Chapter 11 - Aku tak mau pulang

Menyusuri jalan yang sama setiap harinya mungkin membuat jenuh, tapi menyusuri jalan yang sama bersama orang yang di cintai membuat kita bahagia, bahkan kita akan berpikir alangkah bahagianya kalau jalan ini tak akan pernah usai untuk ditapaki, kita pun berpikir "Aku ingin sedikit memutar agar ini menjadi sedikit lebih lama."

Ditengah pemikaran itu, Anton berhenti melangkah, Bu Ani yang melihatnya juga ikut berhenti melangkah. "Ada apa?"

"Aku pikir ini terlalu cepat, bisakah kita mengambil jalan memutar."

"Kamu cukup pengertian." dengan senang bak gadis pemalu dia tertunduk, menggenggam telapak tangan Anton, rasanya keindahan dunia menjadi lebih indah dengan resolusi 4K, mereka melintasi waktu sembari bercerita selayaknya pasangan kasmaran, berbelok, berhenti dipersimpangan, mampir ke toko, atau pun duduk di bangku pinggir jalan, tertawa tanpa kecanggungan, waktu kini seolah-olah berhenti, menonton mereka berdua yang tengah bahagia, Angin membantu merekatkan hubungan mereka, meniup rambut indah Ani berlari menutupi wajah, dengan cepat itu menjadi momen indah disaat dia membenarkan rambut harum, berkilau dan halus itu, "Cantik." katak sepontan terucap dari mulut orang yang dia cintai, wajah yang tak pernah membuat bosan itu kini memerah nampak indah di kulit bersih tampa bercak noda itu, mata biru itu berbinar bagai blue dimond nampak bercahaya memancarkan perasaan yang ada didalam hatinya.

"Aku selalu saja terpikat dengan watia di hadapanku ini, wanita lucu, kikuk, apa adanya dan wanita yang berpikir sederhana tentangku." dia rengkuh istrinya itu ke sisinya, wajah istrinya tengelam dipelukannya, disaat itu waktu hanya menunggu dan melihat kemesra'an mereka berdua.

"Kebodohan ku menjadi-jadi seiring aku semakin mencintaimu." ucap Bu ani yang masih terpeluk erat oleh anton.

"Cinta memang bodoh."

"padahal aku sudah berumur 20 keatas, tapi karena cinta aku seperti anak kecil."

"Biarlah, aku suka sisi mu itu."

"Aku dijuluki ratus es, aku membekukan orang-orang."

"Sekarang kita sama-sama mencair Ani."

"Aku tak sempurna."

"Tentu aku tau, aku mencari segalanya dan memahaminya, kekurangan dan kelebihanmu berjalan beriringan menghampiriku dan berkata, tolong cintai aku."

"Apa yang kamu jawab?"

"Tentu saja."

Nampak dari kejauhan mereka membuat waktu marah karena sudah terlalu lama menonton mereka, dia pun mulai menengelamkan matahari, Karenanya mereka berdua pun pulang ke apartemen mereka, Membersikan diri bersama apa yang terlintas di pikiran? tentu saja dan juga wajar untuk pasangan normal mengeluarkan hasrat manusiawi mereka, apa lagi dalam hukum mereka adalah pasangan sah.

"Aku ingin lanjut." Bu Ani meminta untuk lanjut, tapi Anton yang perutnya masih kosong belum terisi makanan meminta jedah waktu terlebih dahulu, "Hey sayang? bukankah ini impian para peria." Ucapnya menarik sedikit apron kedepan, dia hanya memakai Apron saja tanpa pakaian lainnya lagi.

"Sekarang impianku terbayar dong." Suaminya itu memeluk dirinya dengan tergesah-gesah memasukan lagi tongkatnya kedalam lubang milik istrinya, karena itu api yang seharusnya dipakai untuk memasak terpaksa harus dimatikan, mereka tampak lama menikmati keindahan ini tanpa mereka sadari waktu melintas begitu saja, pukul 10 malam mereka baru menghentikan hasrat mereka, ya... untuk sementara saja, selepasnya...? mereka akan lanjut, itu memang hari mereka, sebab dalam perjanjian tidak tertulis baik Anton maupun Bu Ani meniadakan hubungan suami istri di hari sekolah, itu disebabkan karena jika mereka melakukannya mereka selalu melewati batas ketahan fisik yang... hal asil membuat mereka capek di pagi hari itu bisa menyebabkan pekerjaan dan juga pembelajaran menjadi terganggu, untuk itu ditetapkanlah hari Sabtu dan minggu, kecuali minggu yang hanya sebatas sore saja, mereka bisa menuntaskan hasrat mereka sepuasnya.