 5 - 5. PENASARAN

Awalnya Lola mengetuk pintu kamar Rendy dengan baik dan sopan. Karena tidak ada sahutan, ia nekad menendang pintu itu sehingga Rendy terpaksa membuka karena berisik.

"Apaan, sih, lu!" seru Rendy.

Lola tidak menggubris. Ia malah masuk dan meletakkan nampannya ke atas laci. Kemudian duduk santai di atas ranjang Rendy.

"Hei! Enggak pantas, ya, cewek masuk ke kamar cowok kayak gini!" ujar Rendy.

"Cowok? Lu, kan, sekarang kakak gue. Kakak Rendy," sahut Lola. Kemudian memeletkan lidahnya, mengejek. "Wlee!"

"Kakak, Ndiasmu! Siapa yang sudi jadi kakakmu?" tolak Rendy. "Cepat keluar mumpung aku masih ngomong baik-baik!"

Bibir Lola manyun. "Siapa juga yang betah lama-lama di sini. Gue ke sini juga karena papa yang khawatir sama isi perut lu," ujar Lola.

"Udah ngirim makanan, kan? Ya, udah. Buruan pergi!" usir Rendy lagi.

"Ah, ada satu lagi," ujar Lola. "Papa juga mau kita berempat nanti makan di luar. Seperti keluarga yang hamonis."

"Dan lu pasti udah tahu jawaban gue," sahut Rendy.

"Jelas. Gue tahu kalau lu nanti bakal ikut sama kami." Lola sangat percaya diri.

"Gue tahu lu bodoh. Tapi, gue baru tahu kalau lu sebodoh itu sampai enggak bisa baca situasi," ejek Rendy.

Lola malah tertawa, bukannya tersinggung. "Gue bakal pergi habis ini. Tapi, gue mau ngasih tahu satu hal," ujar Lola.

Lola bangun. Ia berdiri tepat di depan Rendy.

"Lu enggak akan bisa nyingkirin gue dari rumah ini sekalipun lu memperlakukan gue dengan sangat buruk. Karena gue bukan Cinderella. Tapi, orang miskin yang enggak punya malu, ujar Lola.

"Apa yang sebenarnya lu cari di keluarga gue? Kenapa tiba-tiba lu datang dan mau mengacaukan semuanya?" tanya Rendy.

"Uang." Jawaban Lola sungguh realistis. "Kayaknya, gue baru menang lotre. Mama ketemu papa lu. Tiba-tiba papa lu melamar mama. Mama gue enggak sebodoh itu buat nolak sumur uang."

"Lu sadar enggak, sih? Kalau lu di sini, tuh, parasit?" sindir Rendy.

Lola tidak tersinggung sedikit pun. Ia tersenyum miring. "Menurut lu begitu, kah? Sayangnya papa malah bahagia banget dengan kehadiran gue di rumah ini. Dan tingkah lu yang seperti tadi hanya akan dianggap kekanakan. Gue pastikan gue bakal dapat posisi yang sama kayak lu di rumah ini. Karena gue benci kemiskinan."

"Enggak usah mimpi! Gue yang akan membuat papa sendiri mengusir lu dan mama lu dari rumah ini!" Rendy menegaskan.

Lola menepuk pundak Rendy dua kali. "Berusahalah yang keras! Jangan bikin papa merasa kesepian. Karena kekosongan itu yang menjadi celah untukku dan mama masuk ke kehidupannya."

Lola melangkahkah kaki bersiap pergi. Ia teringat sesuatu tiba-tiba. Ia pun berbalik dan mengalungkan tangannya ke leher Rendy.

"Ah, ya. Ada satu lagi yang harus kuingatkan." Telunjuk Lola menyentuh mark di leher Rendy yang segera ditempis oleh Rendy. "Lipstiknya cantik sekali. Persis punyaku." Lola mengerlingkah sebelah mata. Kemudian ia berlari meninggalkan kamar.

Seketika mata Rendy membelalak. Sudah seperti mau meloncat saja!

Beberapa adegan sama-samar kemarin malam bermunculan di ingatan Rendy.

Satu adegan berhasil diingat dengan jelas. Mulut Rendy terbuka. Ia terjatuh ke lantai saking terkejut.

"Apa yang sudah diperbuat cewek licik itu kemarin malam?"

Rendy berusaha mengingat semua dengan jelas meski kepalanya terasa sakit. Akhirnya ia mengingat momen mereka berdua yang bertindihan di atas ranjang.

Rendy memeluk tubuhnya sendiri. "Apa yang sudah kulakukan dengannya kemarin malam?" Ia kebingungan.

Rendy bergeleng-geleng. "Enggak. Enggak." Ia menempis dugaannya sendiri. "Enggak mungkin gue nidurin cewek itu kemarin. Gue emang mabuk. Tapi, gue enggak mungkin segila itu!"

Rendy berusaha mengingat lagi. Namun, ingatannya hanya sampai ia mencium leher Lola. Setelah itu ia tidak mengingat apa pun lagi.

Sial! Bagaimana cara Rendy memastikan bahwa tidak ada yang terjadi di antara mereka berdua? Ia tidak bisa membahasnya dengan Lola di rumah ini. Akan jadi masalah besar kalau papanya tahu kejadian kemarin malam.

-oOo-