Chereads / Mantanku jadi Kakak Tiriku / Chapter 2 - 2. PAPA BARU

Chapter 2 - 2. PAPA BARU

Lola full senyum melihat empat tas kertas yang di tangan Dimas. Mereka habis berkencan di kafe milik papa Dimas. Sekalian Lola meminta beberapa makanan untuk mamanya di rumah. Mumpung gratis. Hehe.

"Lola!"

Lola dikejutkan seruan Mona, mamanya dengan mata membelalak.

"Kamu, kok, baru pulang, sih? Ini udah jam sebelas lagi!" tegur Mona.

Lola mengernyitkan dahi. Sejak kapan mamanya peduli ia pulang malam atau pagi?

Eh, tunggu-tunggu! Ada sesuatu yang tampak aneh dari yang dilihat Lola saat ini, yaitu lelaki gagah berambut putih di samping Mona.

"Dan bisa-bisanya kamu bawa cowok ke rumah semalam ini?" Mona berekspresi sedih. "Mama malu sekali, Lola. Mama merasa gagal mendidik kamu."

Lola bingung. Ia enggak mengerti skenario macam apa yang dijalani Mona saat ini. Tapi, satu hal yang pasti, Lola tersinggung dengan ucapan Mona.

"Mama tenang aja. Mama enggak gagal kok, mendidik aku. Bukannya ini buah dari didikan Mama? Mama aja bawa pria asing pulang ke rumah, masak aku, enggak boleh?" sindir Lola.

"Pria asing? Dia itu papa baru kamu!" tegas Mona.

Kalau hidup ini sama seperti sinetron, mungkin sekarang ada gambar petir yang memenuhi layar televisi. Dan soundtrack Uttaran pun muncul untuk menambahkan suasana tegang. Din tarararararadin tarararararadin tarararararadin tararararara.

"APAAA!" pekik Lola.

Din tarararararadin tarararararadin tarararararadin tararararara.

"Mama menikah dengan papa barumu sore ini," jelas Mona.

"Tapi, bukannya Mama udah janji enggak bakal mengkhianati almarhum papa?" protes Lola.

"Mama bisa jelasin, Lola!"

"TIDAK, RHOMA!"

Din tarararararadin tararararara—

Eh, tunggu! Lola tersadar sesuatu. "Maksudku, tidak, Mama!"

Lola pun berbalik untuk pergi meninggalkan ketiga orang itu.

Din tarararararadin tarararararadin tarararararadin tararararara.

Baru juga selangkah, Lola berhenti karena seseorang menahannya dengan menarik bajunya.

"Lepasin, Ma! Aku mau pergi dari rumah ini!" pinta Lola.

Tapi, orang itu masih menahan bajunya.

"Lepasin aku!" Lola menoleh karena orang itu tidak mau melepaskan bajunya. "Aku—"

Eh, ketiga orang itu masih diam di tempatnya. Lalu siapa yang menarik baju Lola?

Lola menengok ke bawah. Ternyata bajunya tercantol ranting tanaman hias di depan rumahnya. Seketika wajah Lola memerah saking malu.

Mona mendekat dan membenahi baju Lola. Kemudian menarik Lola memasuki rumah.

"Bentar, ya, Pipi. Aku bicara sama anakku dulu," pamit Mona.

Mona membawa Lola memasuki kamar lalu mengunci rapat.

"Pipi?" Lola heran.

"Pipi dan Mimi. Itu nama panggilan sayang kami berdua. Lucu, kan?" Mona berbangga.

"Emangnya Mama nih ABG? Malu-maluin tahu, Ma!" protes Lola.

"Setelah bertemu dengan papa barumu Mama akhirnya menyadari kalau kecantikan Mama belum kalah sama kamu." Mona mengerlingkan sebelah mata.

"Meski begitu, aku enggak setuju sama pernikahan ini! Mama pokoknya harus cerai dengan om itu!" Lola bersikukuh.

"Enggak bisa gitu, dong. Masak baru sehari, Mama udah jadi janda lagi?" tolak Mona.

"Aku udah bersusah payah memikat anak tunggal pemilik kafe Tombo Kangen, biar hidup kita membaik, bisa-bisanya Mama malah nikah sama om-om gak jelas gitu. Udah tua, pulak. Kalau suka yang rambut putih, tuh, minimal cari yang spek Na Jaemin, kek," protes Lola.

"Kamu ngerendahin selera Mama, ya? Asal kamu tahu, selera Mama enggak pernah gagal!" tegas Mona.

"Ah, kakek bau tanah itu maksudnya? Gantengnya aja masih kalah jauh sama Pak Ganjar!" ledek Lola.

"Pria yang kamu sebut kakek tua itu aslinya pemilik PT. SILIT KECIPIT!" ujar Mona.

Bukannya terkejut, Lola malah tertawa. "Mama ngehalunya kelewatan. Masak Mama yang miskin ini bisa menikah sama salah satu orang terkaya di Indonesia?"

Mona mengeluarkan ponsel dan mengetikkan sesuatu. Kemudian memamerkan pencarian google ke Lola.

Mata Lola membelalak melihat wajah yang bermunculan di layar ponsel Mona persis dengan lelaki yang masih berdiri di depan rumah.

"Gi-gimana, bisa?" Lola heran. Tangannya membungkam mulut.

"Mama pakai pelet apa? Kenapa Mama enggak pernah ngajarin aku ilmu pelet punya Mama selama ini?" Lola merengek.

Mona tersenyum bangga sembari mematikan layar ponsel.

"Mama ketemu Mas Bagas, papa barumu, seminggu lalu di rumah makan tempat Mama kerja. Mama langsung ingat, nenekmu pernah ngajarin mama, kalau mau pelet orang, masukin bulu ketiak kita ke dalam makanan yang dimakan orang itu," ujar Mona.

"Jadi, Mama beneran masukin bulu ketiak ke makanan om itu?" tanya Lola.

Mona bergeleng. "Ketiak Mama, kan, enggak pernah tumbuh bulu sejak lahir. Lagi pula, Mama percaya sama kualitas memasak Mama. Jadi, Mama pun kasih masakan terbaik dan sepenuh hati ala Mama.

Terus, Mas Bagas datang setiap hari. Dan melamar Mama kemarin siang. Ya, enggak mungkin Mama tolak, lah."

Mona mengusap kedua pipi putri semata wayangnya. "Lagi pula, Papamu di sana, pasti setuju sama keputusan Mama. Karena ini yang terbaik untuk kita berdua," ujar Mona keibuan.

Mata Lola berkaca-kaca. "Itu berarti, kita enggak perlu lagi masukin air ke botol sampo yang baru abis?" tanyanya.

Mona mengangguk. "Bukan cuma itu. Kita juga enggak perlu numpuk sisa sabun ke atas sabun baru."

"Dan yang paling penting, kita bisa tidur nyenyak tanpa gangguan suara token listrik lagi," Lola menambahkan.

"Mari kita lakukan semuanya, Nak. Kita makan daging setiap hari," ujar Mona.

"Dan beli pakaian mahal yang cuma perlu dipakai sekali aja," imbuh Lola.

Mona dan Lola berpelukan. "Akhirnya kita jadi kaya raya lagi, Mama!" seru Lola. Merasa bangga dengan pencapaian sukses Mona.

"Benar, Sayang. Kita terselamatkan dari kemiskinan ini." Mona setuju.

-oOo-

Senyum Lola amat lebar selama kakinya menginjak lantai rumah papa barunya.

"Ini kamar kamu, Nak. Semoga kamu suka, ya," ujar Bagas usai membukakan pintu kamar Lola.

Lola amat menyukai kamarnya. Ia mengangguk antusias.

"Terima kasih, Pa. Aku suka banget," ujarnya.

Mona dan Bagas pun pamit ke kamar mereka yang terletak di sebelah kamar lain di depan kamar Lola.

Lola hendak menjelajahi seluruh kamarnya dan merapikan barang-barang. Sebelum menutup pintu, ia melihat pintu kamar di depannya masih terbuka. Ia pun keluar untuk menutup pintu itu.

Namun, perhatian Lola malah tertarik foto besar di dinding yang tampak akrab. Ia pun memasuki kamar itu untuk melihat lebih jauh.

Tiba-tiba terdengar suara pintu ditutup keras. Jantung Lola berdegup kencang. Ia menoleh dan menemukan seorang lelaki di depannya.

"Kamu!" ucap lelaki itu yang datang mendekat.

"Kamu udah nunggu lama, ya?" tanya lelaki itu. Seketika memeluk Lola.

Lelaki itu melepaskan pelukannya. Tiba-tiba ia menjatuhkan ciumannya ke bibir Lola.

Lola tersadar kalau ini tidak benar. Ia pun mendorong tubuh lelaki itu agar menjauh darinya. Tetapi lelaki itu malah tidak sadarkan diri dan membebani pundak Lola.

Lola yang masih terkejut dan tidak kuat pun langsung terjatuh di ranjang. Dalam keadaan tertindih di bawah tubuh lelaki itu.

Sebenarnya Lola bisa mendorong tubuh itu dan melepaskan diri. Namun, tidak. Lola malah terdiam.

Entahlah. Sepertinya, Lola memang ingin terjebak dalam pelukan lelaki itu.

-oOo-