Chereads / Empat kata buat kamu, bodoh, kikuk, manja, polos. / Chapter 17 - Sampai malam, terus bekerja

Chapter 17 - Sampai malam, terus bekerja

Setengah jam kemudian Bu Ani berda di sekolah, dia menyimpulkan berbagai kekacauan di kelasnya, dia menyuruh Anton untuk ikut ke ruang guru, "Maaf ya... kamu harus kuat Ton." Ucap salah satu dari mereka yang nampak merasa bersalah juga, membuat Anton harus di ceramahi wali kelas.

"Aku tak dapat berpikir banyak lagi." Ibu Ani menjatuhkan kepalnya di meja guru, yang terlihat berantakan dengan tumpukan buku-buku bersusun tak beraturan seperti dinding penghalang antar meja guru.

"Permisi, apakah ada Ibu Ani?" mengetuk pintu, terlihat tak ada orang disitu kecuali Ani saja, jadi... untuk apa dia bertanya seperti itu?

"Masuklah."

"Ada keperluan apa ibu memanggil saya?"

Dia melempar berkas yang dia cetak sendiri, menyuruh Anton membaca setiap halaman yang merepotkan itu, Anton membacanya dengan penuh penyerapan sampai pada titik dimana keningnya berkerut, dia menoleh ke arah Bu Ani, dengan pertanyaan yang sebenarnya merepotkan untuk di ulas.

"Ini konyol."

"Ya ya ya... itu konyol sekali, Mengeluarkan semua yang kita miliki dan tak mendapatkan apa pun bahkan air minum pun tak ada."

"Kita tahu bahwa ini memperingati hari jadi kota kita, tapi dengan biaya sebesar itu kita keluarkan tak mendapatkan apa pun, bukanlah lebih baik uang itu kita buat pesta makan-makan di sini?"

"Tolong aku mau makan sekarang." Ibu Ani menyenderkan kepanya di pundak Anton, ini membuat Anton khawatir jika ada yang kebetulan melihat mereka seperti ini, dia menyuruh Ibu Ani untuk bersikap seperti guru, nampaknya kelelahan membuat istrinya ingin bermanja dengan suami, sore tepatnya di jam 5 sore tak mungkin ada lagi guru di ruangan ini, setelah mereka bekerja dari pagi, mereka dengan senang langsung pulang kerumah.

"Ini tak adil, hanya wali kelas dan guru baru saja yang disuruh-suruh."

"Jika ini berhasil aku akan memberi hadiah untukmu."

"Aku ingin makan satu porsi besar daging pangang terenak menurut mu."

"Hadiah yang tak memberatkan, aku pikir kamu mau sehektar tanah."

"Tinggal bersama mu sudah cukup."

"Terimakasih."

Kembali ke awal mereka melanjutkan berdiskusi tentang masalah itu, Anton dan ibu Ani tinggal lebih lama di Sekolah.

"Bu, hari sudah malam, saya ingin menutup ruangan ini." Ucap penjaga malam setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

"Ah? eh...? sudah malam, Anton hari sudah malam?"

"Kami tak tau hari sudah semalam ini." Ucap Anton melihat jam di ponselnya, Penjaga sekolah cuma tersenyum kecil ke mereka berdua.

"Festival sih Festival, tapi lihat waktu juga... jangan lupa jaga kesehatan."

Mereka pulang sembari membawa rasa lelah di sekujur tubuh mereka.

Bu Ani setelah mandi langsung saja melompat ke tempat tidur, Dia lihat Anton yang masih bekerja untuk menyiapkan makan malam mereka, menyiapkan telur mata sapi dengan kuah merah cabe yang dia haluskan, aroma harum menyelimuti ruang dan masuk kehidung bu Ani, "A A A ACHIN!"

"Ahahaha bersin mu lucu sayang."

"Itu menusuk hidungku, aromanya juga menusuk perutku." Ucap bu Ani, tangannya mengusal hidung yang gatal.

Makan akan segera siap, dengan kemauan tinggi dia menyiapkan nasi untuk dua piring besar.

"Kamu jangan membuatku menyia-nyiakan nasi sebanyak itu." Cegah Anton, ibu Ani mau menuangkan nasi yang banyak di piring Anton, namun Anton taklah bisa menghabiskan semuanya.

"Tapi aku bisa habis kok."

"Jangan samakan aku dengan diri mu Ani." dia menepuk keningnya sendiri, "Itulah kenapa aku menyukaimu."

Muka ibu Ani kebinggungan dengan perkataan Anton, dia memasang wajah polos seperti ada tanda tanya di sampingnya.