Chereads / Empat kata buat kamu, bodoh, kikuk, manja, polos. / Chapter 19 - Perasaan Kenapa kok jadi gini?

Chapter 19 - Perasaan Kenapa kok jadi gini?

Pembicaraan ini berakhir dengan kesimpulan yang tak begitu penting, kelas mereka seperti sedia kala, Bu Ani walau pun begitu tegas dan disiplinnya tak dapat berkata atau pun berbuat apa-apa, Anton dengan senyum menyengir menampak kan gigi putihnya seperti menyimpan kegagalan di dalam dirinya, Nampaknya kelas hari ini berakhir begitu saja.

Setelah itu tepat jam 12 siang, waktu istirahat makan, Anton sedang berbicara kepada guru, "Jadi...?"

"Ya, acaranya harus seperti itu."

Bu Sri, lalu menyodorkan berkas ke Anton, Bu Sri lalu menyuruhnya memakai itu untuk mengatur acara yang mereka persiapkan.

"Aku, Nur, dan Ani penanggung jawab acara ini, jadi pakailah cara yang aku berikan itu."

"Tapi bu."

"acara ini bukan sekali ini saja, itu sudah ada bahkan jauh sekali sebelum aku menjadi guru dan menginjak umur 35 tahun, kamu tau itu kan." Dia berpose tangan yang sedang memangku dagunya, dia memperjelaskan poin itu kepada Anton, Anton nampak keberatan, karena dia berpikir biarlah kami yang bekerja dan memikirkan idenya.

"Para anak muda mengerjakan pekerjaan mereka sendiri, mengambil sedikit contoh dari orang tua yang sudah punya pengalaman akan hal serupa, kami hanyala pembimbing agar generasi selanjutnya berjalan sesuai ide dari generasi jauh sebelum itu."

"Aku tak akan pernah mengubah ide itu, tapi bagi ku sedikit menambahkan ide kami... itu bukankah sebuah keharusan?"

"Ya, ya, ya. Kamu tak salah, tapi... lihatlah beberapa banyak orang-orang yang pernah berpikir sepertimu itu gagal? mereka juga bilang Kami hanya menambahkan sedikit ide kami saja, di dalam ide yang usang itu."

Memang benar kata orang bahwa Ibu Sri adalah seorang yang bisa berbicara seperti itu, guru bahasa indonesia memang menakjubkan, bagai mana dia merangkai kata, yang bisa mempengaruhi isi pikiran si pendengar.

"Aaah melelahkan." Dia besender di dinding kelas, lalu setelah itu terduduk dilantai kotor yang penuh debu bercak sepatu murid lain, mengambil dam membuka lembaran print'an yang sudah disusun rapi itu, membaca setiap lembar.

"Hey! kamu sedang apa?" Ibu Nur mengejukan dirinya, buku yang dia pegang terlempar darinya, dengan ekspresi ketakutan dia memegang dadanya sendiri, deserin darah yang mengalir cepat, jantung mempompa sangat cepat.

"Bu Nur mengagetkan saya."

"Hahahaha... Kamu tampak begitu ksuyuk, aku punya ide yang waw! buat mengagetkan mu."

"Berhentilah membuatku mati muda."

Bu Nur bersender di kusen pintu kelas, "Apakah hubunganmu dengan Ani baik-baik saja."

"Menanyakan ini di kelas, dan juga masih jam sekolah, Ibu akan membuat rahasia kami terbongkar."

"Aku cuma menanyakan hubungan kalian, tapi kamu lah yang berakhir mengatakannya."

Fakta itu membuat Anton diam tak bisa lagi menyela perkataan ibu Nur.

"Oke baiklah, kami mempunyai hubungan baik, oke?"

"Kamu adalah murid yang berantakkan, tak punya norma."

"Hentikan itu, aku masih punya norma, apa masalahnya aku dan dia? Ibu juga bahkan punya ide mendekati murid setelah temannya mendapatkan murid, bukankah kamu menyerah pada pasangan seumuran mu?"

Kali ini Ibu Nur tak dapat berkilah, dia ikut duduk bersama Anton, meminta ide yang cemerlang darinya.

"Hentikan! Aku tak habis pikir orang manipulasi sepertimu bisa meminta ide dariku, Kamu membuat jalan, kamu juga mengarahkan perjalanan seseorang."

"Ih jahat..."

Tiba-tiba saja Bu Ani sudah tepat ada di belakang mereka berdua.

"Kamu sudah populer saja masih tega mengambil kepunyaan ku Nurmala."