"Ya ya ya... biasanya kan Bu Nur barang sama kekasih ya toh Bu Nur?"
Pernyataan dari penjual itu membuat kedua rekannya terkejut sampai-sampai tak lagi bisa mengunyah bakso yang masih dalam mulut mereka, menoleh ke arah ibu nur yang juga sama tak menyangka rahasia dia dan Aldi harus terbongkar begitu cepat.
"Kamu rupanya udah ada toh Nur." Kini Bu Sri mulai sedikit tenang, berbicara sambil makan memang tak sopan tapi menunda pembicaraan ini membuatnya gusar, Ibu Ani yang sedikit tahu saja masih tetap tak percaya hubungan mereka sejauh itu, dia menyikut pelan bu Nur, memberi kode antar mata.
"Ah, dia bukan pacar saya pak, Belum." Jelasnya di akhiri gumam yang menampakkan ke keberadaan hubungan yang tak bisa ditentukan akhirnya.
"Lah? bukannya kalian udah kayak pasangan?" Lagi-lagi rekannya terkejut, kali ini Bu Ani tersedak air kuah bakso yang cukup pedas, tengorokannya menjadi sangat sakit, batuk-batuk tak henti ia keluarkan sembari menepuk dada.
"Aduh aduh ini minumnya bu." Sangat cekatan istri penjual itu memberi secangkir air minum kepada bu Ani.
"Nyatanya tidak toh bu, masih belum." lagi-lagi dia bergumam di seperakhir kalimatnya sendiri, Nampaknya guru yang lebih tua satu tahun dari Ani itu berpikir tak menentu tentang hubungan yang dia jalani, walau pun dia cukup senang dan bahagia dengan cara mereka menjalani hubungan ini.
Mengobrol sedikit, mereka menghabiskan waktu singkat di sana lalu melanjutkan perjalanan ke pusat kota, mendiskusikan beberapa hal bersama guru-guru dari sekolah lain dan juga dinas pendidikan itu sendiri.
Ini tak ada sangkut pautnya dengan festival budaya lebih tepatnya Mei mendatang akan ada ujian untuk kelas tiga, jadi ini adalah rapat umum tentang pelaksanaan ujian, karena beberapa tahun yang lalu internet begitu masif di semua kalangan, maka dari itu tepatnya di tahun ini akan membicarakan Unjian Nasional Berbasis Komputer, Namun tampaknya akan ditunda terlebih dahulu, namun agar para guru-guru tak terkejut kalau-kalau tahun depan akan dilaksanakan UNBK maka sosialisasi nya dilakukan secara bertahap sampai tahun depan.
"Capeknyaaaa! Aku mau cepat-cepat pulang."
"Samalah Nur, aku juga mau pulang juga." Ibu Sri yang tampak kelelahan mengambil kemudi, Namun karena rasa khawatir dari diri Bu Ani dia mengajukan diri mengemudi karena dia tak terlalu kelelahan, sebab dia orang yang tak banyak berkerja semasa rapat tadi.
"Maaf kan aku Ani, nampaknya kelelahan menguasai diriku."
Bunyi dering ponsel di tas kerja Bu Nur, dia menerima panggilan itu, untungnya mobil belum berjalan jadi dia bisa menerima panggilan itu dan sedikit menjauh dari kedua rekan kerjanya.
"Hallo ada apa?"
"Kamu udah selesai Bu?"
"Udah sekarang mau pulang."
"Oh! Maaf aku menganggu kalau begitu nanti mampir kerumah, orang tua ku membuat makan favorit mu."
"Eeee... Terimakasih nanti aku akan mampir kesana, tunggu sebentar."
Wajah putih itu begitu kontras dengan rambut hitam mengkilap, dia tersenyum dan merasa bahagia di dalam dirinya.
"Kamu tampak senang Nur."
"Ah... Anu... gak kok, aku seperti biasanya." Kedua rekannya melirik satu sama lain, "Ya ya ya... asal kamu tak sedih seperti tadi udah cukup kok." Ucap Bu Ani masuk kedalam mobil dan bersiap untuk mengendarai mobil.
Ada yang sama dari ketiganya yakni sama-sama ingin bertemu sesorang peria yang sedang menunggu mereka.