Chapter 14 - Lanjutan 02

"Jika kamu pelayan aku pasti akan jatuh cinta kepadanmu."

Terdiam, melihat langit berawan putih, Ani sesekali melihat ke sekelilingnya.

"Kamu anak orang kaya, sedangkan aku cuma anak orang kelas bawah, aku cukup bingung dengan perjodohan ini, itu tak menguntungkan bagi kalian, sama sekali tak menguntungkan untuk kalian."

Anton tersenyum dibibirnya, dia dengan erat menggenggam tangan istrinya, bermaksud menyampaikan isi hatinya, "Ya... tak ada salahnya tak mendapatkan untung, dari pada minus, bukan? tapi aku hanya mengatakan aku sungguh beruntung mendapatkanmu Ani..."

dia tak tau sebanarnya kenapa mereka di jodohkan, ya... hanya ani yang tak tau, itu seperti timbal balik, maksudnya apa yang dilakukan keluarga ani dahulu mendapatkan bayaran dengan cara seperti ini, mendapatka hak istimewa sebagai istri Anton itulah balas jasa dari keluarga anton kepada keluarga ani, "Jika bukan karena keluarga mu, kamu tak akan melihatku seperti ini."

Dengan wajah kebingungan Ani, bertanya apa yang anton maksud.

"Baiklah, seperti diharapkan ibu, dia menghubungi ku."

"Aku tak mauuu..." ani terjongkok lalu menutupi telinganya, Anton tertawa melihat istrinya yang aka jadi bahan kegembiraan ibunya

mereka pun pergi kekediaman orang tua Anton, menaiki angkot, lalu berjalan sekitaran 10 menit dari pemberhentian, "Selamat datang Tuan dan Nyonya."

"Terimakasih, hey Zakri kamu tampak berisi setelah mendapatkan istri, jadi bagaimana kabar keluarga mu?"

"Baik-baik saja Tuan, Oh ya tak lama lagi dia akan melahirkan."

"Aku turut senang atas itu, semoga anak mu sehat saat itu."

"Terimakasih, Bapak dan Ibu sudah menunggu Tuan dan Nyonya didalam."

"Benarkah? kalau begitu aku segera kesana, mari Ani."

Tak ada sambutan bak komik dan novel, mereka berjalan seperti biasa, menyapa tukang kebun dan beberapa pelayan wanita yang sedag membersikan halaman sebelum petang benar-benar pergi.

"Aniiiiii!" Ibu Anton dengan cepat berlari dan setengah melompat seperti terbang ayam dia memeluk menantunya itu, dia mengusal wajah menantunya dengan gemas dan penuh keinginan, "Aaaah seperti biasa kamu memikau dengan mata biru dimond mu." dia lalu menarik Ani masuk mengajak Ani untuk makan dirumah, "Ibu membuatnya takut." Anton pun ikut masuk, ibunya tak peduli dengan apa yang diucapkan putranya itu, "Uwaaah! kakak datang, harusnya kakak membawa keponakan bersama kalian."

"Aku masih SMA tau!"

"Tapi kamu melakukannya kan?" adik perempuan itu terlalu blak-blakkan dengan masalah hubugan suami istri kakaknya, dia langsung mengelurkan jurus penganti topik pembicaraan.

"Ayah... Kamu tak menyambutku, kamu jahat sekali."

"17 tahun kamu menjadi anak ku, aku bosan melihat mu."

"dan 17 tahun kamu jadi ayahku, membuat aku semakin jengkel."

"Apa kamu menantangku?"

"Siapa takut, ayo kita lihat siapa yang akan menang."

"Jangan pakai madrid."

"Kau curang, itu club favorit ku, kalau gitu jangan paka Munchen juga."

"Oke! siapa takut."

Selalu mereka akan beradu bermain bola kalau sudah bertemu satu sama lainnya, membiarkan istrinya di permainkan ibunya dia hanya terpaku dengan ke inginan mengalahkan ayahnya dilayar Tv.

"Sayang! Tolong aku."

"Maafkan aku Ani, sebagai seorang peria, tidak menerima tantangan adalah aib, semoga kamu beruntung bersama ibu."

"Tidaak! Kamu jahat!"

Perpisahan menyakitkan bagi keduanya, namun demi nenuntaskan pertarungan yang telah lama tertunda, sang suami harus melintasi fortal yang akan memisahkan istrinya dengan dirinya.

"Sampai jumpa lagi Ani sayangku, aku akan segera kembali menjemputmu, bersabarlah."

"Cut, kalian membuat cerita ini seperti drama saja, padahal cuma bermain PS, berhenti aku jijik melihatnya." Ucap sang adik perempuan Anton kepada kedua pasangan itu