Chapter 13 - Lanjutan... 01

"Jangan kata kan itu, kamu membuat wajahku menjadi panas!."

Melihat mereka seperti itu akan menjadi tontonan para orang yang berjalan disekitar mereka, "Wah! pasangan itu sungguh mesrah."

"Benar, apa lagi mereka berdua cocok, cantik dan tampan itulah mereka! aku katakan lagi sungguh serasi."

Saat orang memuji mereka berdua, Mereka berdua hanya sibuk dengan dunia mereka, dunia yang indah bersama mereka, "Hem... jadi... apa yang akan kita lakukan ?"

"Pertama-tama kita mengikuti kehendak kaki kita."

"Itulah yang aku suka dari mu."

"Hah?"

"Bodohmu itu mengalir sampai jauh, Aw!"

Cubitan istrinya begitu sakit di pinggangnya.

"Jadi untuk Festival budaya, apa yang akan kamu berikan untuk kelasmu?"

"Aku tak banyak memikirkannya sebab itu untuk satu sekolah satu perwakilan."

"Oh begitu, artinya itu akan dilakukan osis dan relawan bukan?"

"Tepat sekali, tapi masalahnya guru tak tetap seperti kami harus ikut."

"Ya... karena itu bisa jadi rekomendasi untuk kalian."

"Aaaaa! aku ingin jadi guru tetap!!!"

"Jangan berteriak seperti orang gila, selain itu, bukankah kamu juga masih melanjutkan sekolah perguruan tinggi bukan? kejarlah sarjanahmu dahulu."

"Mumumu menyebalkan sekali, ah- ada eskrim lewat! pak! beliiiii!"

Anton langsung menepuk keningnya sendiri, melihat istrinya yang sangat-sangat bersemangat selepas dijejali sebuah nasehat, "seperti biasa kamu selalu membuatku repot." gumamnya, mengikuti langkah istrinya menghampiri tukang eskrim di sebrang jalan, melintasi jalan dengan empat lajur mereka pun sampai ke seberang jalan.

"Pak satu porsi besar pakai roti, kalau kamu mau apa yang?"

"Aku ingin seperti umum cron sudah cukup bagi ku."

"Baiklah itu akan datang."

Itu cocok untuk siang hari, dingin dan lembut berasa vanilla seperti hubungan mereka yang vanilla juga nampaknya benar-benar pas.

"Aku sudah habis." tak ada yang tersisa di tangannya, sedangkan suaminya masih dengan santai dan lembut menjilati eskrim ditanggannya, "Seperti biasa anak seorang terpandang cukup keren dari berbagai hal."

Anton tak peduli dengan perkataan Ani barusan, dia hanya mau menggenggam tangan halus istrinya itu, "Baiklah... lebih enak makan diluar apa kita hanya membeli bahan-bahan untuk dimasak?"

"Ya... aku jujur saja, sesekali aku ingin memakan masakan seorang koki."

"Kalau kamu mau aku ikut saja, tapi... mereka cuma enak tak mengenyangkan apa lagi itu kamu Ani."

"Aw... cuma enak saja tak cukup untuk ku, baiklah kita pergi ke nasi goreng saja, tunggu jam berapa sekarang?" dia melihat jam di hpnya, masih dini buat mencari apa yang dia sebut al hasil dia dan Anton pun kembali lagi berjalan menyusuri kota, "Padahal kalau mau kamu bisa saja ke tempat orang tua ku."

"Aku belum terbiasa dengan itu, apa lagi aku selalu dijadikan boneka hidup oleh ibu mu, dimata mereka aku seperti balita." dia menyilangkan tangan pertanda tidak, bertemu dengan mertuanya yang bersemangat itu membuat dia berhenti dan merasa merinding di sekujur tubuhnya.

"Ahahaha... bisanya mertua perempuan selalu bermusuhan dengan menantu perempuannya, harusnya kamu senang di cintai mertua mu."

"Aku suka kok, tapi ibu mu tak akan melepaskan aku dan akan memainkanku!!!" sedikit tenang dia melanjutkan lagi ucapannya

"Mendandani aku, menyuruhku banyak makan, dan selalu menatapku seperti menatap layar Tv, ibu selalu seperti itu."

"Ya... siapa yang tidak senang melimiliki menantu sesuai harapannya?"

"Jangan mengangungkan aku, aku hanyalah wanita biasa, bahkan di mata orang yang mengenal kita, aku seharusnya hanyalah pelayan dirumahmu."