"Permisi." Mengetuk pintu dan di menunggu sejenak sebelum pintu rumah itu terbuka, melihat Aldi membuka pintu dengan wajah cerah sehabis mandi nampak membuat wajah sang guru itu menjadi sedikit memanas.
"Bu Nur, silahkan masuk."
"Maaf ngerepotin ya..."
Tampak orang tua Aldi menunggu di meja makan yang sudah terhidang lauk-lauk yang membuat perut berontak, mereka menyuruh Bu Nur duduk dan mempersilahkannya untuk makan, tampaknya mereka sudah menerima Ibu Nur sebagai keluarga tak sedikit pun ada rasa berat hati di dalam diri mereka, makan dengan sopan dan penuh hikmat sampai itu selesai.
"Apakah berjalan baik Bu?" Tanya Aldi, mereka kini duduk di kursi kayu yang ada diteras rumah menghadap ke jalan, melihat pemandangan diluar, Bu Nur menjawab dengan angukan, memainkan jari-jarinya sendiri sesekali menoleh ke Aldi yang tampak melihat indahnya langit penuh bintang.
"Tak lama lagi aku akan kelas tiga." Pada dasarnya dia mulai mengigatkan bahwa waktu untuknya bersekolah di sekolah itu sebentar lagi akan usai, Ibu Nur tak senang dengan ucapan itu nampak wajah yang penuh pertanyaan di dirinya.
Sampai pada titik tertentu dia bertanya di hatinya hubungan seperti apa yang mereka jalani sekarang, Dia ingin hubungannya seperti kedua rekannya jelas dan tak mengantung seperti ini.
"Aku tau apa yang kamu pikirkan." Ucap Aldi menebak isi pikiran guru wanita di sebelahnya itu, menyentuh pipi kanan guru itu dengan lembut dia tak memperjelaskan untuk apa dia bertindak sejauh ini, dia hanya memberi senyum kepada gurunya itu.
"Bisakah tunggu sampai hari itu tiba." Pada akhrinya dia menginginkan penjelasan seperti ini, kejelasan walau pun cukup lama harus menunggu waktu itu tiba namun... lebih baik menunggu sesuatu yang jelas dari pada tidak sama sekali, rona wajahnya begitu menawan untuk dilihat, pantas saja dia menjadi guru populer di sekolah, dia tarik tangan Aldi dari wajahnya, dia ngenggam dengan erat tangan itu, ingin sekali dia menyampaikan isi di hatinya.
"Janji ya..."
Hubungan mereka sangat komplek, Aldi sebenarnya tak ingin menunda hubungan ini, namun dia tau kalau hubungan itu tersebar itu akan berdampak kepada pekerjaan Ibu Nur, karena pekerjaan ini adalah cita-cita dari perempuan yang dia cintai, jika cita-citanya menjadi guru di hancurkan oleh rumor tentang hubungan mereka...? Aldi adalah orang yang disalahkan atas ini semua, dia sama sekali tak ingin orang yang disukai menjadi menderita karena ini.
"Aku sangat senang." tiga kata itu cukup untuk memperlihatkan perasaan Ibu Nur sekarang, tangan Aldi tak mau dia lepaskan melihat pemandangan malam hari bersama orang yang kamu cintai sungguh terasa indah.
"Hari sudah larut malam, aku akan mengantarmu."
Dia pergi kedalam rumah, mengambil kunci motor dan kemudian mengantarkan Ibu Nur, di sepanjang perjalanan hawa dingin yang menusuk kulit membuat Aldi menghentikan motornya di pinggir jalan, dia melihat di seberang jalan ada yang menjual wedang jahe, dia mengajak Ibu Nur kesana, memesan wedang jahe untuk mereka berdua, lalu kembali lagi melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di rumah Ibu Nur dia awalnya ingin langsung pulang saja, namun nampaknya ibu nur tak mau orang yang dia sukai itu pulang, dia ingin menghabiskan sedikit waktu berdua bersama mengobrol tentang banyak cerita, "Hari sudah terlalu malam Bu guru, aku tak mau ada gosip untuk kita berdua."
"Ah___ benar juga, maaf ya, aku cukup egois."
"Aku senang kamu ingin menghabiskan waktu mu bersama ku."